Minggu, 06 April 2008

Yeah!

Juni 2007


1

Sejak belajar privat perdana dan terakhir itu Elmo dan Aze tidak berhubungan lagi. Elmo jarang ke sekolah. Aze jarang berpapasan dengannya. Kadang-kadang Aze ketemu dengan Pak Kepsek gaul ceria yang bertanya, “Gimana, kebantu nggak belajarnya sama kakak?”

 “Ya... begitulah, Pak,” jawab Aze pendek.

Memang kadang Aze kepikiran ke Elmo kalau nemuin soal yang susah. Tapi, ah, gengsi ah. Biar orang itu saja yang menghubunginya duluan. Males. Males. Males mikirin Elmo. Males belajar.

Mestinya saat-saat begini Elmo sedang sibuk intensif. Aze tahu Elmo intensif  di dua tempat. Kalau pagi di SSS, bimbel favorit anak-anak Bilatung yang juga didirikan oleh alumni Bilatung beberapa belas tahun lalu. Kelar di SSS Elmo pergi ke BC, alias Brilliant Club, untuk intensif sampai malam. Katanya BC itu bimbel semi privat. Aze tidak terlalu mengerti. Memikirkan perjuangan orang-orang yang menghadapi SPMB sampai ambil lebih dari satu bimbel sudah bikin Aze butek duluan. Nggak korslet apa tuh otak. Gimana ceritanya dia nanti, ya?

Aze juga sekarang lagi sibuk-sibuknya ulum. Sekarang ia lebih selektif dalam membaca artikel di koran, tidak serakus dahulu. Kalau misalnya besok ulumnya Biologi, maka Aze akan membaca artikel terkait di koran. Kalau artikel terkait materi ulum besok sudah habis dibaca, mau tak mau Aze harus baca buku pelajaran.

Setelah seminggu berkutat dengan soal-soal tak berperikemanusiaan yang membuatnya terkapar mengenaskan sepulang dari sekolah, Aze merayakan selesainya ulum dengan berkebun. Ya, iya tahu, perjuangan belum berakhir. Masih ada remedial. Dan belum tentu dia naik kelas. Tapi Aze dan teman-teman sekelasnya berencana kalau mereka lulus semua mereka hendak memanen buah-buahan yang tumbuh di kebun rumah masing-masing dan merujak bersama.

 

2

Sepucuk surat melayang ke rumah Elmo diiringi cicit burung gereja dan semerbak harum masakan ibu, untuk menyiarkan kabar gembira kepada seluruh umat manusia: Elmo lulus UN! Begitupun dengan murid kelas 3 lainnya di SMAN Bilatung. Semuanya lulus UN. Tidak pernah ada sejarahnya anak SMAN Bilatung yang tidak lulus UN. Selain selembar kertas pernyataan kelulusan, amplop surat itu pun diisi oleh lampiran mengenai beberapa urusan administrasi yang harus segera dituntaskan.

Beberapa hari setelah hari berbahagia yang membuat Elmo khawatir berat badannya bertambah dua kilo, Elmo telah melenggang santai di koridor sekolah. Niatnya sebetulnya cuman mau main dan ketemu teman-teman saja. Sengaja hari ini ia tidak intensif di BC karena Mas Fahri, pengelola sekaligus pengajar BC yang sangat akrab dengannya, khawatir rambut lebat indah Elmo jadi rontok. Mas Fahri telah membimbingnya selama hampir tiga tahun ini dan beliau telah melihat kerja keras Elmo. Santai sajalah dulu, katanya. Pacaran dulu, apa kek....

Terbukti perkataan Mas Fahri membawa tuah, Elmo berpapasan dengan Aze di depan ruang guru. Anak itu sepertinya baru keluar dari sana. Elmo agak terkejut melihat tampang gadis itu yang biasanya cuek, sekarang tampak loyo.

“Eh, Aze. Udah lama nggak ketemu, yah. Kok tampangnya aneh gitu,” sapa Elmo hangat, siapa tahu bisa membesarkan hati Aze.

“Duhh... aku lagi pusing nih. Di kelas, aku yang paling banyak kena remedial. Argh, sial!” Aze memegang kepalanya. “Kayaknya aku nggak akan naik kelas deh.”

“Kok gitu sih?” Elmo merasa miris. Ia berpisah dari rombongannya dan menggiring Aze ke pinggir.

“Eh, emang masalahnya apa sih? Kalau remedial tinggal belajar lagi aja, kan?” ujar Elmo memberi solusi brilian

Aze menekuri ubin dan bersuara dengan nada tertekan, “Iya... tapi ulum ini semakin bikin aku... hampa. Padahal aku udah ngerjain soal-soal tapi... ya gitu aja hasilnya.”

 Mereka kini duduk di bangku ubin yang menempel pada dinding depan perpus.

“Ah,” seru Elmo, masih dengan solusi briliannya. Kali ini ia hendak memberi kisah seribu satu malam yang niscaya dapat membesarkan hati. “Dahulu kala ada seekor keledai jelek dan bodoh. Ia sudah tua dan tidak bisa melakukan pekerjaan apa-apa. Hingga pemiliknya berniat mengakhiri hidup keledai tak berguna itu karena kasihan...”

“Ukh. Akang sebetulnya mau apa sih?”

“Elmo sebenarnya ingin ngasih kamu smart solution yang bisa bikin kamu ngerti abis. Gimana kalau kamu ikut bimbel Elmo aja? Gurunya asik. Elmo bisa ngerti Fisika dari dia.”

“Bimbel apaan emangnya?”

Brilliant Club.”

 “Urgh, itu lagi... Aku nggak berniat masuk bimbel sekarang ini. Nanti aja pas kelas tiga. Mmm... Kang, tadinya aku kepikiran, aku mau privat ma Akang lagi aja. Tapi Akang lagi sibuk intensif, jadi ya... nggak usah deh. Aku mau minta ajarin temanku yang super cerdas aja... Itupun kalau dia mau. Orang super cerdas kan suka sok sibuk.”

Aze bangkit dari duduknya dan berhenti ketika Elmo bilang bahwa ia akan mengusahakan itu. Aze sumringah. Otak piciknya berpikir Elmo satu-satunya harapan. Elmo sendiri tengah berpikir bagaimana mengatur jadwal intensifnya. 

 

3

Hari pembagian rapot telah tiba. Meski isi rapotnya tidak begitu menyenangkan hati kedua orangtuanya, namun Aze berbahagia karena ia naik kelas! Yeee!!!

Saking senangnya Aze mengsms Elmo:

 

Kang, trmksh y ats js2 akg slm ini.ak naik kls&ak bahagia.ha3x

 

Elmo membaca huruf demi huruf yang tertera pada LCD hapenya dengan ekspresi aneh.

“Say, napa muka kamu begitu?” Kepala Artika menyender di bahu Elmo. Mereka sedang menghabiskan siang yang indah di Cisangkuy sambil menyeruput yoghurt gembira. Pemandangan hijau asri di depan mereka dengan lansia berjalan-jalan di dalamnya begitu merawankan hati. Namanya juga Taman Lansia.

“Sms siapa itu?” Artika iseng bertanya. Kalaupun dari cewek ini, ia tidak akan cemburu. Elmo sudah biasa begitu.

“Eng, temen,” jawab Elmo sambil membalas sms tersebut.

 

Selamat, y.doain Lmo&tmn2 Bilatung ry jg y, smgg lg SPMB niy.deg2an

 

Juli 2007

4

Aze mencabuti satu per satu selotip yang menempelkan partitur raksasa ke whiteboard. Akhirnya latihan anak-anak kelas satu untuk penampilan di prom yang tinggal tiga hari lagi itu ada kemajuan. Tapi tetap saja Aze sedikit bete karena lagi-lagi hanya dia dan seorang temannya yang membereskan bekas latihan, mentang-mentang mereka yang paling tidak eksis di eskul. Ada hubungannya gitu? Ya iyalah. Kalau mereka anak yang eksis berarti dia punya kepribadian over-pede dan narsistik—walau kadar kedua karakter itu berbeda-beda pada setiap orang eksis. Kalau mereka punya kepribadian seperti itu, mereka bisa enak saja mendelegasikan tugasnya pada orang lain, sementara mereka leha-leha di ruang eskul bareng alumni yang juga eksis dan kebetulan ada di sana.

Sambil membawa empat gulungan karton yang rata-rata panjangnya 2 meter itu, Aze menuruni tangga sial—tempat dia kecelakaan—dengan kehati-hatian yang sedikit berlebihan lalu berjalan menuju koridor sekolah. Baru juga dia pulih dari kecelakaan kemarin, ya sih sudah lama, tetap saja dia yang jadi babu. Sungguh naif Aze mengharapkan ia akan lebih dikenal oleh adik kelas dan alumni di eskul gara-gara kejadian hebohnya. Ia malah jadi tambah dikenal oleh anak-anak BKS. Hiih. Ia jadi teringat sama mimpi seramnya yang kapan itu.

“Ze, jadinya kamu mau ikut bimbel apa?” tanya teman Aze sambil berjalan menuju ruang PA.

“Bimbel? Aku baru tanya-tanya kakak kelas sih,” jawab Aze seolah-olah ia akrab dengan banyak kakak kelas. Padahal senior di eskul saja tidak ingat namanya siapa. Kakak kelas yang bisa dia tanya kan cuma Elmo.

“Pasti kamu tanya si Elmo-elmo itu ya,” teman Aze sirik. Bisa-bisanya si Aze ini kenal kakak kelas yang ganteng dan eksis seperti Elmo ditambah diketahui keberadaannya oleh sebagian besar anak BKS angkatan di atas mereka. Pakai diprivatin pula!

“Iya,” tukas Aze jengah. Beberapa temannya kadang mengejek Aze lagi mengincar Elmo. Amit-amit deh. Kalo Elmo atau ceweknya dengar, semakin hina saja Aze nantinya.

“Dia kemarin SPMB kan yah?”

“Iyalah,”ingatan Aze melayang pada sms Elmo beberapa hari yang lalu itu untuk minta didoakan kelancaran SPMB-nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Banyak Dibuka

Pembaruan Blog Lain