Duak! |
Di satu panggung nayaga menyemarakkan suasana. Sesekali beberapa orang naik ke depan panggung lalu menggerakkan tubuh mereka sesuai irama. Domba-domba yang menanti giliran maupun sudah anteng atau gelisah pada patoknya masing-masing di luar tribune, dengan atau tanpa alas. Banyak lelaki berpakaian hitam-hitam dengan ikat kepala batik berkeliaran di sekitar domba-domba. Tribune yang mengelilingi lapangan diisi oleh pengunjung lain yang tidak sedikit jumlahnya, tidak hanya laki-laki, tapi juga perempuan, dewasa hingga anak-anak. Para pedagang, mulai dari pedagang kupat tahu, nasi kuning, siomay, cendol, boneka domba, hingga asongan menempati posnya masing-masing.
Mengantri giliran di atas singgasana |
Keriuhan di lapangan |
Domba tidak akan ditandingkan lagi dalam waktu pertunjukan yang sama, meskipun telah mengungguli lawannya. Domba dinilai berdasarkan beberapa kriteria. Domba yang mendapat skor paling besar menjadi pemenang.
Mobil, domba, orang, motor campur aduk di jalan |
Sebagian masyarakat masih memiliki persepsi yang negatif terhadap seni ketangkasan domba Garut, atau lazimnya dikenal dengan "adu domba". Padahal domba yang diadukan masih bisa hidup hingga sepuluh tahun lagi. Benturan antara kepala domba tidak menyebabkan gegar otak, sebab struktur tengkorak domba tidak sebagaimana milik kita. Terdapat semacam pegas pada bagian depan tengkorak domba, sedang otak domba terletak di bagian belakang tengkorak. Adapun domba yang semaput dikarenakan arah tandukan domba lawan tidak mengenai bagian yang tepat. Kemampuan domba berlaga di lapangan juga meningkatkan nilai jual domba itu sendiri, yang dengan demikian menguntungkan peternaknya.
Seni ketangkasan domba Garut mulai berkembang pada awal abad 20 di Jawa Barat, sempat terhenti pada masa perang kemerdekaan Indonesia, dan berlanjut lagi pada tahun 1950-an. Hingga kini Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Jawa Barat rutin menyelenggarakan seni ketangkasan domba Garut sebagai ajang silaturahmi bagi para pemilik domba.
Suasana di Babakan Siliwangi, 01/09/12 |
Adapun blok pamidangan di Babakan Siliwangi dibangun setelah Otje Djoendjoenan menjabat sebagai walikota, yaitu tahun 1977. Semula blok pamidangan berada di area yang kini merupakan kolam renang, sebelum dipindahkan ke area yang lebih tinggi.***
Pemenang adu domba dapet hadiah apa mb? atau domba yang kalah tadi, jadi milik si pemenang?
BalasHapusaduh maaf ga sempet nanya tentang itu euy. belum cari2 juga di bacaan tentang itu hehe. yang saya tahu paling, hadiah buat lomba itu dari uang pendaftaran. iya ya, hadiahnya apa ya? hehehe. kayaknya mah ga mungkin sih domba yang kalah jadi milik yang menang mah. eniwei tengs yah udah mampir :)
Hapuswaa.. menarik ya! Kadang saya ngerasa kasian sama domba-domba yang diadu itu, tapi ternyata para domba masih bisa hidup untuk 10 tahun ke depan.. woww.. woow..
BalasHapusiya, insya Allah ga bakal kenapa2 dombanya asal ga salah nanduk aja. makasih udah mampir :)
Hapus