Setelah 124 post dan 1176 komentar (termasuk tanggapan dari diri sendiri untuk komentar dari orang lain).
Akhirnya ada salah satu post yang menembus poin di atas 100 (kategori Featured Stories). Walaupun poin tidak bisa dijadikan patokan kualitas dalam situs yang bisa dibilang baru playground dalam dunia kepenulisan ini (ngutip kata-kata momodnya loh), dan post itu sendiri cuma berupa cerita simpel... entah kenapa rasanya senang saja :'D
Terima kasih untuk para komentator khususnya ID srizqya yang berkat poin darinya post yang telah terkubur lama ini lantas pindah halaman.
Mengingat belum lama ini pun saya berhasil menamatkan pembacaan Semerbak Bunga di Bandung Raya, sepertinya semakin bertambah alasan untuk potong tumpeng. (Nggeus ah, lebay!)
Ciuman Pertama
“Ma—maaf, Bibe…”
Masih terpana, “Tadi itu… yang pertama,” kata Bibe.
“Aku juga…” Mata laki-laki itu memicing ke lain arah.
Di samping mereka satu-dua orang berjalan kaki atau berkendaraan melesat. Di antara mereka lampu-lampu berkedap-kedip dari arah pemukiman kumuh yang mengapit kali.
“Ayo Bibe. Kamu belum nengok adik kamu kan.”
“Iya, iya.”
Sepanjang perjalanan ke rumah sakit senyum menyimpul bibir mereka hingga mereka hanya bisa berdiam-diaman. Lelaki itu mengantarnya sampai ke pelataran, minta maaf karena tidak ikut ke dalam.
“Enggak apa-apa. Sukses rapatnya yaa.”
Motor lelaki itu melaju seiring langkah Bibe mengayun. Ringan-ringan bagai tidak berpijak ke lantai. Double jackpot. Mulanya ia pikir hari ini ia hanya akan melihat adiknya untuk pertama kali, tapi tidak dinyana juga kecupan di bibir untuk pertama kali!
Aw…!
Sampai di ruangan yang dituju. Mama berbaring di ranjang. Di tepinya Papa berdiri menimang-nimang adik merah jambu dalam buaian, menciumi perlahan. Dahinya. Hidungnya. Pipinya. Bibirnya.
Bibe tercengang.
“Papa,” seru Bibe, “jangan cium-cium!”
Orangtuanya termangu.
“Jangan di bibir!”
Papa telah mencuri ciuman pertama adiknya!
“Tapi Papa udah cukuran,” balas Papa. Karena pada lain kesempatan Bibe protes saat Papa menciumi adik-sepupunya dengan wajah berewokan.
“Kenapa Bibe, orangtua boleh nyium anaknya di mana aja,” kata Mama. “Bahkan di pantat.”
“Iya. Pantat bayi itu permukaan paling lembut di dunia,” terdengar suara tantenya. Wanita itu duduk di kursi di ujung ranjang, menyusui bayinya yang baru berusia setahun.
Bibe mengernyit pada Papa yang terus saja dengan ulahnya. “Tapi… di bibir itu…”
“Ah Bibe, kayak enggak ingat aja,” tukas Mama sambil tertawa. “Dulu juga Bibe gitu sama Papa. Tapi pas udah gede, Bibe suka lari kalau dideketin Papa.”
Kerutan di wajah Bibe menjadi-jadi. “…di bibir juga?” ucapnya lemah.
“Di mana-mana!”
Pundak Bibe pun layu.[]
woah selamat kk dayeuh !
BalasHapusaku ikut seneng. poin2 sama feedback yg diberikan ke tulisan kita emang kayak punya magic tersendiri ya..bikin kita semangat nulis xD
tp tulisan2 kk emang keren ;D
terima kasih Sunny Cherry :D
Hapussaya ngerasa mesti belajar menulis dari awal lagi nih heuheuheu...
gimana novelnya? kapan nangkring di Kekom lagi nih? :))
aduh kl kk aja ngerasa begitu apalagi aku kak -_- hhaha
Hapusnovelnya... harus mengalah dulu krn bbrp hal :') btw aku baru ngepos crita baru di kekom lho~ mampir dong kak heuheu
oke. sudah kutinggalkan jejak di ceritamu, cherry :)
Hapusya udah mulai dari nulis yang pendek2 dulu aja, yang penting kontinyu :D hehehe...