Minggu, 16 Maret 2014

Giganto: Primata Purba Raksasa di Jantung Borneo – Koen Setyawan (Penerbit Edelweiss, Depok, cetakan kesatu, Agustus 2009)

sumber
Novel yang ingin kau bacakan untuk anakmu sebelum tidur. Satu bab per malam. (Kemudian kau tahu kalau penulisnya memang telah menghasilkan puluhan judul buku cerita anak.) Sampai kau mendapati adegan-adegan sadis di bab-bab belakang. Bagaimana orang-orang mati dengan kepala terinjak atau wajah robek akibat serangan kera berukuran tiga kali lipat tubuh mereka. Sehingga kau perlu mempertimbangkan apa dampaknya jika anakmu sekecil itu sudah kau kisahkan yang begitu. Bagaimanapun novel ini mengingatkanmu akan novel-novel tipis yang biasa kau pinjam dari perpustakaan sekolah saat kau SD, yang isinya petualangan seru di hutan. Menurut rasamu ini novel yang mudah penyampaiannya. Apalagi sesekali disertai ilustrasi. Bagaimana si kera raksasa yang menjadi teka-teki dalam novel ini berhadapan dengan beruang madu (halaman 92). Bagaimana penampakan binturong—hewan serupa musang yang mencari makan pada malam hari (halaman 110). Bagaimana perbedaan tampang antara simpanse, bonobo, gorila, dan orangutan—semuanya jenis kera besar (halaman 217). Bagaimana cap-cap telapak tangan di dinding gua peninggalan manusia purba yang bagai penonton bersorak-sorak (halaman 266). Gambar-gambar yang walaupun cuma memakan sebagian halaman dan tidak berwarna rasa-rasanya akan menarik untuk ditunjukkan pada anakmu, kendati kalau ukurannya besar, berwarna-warni, dan dicetak di kertas glossy tentu akan jauh lebih menarik tapi kalau begitu sih beli saja sekalian ensiklopedia untuk anak-anak. Kau tidak sering membaca novel maupun film bergenre petualangan, sehingga bagaimana kau hendak membuat penilaian? Selain dari segi tata bahasa karena sesekali kau temukan imbuhan “di” yang terpisah dari kata yang mengikutinya, penggunaan kata “acuh” yang salah kaprah, dan sebagainya. Bagaimanapun kau cukup menikmatinya walaupun dengan hanya membaca bagian belakangnya kau sudah bisa mengetahui garis besar cerita dalam novel ini, seperti dalam cerita-cerita detektif, semuanya dijelaskan di akhir. Setidaknya novel ini menjadi contoh bagimu bagaimana fiksi ilmiah dengan latar kehidupan alam. Kau juga terkesan dengan pengorbanan Komara—salah satu tokoh dalam novel ini. Demi menyelamatkan satu spesies langka yang dinamai Gigantopithecus blacki dari sorotan publik, ilmuwan yang asalnya meneliti orangutan ini rela meninggalkan kehidupan mapannya dan memencilkan diri ke pelosok Kalimantan. Suatu bentuk konservasi yang tidak diajarkan di perkuliahan jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan.[]  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Banyak Dibuka

Pembaruan Blog Lain