Selasa, 02 Oktober 2012

(cerita lieur!)


Sepasang teman bergabung dengan sekelompok pembunuh. Pembunuh waktu. Mereka copot segala jam dinding dan arloji, dari ruang-ruang kelas dan pergelangan tangan orang-orang lemah. Mereka tumpuk benda-benda berdetak-detik itu di atas lantai semen. Beli minyak di warung samping sekolah. Tuang. Sulut, sebatang korek dengan percik menyala di puncak dijatuhkan. Bakar. Konvensi yang berlaku di kelompok ini, pertama, mereka kutip lirik lagu Naif, "Posesif", mengapa aku begini, jangan kau mempertanyakan, kedua, mereka kutip lirik lagu Ratu, "Salahkah Aku Terlalu Mencintaimu", jangan tanyakan mengapa, karna ku tak tahu. Intinya, sepasang teman mengernyit. Tanya "kenapa sih kalian suka banget bunuh waktu?" tersumbat di balik mulut yang mengerucut.

"Bukan kayak gini cara ngebunuh waktu yang baik," kata Teman 1.

"Setuju. Seharusnya kita membunuh waktu dengan cara yang terpuji," sambut Teman 2. Teman 2 seketika teringat pada pedagang mangga arumanis yang kemarin siang lewat samping rumah kakeknya. Ia terilhami. Ia kemukakan pada Teman 1. "Tapi ini bakal ngeluarin duit."

"Berapa duit sih?"

Maka sepasang teman tersebut meninggalkan kelompok pembunuh waktu. Mereka berkelana dari jalan A ke jalan B, menyusuri lika-liku komplek perumahan dekat sekolah mereka itu, demi seorang pedagang mangga arumanis. Siang amat terik. Butir-butir keringat bercucuran di permukaan kulit. Pedagang mangga arumanis itu harus mereka temukan, dalam kondisi hidup atau mati. Biarpun matahari ada dua, tiga, empat, lima! Lagipula mereka butuh fruit power untuk memanggil Frutaman. Ke mana mereka hendak mencari fruit power? Ke pedagang mangga!

"Bagaimana kalau bukan ke pedagang mangga?"

"Terus ke siapa?"

"Rujak bebek!"

Teman 2 termenung. Ia dihadapkan pada pilihan yang pelik. Bagaimanapun keduanya sama-sama bagian dari kaum marginal!

"Baiklah."

Tidak terasa satu per satu matahari mulai luruh dari langit. Yang mereka temukan hanya pedagang pepaya, pepaya muda. Bagaimanapun mereka merasa puas karena telah membunuh waktu dengan beramal pada orang yang mereka anggap kaum marginal, meski mereka habiskan berjam-jam untuk mencari orang tersebut! Kenapa juga harus pedagang buah, bukan pedagang gantungan baju?! <<#waktuhabis!>>


sekadar ngerjain latihan dari sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Banyak Dibuka

Pembaruan Blog Lain

  • Tempo Nomor 20/XXXI/15 – 21 Juli 2002 - ISSN : 0126-4273 Rp 14.700 Dalam edisi ini, sedikitnya ada 3 kumpulan artikel yang menarik buat saya. Yang pertama adalah… Read more Tempo Nomor 20/XXXI/1...
    4 minggu yang lalu
  • Berkata Tidak - Aku dapat berkata tidak. Ketika aku masih anak-anak, aku takut berkata tidak. Aku melihat orang tuaku menyurutkan cinta dan perhatian mereka bila aku tidak...
    1 tahun yang lalu
  • Tentang Stovia - Tulisan berjudul "Stovia yang Melahirkan Kebangsaan" (*Kompas*, 28/5) telah menyadarkan kita tentang arti penting nilai-nilai kebangsaan yang dibangun para...
    6 tahun yang lalu