Senin, 19 Maret 2012

Upil Bandung



Kemarin kutanya kawan,
"Apa langit Bandung pernah biru?"
Pagi ini kusaksikan
jawabannya di muka rumahku.


yah lumayanlah rada biru. ternyata sampai siang juga masih biru. lalu ketika dilihat lagi, kelabu seperti biasa.

Sebelumnya, kusangkakan kelabu berkepanjangan
hingga aku mengarang puisi macam demikian.


Upil Bandung


Sumber: http://citizenimages.kompas.com/blog/view/10369-Polusi-di-Bandung 

Tiap hari warga Kota Bandung harus mengupil.
Nafas pendek-pendek, tak kuasa cegah debu hilir mudik sepanjang rongga hidung.
Aliran udara terasa kasar, tanda tak murni.
Apa guna pepohonan, langit selalu tampak kelabu.
Disinyalir itu bukan mendung, kita menghirupnya setiap waktu.
Kita terbunuh pelan-pelan karenanya.
Dengan lapisan polutan menaungi sebagaimana lapisan roti pada zuppa-zuppa, Bandung adalah kota yang tak sehat, kota yang berbahaya.
Tanyakan saja pada koloni jerawat yang tumbuh dari paparan kotoran di wajahmu.


Di tengah kencang deru angin, yang menuai sendawa dan kentut menggelegar, masih bisa kudengar kicauan ramai geng burung gereja. Hanya satu jenis ini yang tahan merajai kota berpolutan. Besok, aku akan meninggalkan kota ini untuk yang ke sekian kali. Aku tidak tahan berlama di sini, di kota yang telah merasuki jiwaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Banyak Dibuka

Pembaruan Blog Lain