Minggu, 28 Juni 2015

Tentang Seorang Pengarang yang Ingin Segera Memamerkan Karyanya

Aku pernah mengenal seseorang yang sepertinya mempublikasikan karyanya terlalu cepat. Waktu itu aku baru berniat aktif di Goodreads. Temanku, L, menyarankanku untuk membaca karya beberapa penulis yang mempublikasikan karyanya lewat media tersebut, yang di antaranya adalah, sebut saja, HH. Aku pun mengunduh karya HH yang berupa PDF itu, dan berkenalan dengan penulisnya langsung. Kami bertukar pesan hingga beberapa lama, mula-mula di Goodreads lalu beralih ke Yahoo Messenger. Ia terkesan hangat, berperhatian, terutama pada orang-orang yang mau membaca karyanya. Rasanya seakan-akan ia berusaha untuk terhubung dengan semuanya, selama mereka mau membaca karyanya.

Novelnya itu bergenre fantasi—low fantasy. Ceritanya tentang seorang pemuda yang tampaknya biasa-biasa saja, tapi rupanya memiliki kekuatan super. Panjang halamannya lumayan juga.

Aku tidak berhasil menamatkan pembacaan novel itu. Selain karena aku tidak biasa membaca fiksi fantasi, penulisannya juga tidak beres. Maksudku, kalimatnya terasa seperti kalimat dari bahasa lain—bahasa Inggris, terutama—yang diterjemahkan ala kadarnya. Aku tidak mengatakan itu secara terang-terangan padanya, hanya memberi contoh mana kalimat yang perlu diedit. Kukira itu yang membuatku capek membaca karena sedikit-sedikit terhenti, terusik untuk mengoreksi kalimat, sehingga ceritanya itu sendiri semakin tidak bisa kunikmati. Anehnya, dia sebetulnya sudah menyewa editor, seorang master di bidang bahasa, yang dengan gigih membelanya saat karyanya itu dicela banyak pembaca di Goodreads.

Kelemahan dalam novel itu memang bukan cuma dalam penulisan. Penokohan, latar, logika… ada saja yang disinggung oleh para pembaca, baik yang berhasil menamatkannya ataupun tidak. Orang tidak mesti menamatkan pembacaan novel itu dulu baru berkomentar. Orang bisa saja berkomentar setiap kali menemukan sesuatu yang menarik dalam pembacaannya. Para pengikut komentarnya pun dibikin penasaran: Apakah dia bakal terus membaca karya itu? Apalagi kalau komentar-komentarnya itu dibungkus dalam bahasa yang menarik. Makin sadis makin menarik.

Sementara komentar untuk karyanya itu terus bertambah, HH menjadi populer di kalangan pembacanya, dan mungkin juga orang-orang yang sekadar tertarik dengan pembacaan para pembacanya. Ia lalu membuat semacam forum untuk belajar menulis bersama-sama dan meminta sejumlah orang untuk membantunya. Salah seorang yang dimintai bantuan olehnya adalah L, yang memang penulis skenario profesional, untuk mengurus kelas penulisan skenario.

Di satu sisi, kami mengagumi keaktifan HH dalam mempromosikan karyanya itu sampai-sampai ia meminta langsung pada reviewer-reviewer di Goodreads yang sudah terkenal untuk membacanya, bahkan menyediakan tempat khusus bagi mereka untuk berkomentar. Di sisi lain, kami kasihan karena komentar-komentar yang diberikan untuk karyanya itu sering kali dibahasakan secara keji meski kami memaklumi intinya.

Lalu tahu-tahu HH menghilang. Ia menghapus akunnya. Forum belajar menulis bersama bikinannya pun entah bagaimana nasibnya. Itu terjadi setelah datang komentar pedas dari reviewer yang paling dielu-elukannya.

Aku juga tidak bisa menghubunginya di YM. Tampaknya aku diblokir olehnya. Aku tidak merasa telah berbuat kesalahan serius pada kesempatan terakhir chatting dengannya. Mungkin karena aku tidak kunjung menyelesaikan pembacaan karyanya, dan tidak bisa memberi masukan yang berguna pada karya-karyanya selanjutnya, maka ia menganggap tidak ada gunanya lagi berhubungan denganku.

Tapi dengan L, kadang-kadang ia masih menyapa. Kuduga itu karena L tahan membaca karya-karyanya yang lain sampai selesai, bukan saja yang mendapat cercaan ramai di Goodreads itu. L bilang, pada karya-karyanya yang lebih baru itu, pola kalimat HH masih seberantakan karya yang sebelumnya, seakan ia terlalu asyik bercerita namun abai untuk mempelajari tata bahasa yang padahal tidak kalah penting bagi pembaca, apalagi pembaca berpengalaman. HH juga mengungkap pada L bahwa ia membayar sejumlah orang untuk memberikan pujian pada karyanya itu.

Lagi-lagi, di satu sisi kami mengagumi semangat menulisnya dan bahwa ia melakukan itu selepas bekerja sebagai pekerja bangunan demi mencukupi kebutuhan hidupnya; tapi di sisi lain, kami miris pada apa pun polah tingkahnya dan pada mutu karyanya itu sendiri. Kami juga tahu bahwa sebetulnya sudah sedari lama ia belajar menulis. Ia pernah memberikan tautan ke tulisannya di suatu forum—bukan Goodreads—yang tanggalnya sudah bertahun-tahun lalu.

L juga menulis fiksi fantasi, berupa novel hingga berjilid-jilid. Biasanya, ketika seseorang yang sama-sama menulis membaca karya kita, maka sebagai bentuk terima kasih kita akan ganti membaca karyanya. Tapi HH tidak pernah selesai membaca karya L.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Banyak Dibuka

Pembaruan Blog Lain