Kapok menerjemahkan gegara “Solid Object”
(Virginia Woolf), tapi satu dari empat hal untuk menjadi penulis hebat menurut Eka
Kurniawan adalah menerjemahkan. Haruki
Murakami pun melakukannya. Demi menjaga interaksi dengan bahasa Inggris
biar tidak semakin asing, dan kemampuan merangkai kata karena saya masih
gamang untuk menulis karangan saya sendiri, saya mencoba untuk mengakali daftar
(diurut berdasarkan jumlah dan nomor halaman dalam antologi cerpen Harper,
1991) dengan menerjemahkan cerpen-cerpen yang relatif simpel. Hasilnya bisa
dilihat di sini,
sini,
dan sini.
Ada satu-dua cerpen lagi yang saya terjemahkan, namun saya ragu untuk
memajangnya di blog karena tidak menemukan versi digitalnya yang bisa diakses
secara cuma-cuma. Namun ketika saya lagi-lagi menghadapi cerpen-sulit, “My Man
Bovanne” dari Toni Cade Bambara, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa
Afro-Amerika yang jauh dari gramatikal pun kata-kata di dalamnya belum tentu terdapat
dalam kamus Echols-Shadily, saya mengakali daftar lagi dan mencoba “The
Notorious Jumping Frog of Calaveras County” dari Mark Twain.
source |
Kenapa bahasanya tahu-tahu jeblok
begitu, ialah karena cerpen ini bentuknya berbingkai. Ada cerita di dalam
cerita. Masing-masing dibawakan oleh penutur yang berbeda. Alkisah, narator
disurati kawannya untuk menanyakan tentang Rev.
Leonidas W. Smiley kepada orang yang bernama Simon Wheeler. Narator pun
menemui Wheeler dan terjebak untuk mendengarkan lelaki tua itu mengoceh
panjang-lebar. Alih-alih Rev. Leonidas W. Smiley, Wheeler malah
bercerita tentang Jim Smiley si
gila-taruhan. Selama masih punya uang, dan selama ada orang yang bisa digaet,
apa saja bakal dia jadikan objek taruhan. Mulai dari anjing, kucing, atau ayam
yang lagi bertengkar (mana yang menang?), dua ekor burung yang lagi menclok di
pagar (mana yang terbang duluan?), sampai kumbang yang lagi jalan (ke mana dia
menuju?, berapa lama?). Cerita dari Wheeler yang makan hampir tiga halaman ini
terdiri dari paragraf-paragraf yang berisi kalimat langsung—bahasa cakapan. Karena
kejadian dalam cerpen ini berlangsung pada abad ke-19 di kamp pertambangan
Angel yang terletak di bagian barat Amerika Serikat (AS), maka mafhumlah
apabila bahasa yang digunakan pun menyesuaikan. Dalam hal ini penulis sangat
realis. Perbedaan bahasa ini konon menunjukkan bagaimana pada masa itu terdapat
kesenjangan di AS. Bagian barat negara tersebut (yang menjadi latar cerpen ini)
belumlah semaju bagian timur (yang disebut di awal cerpen ini sebagai asal
kawan yang menyurati narator). Bisa dibilang bahasa menunjukkan budaya, bahkan
tingkat pendidikan/intelektual. Selain itu, teknik ini agaknya digunakan untuk
menimbulkan kesan lucu. Menurut Melvin Helitzer dalam Comedy Writing Secret (2nd
edition), orang tertawa karena merasa superior. Jika pembaca adalah orang
dengan kemampuan berbahasa yang cukup baik, ia mungkin geli-geli kesal dengan
orang yang bahasanya kacau dan tingkahnya seperti Wheeler. Yang menceritakan
lain dari yang ditanyakan. Sudah begitu ocehannya panjang pula! Sial benar si
narator. Bukankah kesialan biasa menjadi suguhan utama dalam komedi?
Ini juga salah satu kiat melucu dari
Mark Twain. Menurutnya, kelucuan justru terasa ketika si penutur tidak
menyadari kalau apa yang diceritakannya itu lucu. Seperti Wheeler yang
mengisahkan kekonyolan Smiley ini dengan mimik serius.
Simon Wheeler backed me into a corner
and blockaded me there with this chair, and then sat down and reeled off the
monotonous narrative which follows this paragraph. He never smiled, he never
frowned, he never changed his voice from the gentle-flowing key to which he
tuned his initial sentence, he never betrayed the slightest suspicion of
enthusiasm: but all through the interminable narrative there ran a vein of
impressive earnestness and sincerity, which showed me plainly that, so far from
his imagining that there was anything ridiculous or funny about his story, he
regarded it as a really important matter, and admired its two heroes as men of
transcendent genius in finesse.
(paragraf tiga “The Notorious
Jumping Frog of Calaveras County” – Mark Twain)
Elemen menarik lainnya adalah bagaimana
Smiley menamai anjing dan katak piaraannya dengan nama tokoh-tokoh ternama AS
pada masa itu yaitu Andrew Jackon dan Daniel Webster. Andrew Jackson (1767-1845)
adalah presiden AS ketujuh dan merupakan pemimpin pertama yang dipilih dari
negara bagian sebelah barat. Ia dianggap mewakili kalangan orang biasa sehingga
kemenangannya melambangkan kemenangan rakyat. Sebaliknya, Daniel Webster
(1782-1852) adalah nama senator AS yang mewakili kalangan elitis. Kegigihan anak
anjing bull piaraan Smiley yang
dinamai Andrew Jackson saat bertarung dengan lawan-lawannya—kendati kelihatannya
tidak jagoan—agaknya menggambarkan pandangan penulis terhadap presiden
tersebut. Demikianpun “katak lompat kesohor dari Calaveras” yang dinamai Dan’l
Webster dan dilatih oleh Smiley agar mampu lompat lebih tinggi dari katak
manapun barangkali menggambarkan kecenderungan tokoh yang dirujuk. Asosiasi
dengan para politikus menjadikan cerpen ini bukan saja bernuansa humor, tapi
juga satir.
source |
untuk
menambah pemahaman:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar