Minggu, 02 September 2012

Domba-domba Saling Tanduk di Babakan Siliwangi


Duak!
Pikap-pikap berbaris di tepi Jalan Siliwangi pada Sabtu (01/09/12). Butiran-butiran hitam--kotoran domba--berceceran di bak. Gempita musik Jaipongan teredam tajuk pepohonan Babakan Siliwangi. Rupanya pertunjukan seni ketangkasan domba Garut tengah berlangsung. Cuaca cerah mendukung 92 pasang domba asal Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Cianjur, hingga Sukabumi untuk saling menghantamkan kepala pada satu sama lain.

Di satu panggung nayaga menyemarakkan suasana. Sesekali beberapa orang naik ke depan panggung lalu menggerakkan tubuh mereka sesuai irama. Domba-domba yang menanti giliran maupun sudah anteng atau gelisah pada patoknya masing-masing di luar tribune, dengan atau tanpa alas. Banyak lelaki berpakaian hitam-hitam dengan ikat kepala batik berkeliaran di sekitar domba-domba. Tribune yang mengelilingi lapangan diisi oleh pengunjung  lain yang tidak sedikit jumlahnya, tidak hanya laki-laki, tapi juga perempuan, dewasa hingga anak-anak. Para pedagang, mulai dari pedagang kupat tahu, nasi kuning, siomay, cendol, boneka domba, hingga asongan menempati posnya masing-masing.

Mengantri giliran di atas singgasana
Lagu berganti seiring dengan sepasang demi sepasang domba berlaga di lapangan. Seorang wasit berpeluit memberi aba-aba bagi pasangan domba yang akan bertanding. Masing-masing domba mundur seraya ambil ancang-ancang, lalu menyerbu bagian depan kepala satu sama lain. Duak! Satu tandukan. Keduanya lekas mundur lagi, melaju lagi, dan duak! Dua tandukan. Dan seterusnya hingga 20 kali tandukan, atau salah satu domba semaput. Tiap domba di lapangan didampingi oleh sedikitnya seorang lelaki. Kadang seusai menyeruduk lawan, domba dipijat oleh pendampingnya masing-masing sebelum melakukan tandukan berikutnya. Lecet di dahi domba adalah hal biasa, bisa pulih lagi.

Keriuhan di lapangan
Usia domba yang ditandingkan berkisar antara 3 - 6 tahun. Pasangan domba ditentukan sejak sebelum pendaftaran oleh pemilik domba itu sendiri. Begitu sampai di lokasi pemilik domba mencari pemilik domba lain yang hendak dijadikan lawan bagi dombanya, lalu kedua domba tersebut didaftarkan pada panitia.

Domba tidak akan ditandingkan lagi dalam waktu pertunjukan yang sama, meskipun telah mengungguli lawannya. Domba dinilai berdasarkan beberapa kriteria. Domba yang mendapat skor paling besar menjadi pemenang.

Mobil, domba, orang, motor campur aduk di jalan

Sebagian masyarakat masih memiliki persepsi yang negatif terhadap seni ketangkasan domba Garut, atau lazimnya dikenal dengan "adu domba". Padahal domba yang diadukan masih bisa hidup hingga sepuluh tahun lagi. Benturan antara kepala domba tidak menyebabkan gegar otak, sebab struktur tengkorak domba tidak sebagaimana milik kita. Terdapat semacam pegas pada bagian depan tengkorak domba, sedang otak domba terletak di bagian belakang tengkorak. Adapun domba yang semaput dikarenakan arah tandukan domba lawan tidak mengenai bagian yang tepat. Kemampuan domba berlaga di lapangan juga meningkatkan nilai jual domba itu sendiri, yang dengan demikian menguntungkan peternaknya.

Seni ketangkasan domba Garut mulai berkembang pada awal abad 20 di Jawa Barat, sempat terhenti pada masa perang kemerdekaan Indonesia, dan berlanjut lagi pada tahun 1950-an. Hingga kini Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Jawa Barat rutin menyelenggarakan seni ketangkasan domba Garut sebagai ajang silaturahmi bagi para pemilik domba.

Suasana di Babakan Siliwangi, 01/09/12
Cabang HPDKI di Kota Bandung melangsungkan latbar atau latihan berhadiah  tiap minggu, sedangkan kontes tidak tentu. Saat latbar jumlah domba bisa mencapai 100 pasang, sedangkan saat kontes 150-250 pasang. Informasi acara bisa dilihat setiap Rabu di Galamedia. Blok pamidangan (lapangan adu domba) di Babakan Siliwangi biasanya digunakan pada minggu pertama tiap bulan, sedang pada minggu-minggu berikutnya dilangsungkan di blok pamidangan lain di Cilimus, Moh. Toha, dan Arcamanik.

Adapun blok pamidangan  di Babakan Siliwangi dibangun setelah Otje Djoendjoenan menjabat sebagai walikota, yaitu tahun 1977. Semula blok pamidangan berada di area yang kini merupakan kolam renang, sebelum dipindahkan ke area yang lebih tinggi.***

4 komentar:

  1. Pemenang adu domba dapet hadiah apa mb? atau domba yang kalah tadi, jadi milik si pemenang?

    BalasHapus
    Balasan
    1. aduh maaf ga sempet nanya tentang itu euy. belum cari2 juga di bacaan tentang itu hehe. yang saya tahu paling, hadiah buat lomba itu dari uang pendaftaran. iya ya, hadiahnya apa ya? hehehe. kayaknya mah ga mungkin sih domba yang kalah jadi milik yang menang mah. eniwei tengs yah udah mampir :)

      Hapus
  2. waa.. menarik ya! Kadang saya ngerasa kasian sama domba-domba yang diadu itu, tapi ternyata para domba masih bisa hidup untuk 10 tahun ke depan.. woww.. woow..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, insya Allah ga bakal kenapa2 dombanya asal ga salah nanduk aja. makasih udah mampir :)

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...