Kamis, 18 Oktober 2012


Aku harap badai matahari segera berkecamuk, untuk mengacak-acak harmoni kehidupan digital, agar kepalamu sejenak teralih kepadaku. Tapi layar itu lebih menarik bagimu. Kamu menghidupkannya setiap pagi, dan kamu merasa dihidupkannya sepanjang hari. Klik ini, klak itu, ketik sana, ketuk sini, uang mengalir ke rekeningmu, begitu caranya kita berpenghasilan kini. Segalanya tersedia di sana bagimu. Dunia yang ingin kamu lihat, jalan-jalan yang ingin kamu susuri, orang-orang yang ingin kamu temui, pengetahuan yang ingin kamu resapi, bahkan keluarga yang ingin kamu miliki. Tak tahukah kamu bahwa aku lebih nyata dari semua itu? Mereka bisa memberimu kata-kata, gambar, maupun suara, tapi tidak sentuhan. Kulit dengan kulit. Seolah kamu tidak membutuhkannya, karena kamu tepis jua tanganku. Kamu tidak menginginkan kehangatanku, kehangatan gadget sudah cukup bagimu.


Aku harap badai sungguhan yang datang, untuk melenyapkanku dari balik punggungmu, agar aku tidak rasakan lagi keterpencilan ini. <


sekadar ngerjain latihan dari sini
dan coba deh cekidot yang satu ini!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Banyak Dibuka

Pembaruan Blog Lain

  • Tempo Nomor 20/XXXI/15 – 21 Juli 2002 - ISSN : 0126-4273 Rp 14.700 Dalam edisi ini, sedikitnya ada 3 kumpulan artikel yang menarik buat saya. Yang pertama adalah… Read more Tempo Nomor 20/XXXI/1...
    4 minggu yang lalu
  • Berkata Tidak - Aku dapat berkata tidak. Ketika aku masih anak-anak, aku takut berkata tidak. Aku melihat orang tuaku menyurutkan cinta dan perhatian mereka bila aku tidak...
    1 tahun yang lalu
  • Tentang Stovia - Tulisan berjudul "Stovia yang Melahirkan Kebangsaan" (*Kompas*, 28/5) telah menyadarkan kita tentang arti penting nilai-nilai kebangsaan yang dibangun para...
    6 tahun yang lalu