Sabtu, 06 September 2008

Aku Bukan Siapa-siapa

1

Jalan-jalan sendirian, walau tidak di alam bebas, memang memberi Elmo kejernihan dalam memandang. Clarity of insight. Edan. Elmo jadi tahu apa yang mesti dilakukan. Ia akan mendatangi rumah Aze hari ini. Elmo tahu rumah Aze di mana, Elmo tahu Aze akan sedang menyiram tanaman hari Senin jam 4, Elmo juga tahu bahwa Aze kemungkinan akan menghindar. Yeah, semangat Elmo!

Elmo menatap langit yang mendung tebal, seperti sudah pada titik jenuh. Biarpun hujan turun dan Aze tidak menyiram tanaman, Elmo yang sedang optimis tidak akan mundur. Ia akan mengetuk pintu rumah Aze.

Ah, itu dia sedang memasang selang air. Masih pakai seragam, aduh. Elmo memarkir mobilnya di depan pagar rumah Aze. Turun.

”Elmo? Ngapain ke sini kamu?”Aze nanya. Tanpa nada mengusir, seolah-olah dia bukan siapa-siapa.

”Eung, pengen aja. Keknya kita udah lama nggak ketemu. Kemaren Elmo ke Giant, beli Oreo buat Aze, nih”

“Ah, baik kamu Elmo. Makasih.” Aze menyelipkan Oreo itu ke saku jaketnya. Elmo jadi agak geli. Si Aze ini sedang linglung, sudah jelas.  Ia memulai acara menyiram tanamannya, tak sekalipun lagi menatap Elmo, yang memutuskan untuk lugas saja.

“Aze, kamu kenapa sih?”

“Gapapa.”

“Kok makin jarang aja Aze ke BC? UN kan minggu depan? Udah ngerasa pinter ya?”

Aze akhirnya menatap Elmo, setengah sebal, setengah geli. Elmo ini sudah dirasuki oleh sosoknya.

“Ya, nggak gitu. Udah ngerasa ngerti aja.”

“Ya, bagus deh kalo gitu,” Elmo agak nggak rela, “Eh, ini Elmo bawa soal BC loh. Bisa ngerjain nggak? Katanya udah ngerti. Ini jenis soal yang lain dari yang lain.”

Diam. Elmo mendapat perasaan bahwa Aze tidak lebih ‘ngerti’ dibanding dulu. “Kamu punya masalah sama orang di BC? Elmo bilang Mas Fahri ya?”

“Jangan!” Aze jengkel.

“Atau males naik angkot? Elmo jemput?”

“Oh, boleh. Eh, jangan, nggak, lagi jenuh aja,”

Sejurus desakan kemudian, Aze menyergah jengkel, sudah hampir menyiram Elmo.

”Anjrit! Aze!”

Yang dipanggil membelakangi Elmo. Sebelah tangannya terangkat ke wajah. Elmo duduk di depan pagar. Dari sinipun ia bisa melihat Aze sedang mengusap matanya. Aze berbalik lagi, menyiram jalan dan mobil Elmo. Ya ampun, si Aze itu habis nangis. Elmo menghela nafas, lalu pamit pada Aze.

 

2

Sepeninggal si cowok yang bawa Oreo, adalah Aze yang selesai menyiram tanaman melipat selang, mengembalikannya ke garasi, berjalan gontai ke kamarnya. Gontai. Kata yang lucu ya. Aze tidak pernah menyadarinya sebelumnya. Ia berpapasan dengan adik bungsunya, yang mengoceh entah apa. Aze hanya berhenti berjalan dan memandanginya, soalnya kayaknya adiknya itu sedang ngomong sama dia.

Nggak tau kamu ya, kakakmu ini sedang patah hati? Atau bukan. Apalah. Atau mungkin bingung karena tidak ada yang mrivatin lagi padahal lagi butuh-butuhnya...? Minggir, minggir. Mau ke kamar. To pass the time in my room alone[1]. Lagu apa itu ya, tiba-tiba terlintas di benaknya. Aze bertanya-tanya dalam hati sambil menyingkirkan adiknya dari jalannya, masuk kamar, mengunci pintu kamar.

Bersandar ke pintu. Lalu berjalan gontai lagi ke tempat tidur. Terjun ke tempat tidur. Hmm, lagu apa itu tadi ya? Dia berpikir sambil menutup wajahnya dengan bantal. Apa, lagu apa?

Aze kira dirinya bakal nangis terisak-isak, menangis semalam di atas bantal, segala air bercucuran di wajah, tengah malam saat keluarganya sudah di kamar entah tidur atau tidak dia baru akan keluar karena haus. Tapi apa yang terjadi, sepertinya Aze sudah tidak ingin menangis lagi. Jadi tadi itu apa pas Elmo mampir, bisa-bisanya dia menitikkan air mata? Buncahan emosi yang dikira hendak meluap, tinggal menunggu atmosfer yang tepat, ternyata hilang begitu saja. Ada apa sih si Elmo itu? Elmo yang pintar dan baik dan suka ngajarin Aze. Elmo yang lebih akrab sama cewek lain yang lebih cantik, yang sebenarnya Aze pun jenuh jadi ceweknya. Gimana sih kamu ini Aze?

Aduh, Aze kehabisan nafas. Ia cepat-cepat menyingkirkan bantalnya ke samping, lalu membuka bungkusan oleh-oleh Elmo. Ngapain si Elmo beli Oreo segala? Tiba-tiba Aze jadi ingin tertawa. Sekaligus ingin menangis lagi. Katanya yang seperti itu adalah tanda-tanda orang bipolar. Atau skizofrenia?

Kehilangan minat deh. Setelah patah hati, gontai, tidak jadi menangis, geli, ingin menangis lagi, sekarang Aze merasa sebal. Begitu banyak emosi untuk setengah jam. Aze kangen kehidupannya yang dulu, tanpa perasaan aneh, biarlah datar dan garing juga. Aze meraih hapenya, hendak menghapus nomor Elmo, tapi urung. Nggak usah segitunyalah. Siapa tau dia butuh lagi. Aze mengeluarkan buku 1001 soal SPMB Kimia, lalu mengerjakan bab Larutan. Rasanya ia belum mantap di buffer.

Heuh... Aze tidak bisa konsentrasi.

Ia malah membuka-buka LKS Kewarganegaraan yang kebetulan saja berada di urutan teratas dari tumpukan buku pelajaran di samping sikunya. Siapa tahu dapat pencerahan. Ia sampai pada sepasang halaman penuh dengan soal pilihan ganda. Tertangkap oleh matanya sebuah soal:

 

Di bawah ini merupakan kegiatan di kalangan generasi muda yang dapat memperkuat patriotisme, kecuali...

a.      melakukan pendidikan politik

b.      meningkatkan disiplin nasional

c.       mengadakan peringatan hari-hari besar nasional

d.      ikut aktif dalam pelaksanaan pembangunan nasional

e.      memasuki kelompok pemuda yang pesimis pada masa depan

 

Aze memberi tanda silang besar dan dalam pada opsi e.

 

3

Malam itu Elmo sengaja tidak menelepon Aze. Belajar dari pengalaman dan perkiraan, sebaiknya cewek yang siangnya nangis tanpa sudi memberi tahu alasannya, malamnya jangan dihubungi dulu, peduli amat deh apa kata orang.

Terus Elmo, belajar dari pengalaman kamu, cewek yang tiba-tiba menjauh dari kamu, mesti diapain biar deket lagi?

Nggak tau, nggak tau. Bisa-bisanya Elmo yang mestinya ngerti cewek nggak tau gini mau ngapain? Uh. Elmo menurunkan lengannya yang sedari tadi menutupi mata. Kelamaan tangannya di atas seperti itu, semutan jadinya. Elmo berbalik menelungkup, tangannya terjuntai ke pinggir tempat tidur. Ia mencoba berpikir jernih.

Iya, memang dia tidak seintensif dulu lagi menelpon Aze. Mungkin dia sudah tidak sesensitif dulu dalam menebak apa sebenarnya yang diinginkan seorang cewek. Dalam kepala Elmo, otaknya mulai berpikir.

Tapi otaknya tidak bisa bekerja tanpa oksigen. Kepala Elmo terangkat seolah sedang berada di dalam air, lalu ia menarik nafas. Jadi ingat salah satu episode Mr. Bean, itu loh, yang sedang tidak bisa tidur, hihi. Entah kenapa merasa malu, Elmo mengenyahkan pikiran tentang itu dari benaknya. Mesti diberi perhatian seperti apa si Aze itu biar hatinya tergugah? Oh iya.

-          beliin makanan favoritnya, anterin ke rumah. Sudah.

-          kirim sms lucu 

Elmo bangun, meraih hape, lupa tentang teori jangan-menghubungi-cewek-habis-nangis-nggak-jelas-nya.

 

4

Insomnia. Aze memejamkan mata tapi tidak tidur. Hapenya yang sedang di-charge berbunyi. Dengan malas Aze menjulurkan tangan ke meja, melihat siapa gerangan yang belum tidur pada pukul 02.09 lalu mengirimnya sms.

           

z,z,

dhulu kala ada sEkor krang yg sgt jlk.krn jlkny, smw yg mlht krang itu mati.tmt.hi2.Lmo.

           

Aze membekap mulutnya dengan tangan, menahan tawa ngakaknya yang bisa membangunkan orang serumah. Tapi lalu dia tersadar. Ya Tuhan, apa yang kulakukan?

 

5

Oh, pagi hari yang menyebalkan. Elmo malas bekerja hari ini. Ia ingin tinggal di rumah dan main game Zuma.

Smsnya semalam buat Aze sudah ada laporan terkirimnya, tapi tidak ada balasan. Harus berbuat apa lagi dia? Menelepon dengan lebih intensif mungkin. Tapi daripada salah langkah, mendingan dia tanya orang lain dulu ya. Elmo berbaring di tempat tidurnya sambil menatap slip gaji terakhirnya dari Papier Shelter dengan sedih karena tidak tahu akan dihabiskan bersama siapa uang hasil kerjanya sebulan terakhir itu.

Oh iya, kemarin ada sms dari si Bamba, temannya semasa SMA, yang mengajak Elmo kumpul-kumpul dengan anak-anak BKS lain yang masih tinggal atau sedang berada di Bandung. Setelah sms itu menyusul sms lain yang isinya serupa, dari si kembar kribo Yayat dan Yadi. Dari mana, Elmo heran, mereka memperoleh nomornya ini. Masak sih dari Trista?

Elmo mendapat ilham. Ia akan meminta saran Trista.

Empat missed call untuk Trista kemudian, Elmo menyerah. Tapi memang sudah takdir, saat mengeluarkan mobil dari garasi, hape Elmo tiba-tiba bernyanyi dengan suara tenor.

Memory, all alone in the moonlight, I can smile at the old days.[2].”

”Halo.”

”Aduh Elmo, maaf tadi nggak keangkat, aku lagi asistensi!”

Asistensi. Apa pula itu, dasar mahasiswa. Tiba-tiba Elmo ilfil.

”Ah, ya, gapapa, nggak penting..”

”Ada apa Elmo?”

”Iya, itu dia, nggak penting.”

“Eh, Elmo, jangan ngambek gitu dong, ntar nggak ganteng lagi...”

Ugh. Elmo sebenarnya paling tidak suka digoda dengan cara seperti itu. Makin ilfil aja dia.

“Apa kabar si Aze?” tanya Trista di ujung dengan nada ceria. Ah, Aze. Elmo seolah teringat luka lama. Padahal baru kemarin..

“Iya, baik. Tris.. mau nanya nih.. soal Aze.”

“Ih, ya mana tau. Kan kamu cowoknya,” lalu Trista tertawa. Elmo meringis. Ah, ayo cepat tuntaskan! Elmo pun mulai menguraikan masalah. Juga usaha yang telah dilakukan dan terpikirkan. Sesekali Trista menanyakan hal-hal tidak penting, seperti apakah Aze menghadap Elmo saat ia menangis. Entah kenapa, ia tiba-tiba merasa lelah. Kenapa juga ia repot-repot mengurusi hubungan ini, sebentar lagi SNMPTN dan mestinya ia konsentrasi pada belajarnya.

“Mo, tau nggak, kayaknya si Aze itu jealous, atau ngerasa kurang perhatian,”

“Ah jealous sama siapa, gue nggak pernah ngapa-ngapain,”

”Hmm, nggak tau juga sih, tapi biasanya itu..”

”Kalo ngerasa kurang perhatian sih bisa jadi. Ah, nggak, dianya aja yang jadi aneh, terus gue harus ngapain emangnya? Anak kek gitu..”

”Idih, Elmo darah tinggi ya, marah-marah aja..”

”Huhu..” Elmo ketawa garing.

”Kalo saran aku sih kasih dia sedikit sentuhan..”

”HAH?”

”Maksud aku, yah, dari pengalaman juga, terus biasanya di novelku, buat ngedeketin tokohnya, ya pake cara itu, hehe..”

Elmo berusaha tidak menampilkan kengeriannya. Ia diam saja.

”Yah, biasanya sih dengan sentuhan, orang akan merasa..”

Euh..

”TAPI TRIS,” potong Elmo yang tidak ingin terus mendengar ada cewek yang menyarankan menggunakan ’sentuhan’.

”..lebih dicintai, kenapa Mo?”

”Nggak. Sok sana terusin.” Bisa-bisanya si Trista. Lingkungan kuliah telah mengubahnya. Dulu kalau Elmo minta saran tentang ceweknya pada Trista, dia tidak pernah menyarankan ’sentuhan’. Adalah satu hal kalau seorang cowok ingin menyentuh seorang cewek, tapi jika seorang cewek menyarankan seorang cowok ‘menyentuh’ cewek lain, itu jadi mengerikan. Elmo jadi penasaran, jangan-jangan si Trista ini cocok bergaul dengan beberapa di antara temen BKS-nya yang mesum-mesum. Tiba-tiba, misteri dari mana nomornya diperoleh Bamba, Yayat, dan Yadi jadi terpecahkan.

”Ng, itu elo ya yang ngasih nomer gue ke anak-anak?”

”Iya, kenapa Mo, nggak boleh ya? Maaf deh kalo..”

“Nggak, gapapa kok. Hayulah Tris, gue mau kerja. Thanks yah,”

“Sama-sama.”

Elmo meletakkan hapenya di meja samping tempat tidur, lalu menjatuhkan diri ke pembaringan, menutup wajahnya dengan tangan. Elmo termenung. Walaupun Elmo selama ini menganggap dirinya adalah jenis orang yang dapat menerima perubahan dalam hidup, tetapi tak urung hati Elmo merasa.. apa ya.. pedih mungkin, melihat Trista sudah berubah. Elmo merasa berat ketika timbul kesan dalam hatinya bahwa Trista yang dulu diam-diam ia cintai telah berubah tanpa kehadiran Elmo.

Betapa Elmo tidak rela menerima hal itu. Besok ia akan bertanya lagi pada Trista, siapa tahu sebenarnya sejauh apapun Trista berubah, ia masih bisa memberi saran dan menyejukkan hati Elmo.

 

6

Siang terik. Trista memindah-mindah channel tivi mini di mobilnya yang sedang menunggu untuk bisa keluar dari pelataran parkir kampusnya. Tadi ia habis mengerjakan tugas yang membuatnya harus asistensi berulang kali. Tugas sampling, menurut Trista sebenarnya tidak usah sampai sebegitunya asistensi sampai berkali-kali. Di malam itu, ya, di malam itu.

Selepas salah satu asistensinya ia berpapasan dengan Elmo di pintu parkiran restoran. Trista menghela nafas sambil menyerahkan uang parkir, akhirnya mobilnya bisa keluar, menuju kemacetan di jalan di depan kampusnya. Membuat Trista bertanya-tanya, mana sih sarjana-sarjana planologi? Bukankah mestinya mereka yang mengurusi masalah beginian? Siang terik, Trista mesti membiarkan pikirannya hanya berputar di dalam mobil karena ia tidak punya teman diskusi.

Setengah melamun di atas mobilnya yang merayap selamban siput sekarat, Trista mematikan tivinya lalu menyalakan radio. Ponselnya berdering.

“ Tris,”

“Elmo?”

Huh, siapa lagi gerangan yang menelepon dia di tengah suasana hatinya yang sendu?

Punten ya Tris, gue ngganggu aja..”

“Ah, nggak. Ada apa Mo?”

...Kusadari ku sangat, sangat menginginkanmu..”.

Uh, lagu apa pula itu. Trista mengecilkan volume radio lalu memindahkan frekuensinya.

”..Kucintaimu, tak berarti bahwa.. ku harus memilikimu slamanya..”

Lagunya sama! Ya ampun, ia menyerah.

Trista merasa hatinya sakit. Iya, ia jatuh cinta pada lelaki yang selalu dimiliki orang lain, yang tidak bisa dimilikinya. Samar-samar, menyeruak ke dalam kesadarannya yang diisi lagu d’Massiv, Trista mengerti bahwa Elmo lagi-lagi curhat tentang Aze. Aze-nya, yang jauh secara emosional. Berarti sarannya kemarin tentang menggunakan sentuhan itu tidak diterapkan Elmo atau sudah diterapkan lalu tidak berhasil?

”Jadi gimana dong Tris? Mesti gimana gue?”suara Elmo terdengar sedih.

“..kembali padanya... Aku bukan siapa-siapa.[3].

Trista menelan teriakan Elmo-yang-selama-ini-cinta-sama-kamu-tuh-aku dari tenggorokannya dan berusaha berpikir jernih. Oh yeah, ia bisa dibilang sudah sembuh dari nervous breakdown atau schizophrenia atau apalah yang terjadi padanya satu setengah tahun terakhir ini.

”Mo, menurut gue sih yang bisa bikin dia kembali kayak dulu ya dengan bikin dia ngerasa kek dulu..”

”..”

”Bikin dia merasa nyaman secara emosional..”

“Hah?”

Biarlah, biarlah. Sekiranya mereka jadi dekat lagi. Cinta tak harus memiliki. Trista menarik nafas dalam-dalam untuk mencegah suaranya diwarnai isakan.

Selama hampir setengah jam Trista berusaha membuat Elmo, yang bego dalam berkomunikasi, yang kadang orang bilang terlalu cengeng untuk jadi anggota BKS, yang dia cintai, untuk mengerti cara membuat ceweknya kembali. Elmo, kamu ajak dia ke rutinitas kalian dulu yang mungkin sempet terpotong. Elmo, bikin dia merasakan kembali masa-masa kasmaran dulu. Huh, memangnya mereka pasangan paruh baya yang jenuh dengan rumah tangga? Trista tidak terlalu ngeh dengan sarannya sendiri, tapi intinya itu deh.

Trista merasakan air mata perlahan-lahan mengalir menuruni pipinya. Ia membiarkan emosinya tersalurkan. Biarlah, biarlah. Ia tersedu-sedu di dalam mobilnya di siang bolong.

Ternyata ia sudah melewati kemacetan di depan kampus, melalui Pasupati dan sekarang sedang menelusuri deretan FO di jalan Dago. Ia akan menghibur hatinya yang patah dengan metode kesukaannya, retail therapy.



[1] Blink 182 – Adam’s Song

[2] CATS - Memory

[3] D’Massiv – Aku Bukan Siapa-siapa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Banyak Dibuka

Pembaruan Blog Lain