Sabtu, 01 Maret 2014

Hebohnya Belanja Buku Bareng Mama

Pesta Buku kembali digelar di Bandung pada 27 Februari – 5 Maret 2014. Pesta yang wajib dihadiri oleh Mama dan saya. Mama menentukan kami pergi Jumat malam. Kenapa mesti malam, bisa jadi Mama memiliki kesibukan pada waktu lain, namun bagi saya itu mengingatkan pada kejadian di malam terakhir Pesta Buku sebelumnya—Oktober 2013.

Suasana pameran buku di Landmark yang tampak lengang, malam (28/2/14)

Pada waktu itu, saya tidak bersemangat untuk pergi kendati Mama sudah mengajak saya. Saya khawatir bakal terdorong untuk memborong banyak buku sementara yang tersedia di rumah saja tidak terbaca. Mama pun menggaet adik bungsu saya yang ternyata bukanlah partner yang asyik untuk diajak berburu buku—perannya lantas hanya sebagai porter yang suka menjatuhkan bawaannya.

Tapi beberapa hari kemudian, pada hari terakhir acara tersebut, saya pergi juga sore-sore. Setan apa gerangan yang sudah membisiki saya. Mama pun menitip beberapa judul yang belum terbeli pada kesempatan sebelumnya. Setelah membeli beberapa buku yang diperlukan, saya pulang dan sampai di rumah sewaktu magrib. Mama sudah pulang juga dari kerja. Saya serahkan buku-buku titipannya sembari menyebutkan beberapa buku yang saya lihat di pameran tadi yang kira-kira menarik buatnya dan belum dimilikinya. Memang saya ini kadang jadi “setan buku” buat Mama. Kalau saya main ke toko buku dan melihat buku yang saya anggap menarik buat Mama, saya bakal mengingatnya semisal dengan memotretnya lalu mengabarkannya pada Mama. Pernah juga yang saya lihat itu buku yang menarik buat saya, namun dipajang juga buku-buku yang sepertinya menarik buat Mama, jadinya ya sekalian saja. Antrean memanjang di belakang saat kasir menghitung tumpukan buku yang kami ambil.

Mama terkipasi juga dengan “promosi” yang saya sampaikan sambil lalu saja itu. Mumpung pameran masih berlangsung. Hari terakhir, lagi! Jadilah, setelah salat magrib, masih dengan pakaian yang meruapkan hangat dan lembap akibat jalan-jalan sore sebelumnya, saya kembali ke gedung Landmark yang menjadi lokasi Pesta Buku. Namun kali ini bersama Mama.

Stan yang pertama-tama kami kunjungi karena menyediakan buku-buku yang diincar Mama adalah Komunitas Bambu. Bagi yang belum tahu, Komunitas Bambu yang berbasis di Depok ini menerbitkan buku-buku sejarah. Pokoknya yang serba tempo dulu lah. Sumatra Tempo Doeloe, Jawa Tempo Doeloe, Bali Tempo Doeloe, sampai Candu Tempo Doeloe adalah beberapa dari sekian judul yang telah diterbitkan oleh Komunitas Bambu. Sayang salah satu buku yang saya “promosi”kan pada Mama, yaitu mengenai teosofi dan semacam itu, sudah tidak bersisa. Padahal sore tadi masih ada! Lapak sudah tidak lagi penuh ditutupi buku. Laris juga penerbit ini. Mama bertanya-tanya pada penjaga stan adakah stok yang tersisa untuk buku ini-itu, bagaimana kalau ingin memperolehnya, dan lain-lain. Rupanya pesan langsung pada penerbit tidak menjadikan harga buku lebih murah. Mas-mas itu bilang Desember mendatang Komunitas Bambu bakal hadir lagi di pameran buku yang diselenggarakan UNPAD. Catat! Jadilah Mama membeli buku-buku yang seadanya namun tetap menarik minatnya. Tapi yang seadanya itu pun dengan cepat melenyapkan sebagian besar uang dari dompetnya.

Lepas dari stan Komunitas Bambu, kami lanjut melihat-lihat. Agak penuh pameran pada malam itu. Mungkin karena malam terakhir. Saya mengajak Mama ke lantai atas karena ada stan Lawang Buku yang memajang buku-buku lama. Selain menemani dan membawakan belanjaan apabila sudah berat, saya juga berperan sebagai penunjuk-buku. Maksudnya, kalau selagi melihat-lihat itu saya menangkap judul yang kira-kira menarik buat Mama, saya bakal menggaetnya ke sana, mengacungkan atau menyodorkannya, sembari bilang, “Ma, ini, Ma.” Seringkali pilihan saya cocok dengan minatnya dan keluarlah lagi uang dari dompetnya. Di lantai atas, terbeli beberapa buku lagi. Sampai di salah satu stan terujung, yang memajang buku-buku terbitan Ombak dari Yogyakarta, masalah dimulai.

Mama terpikat dengan sebuah buku tentang penulisan sejarah yang tinggal satu-satunya, tidak bersampul plastik pula. Namun kondisinya cukup bagus. Selain itu ada pula beberapa judul lain yang bagi Mama penting. Sayangnya… uang yang tersisa di dompet Mama tidak mencukupi. Tapi kapan lagi bisa memperoleh buku itu dengan harga diskon? Buku yang jarang terlihat di toko buku pula dan statusnya di stan itu cuma titipan. Mama sampai bernegosiasi dengan penjaga stan bagaimana kalau buku tersebut diantarkan dan dibayar ke rumah. Dengan ramahnya aa-aa penjaga itu memupus harapan ibu-ibu ngebet.

Tinggal sekitar dua jam lagi menuju penutupan pameran. Saya mengajukan dua opsi pada Mama. Opsi pertama, suruh adik saya ke Landmark untuk membawakan uang. Kami pun menelepon adik saya itu yang kontan menolak. Apalagi dia sedang menghadapi UTS. Opsi kedua, kembali ke rumah untuk mengambil uang. Dengan asumsi perjalanan bolak-balik memakan waktu sekitar satu jam, sepertinya masih tersisa waktu untuk menebus buku itu. Opsi kedua pun dilaksanakan.

Sampai di depan rumah lagi, Mama menyuruh saya untuk mengambil uang di lemari besi di ruangannya. Kami sama-sama segan dengan Papa yang tampaknya kurang senang apabila kami membelanjakan terlalu banyak uang untuk buku. Saya bilang Mama yang mestinya ke dalam rumah toh dia yang tahu tempatnya, sedang saya menunggu di mobil. Mama pun keluar dari mobil. Dia kembali dengan amplop tebal. Dia bilang Papa heran melihatnya dan bertanya kenapa belum berangkat. Hihihi. Padahal mah sudah tapi balik lagi gegara tidak cukup modal. Sepanjang perjalanan kembali ke Landmark, saya pun menghitung uang segepok yang ada di dalam amplop tersebut.

Sesampainya lagi ke kawasan tersebut, di dekat Alfamart Suniaraja mobil yang kami kendarai kembali mengisi tempat parkir yang sama yang ternyata masih kosong sepeninggalan kami tadi. Segeralah kami menuju stan yang jadi TKP. Mudah-mudahan buku yang diincar tadi belum ada yang membeli. Ternyata memang masih ada! Aa-aa penjaga itu bilang kalau tadi sempat ada yang menanyakan buku itu, namun ia menyimpankannya untuk Mama. Alhamdulillah hahaha.

Setelah mendapatkan buku itu, rasanya tenang. Kami pun menyempatkan untuk meninjau stan-stan lain. Sudah mendekati pukul sembilan malam pada waktu itu. Di beberapa stan tampak sebagian buku telah dipak ke dalam kardus-kardus besar. Situasi tersebut cukup menyurutkan keinginan untuk meninjau lebih jauh. Beberapa stan yang sempat kami singgahi antara lain stan obralan Mizan di mana saya menemukan buku tentang Presiden Syafrudin Prawiranegara untuk Mama, dan stan Yayasan Obor Indonesia di mana Mama mendapatkan buku tentang tentara Amerika Serikat pada masa Perang Dunia kedua dengan harga bantingan.

Pada Pesta Buku kali ini, saya tidak lagi enggan ketika Mama mengajak saya. Agaknya pertahanan saya untuk tidak mudah tergoda oleh buku sudah mulai menguat. Tapi mata dan tangan saya tetap aktif melihat-lihat buku yang kiranya cocok untuk Mama. Kami datang pada malam hari kedua, Jumat (28/2/14). Kontras dengan jalanan yang padat kendaraan dan tidak tertib, pengunjung di dalam gedung pameran tersebut tampak sepi. Penerbit yang berpartisipasi pun agaknya tidak sebanyak kemarin. Saya belum menemukan penerbit yang memajang buku-buku pelajaran bahasa Jerman seperti pada Pesta Buku sebelumnya, pun di lantai dua tidak ada stan yang menyuguhkan buku-buku terbitan Ombak yang dulu menjadi incaran Mama.


Toko buku cuci-gudang dari Yogyakarta, Yusuf Agency, turut meramaikan Pesta Buku di Landmark, Bandung (27/2-5/3/14). Kalau beruntung, di sini kita bisa menemukan buku unik dengan harga mencengangkan saking murah meriah.

Pada kunjungan kali ini, lagi-lagi uang yang dibawa Mama tidak cukup untuk membeli semua buku yang diinginkannya. Namun kami tidak perlu grusa-grusu meluncur kembali ke rumah lalu ke Landmark lagi seperti sebelumnya karena pameran masih dilangsungkan hingga lima hari lagi. Melewati tanggal gajian pula. Beginilah nasib punya mama penggila buku J[]

2 komentar:

  1. Dyaaaaah.... di sana ada the cuckoo's calling ga? Aku nyari di togamas ga ada... hiks

    BalasHapus
    Balasan
    1. loh itu bukannya buku baru. di gramedia jalan merdeka sama toko gunung agung bip ada tuh. mungkin di palasari juga. di pameran ga liat.

      Hapus

Banyak Dibuka

Pembaruan Blog Lain