http://comicspromise.wordpress.com/2011/03/02/4/ |
Raymond Carver cukup dikenal di
Indonesia. Ada sutradara Indonesia yang mengadaptasi ceritanya (What We Talk About When We Talk About Love)
menjadi film (What They Talk About When They
Talk About Love). Para penggemar Haruki Murakami mengenalnya sebagai pengaruh
bagi pengarang favorit mereka itu. Salah satu cerpennya telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia dan bisa ditengok di Fiksi Lotus. Ia juga menjadi topik
bagi beberapa karya ilmiah anak negeri.
Raymond Carver lahir pada tahun 1928
di Clatskanie, sebuah kota kecil yang menjadi pusat kegiatan penebangan pohon
di Oregon, Amerika Serikat. Masa lalunya tidak mudah. Ayahnya pemabuk. Ia
satu-satunya orang di keluarganya yang berhasil melanjutkan pendidikan sampai
tingkat college. Menginjak usia dua
puluh tahun, ia sudah menjadi ayah dari dua anak. Ia melakukan berbagai
pekerjaan kecil-kecilan dari petugas kebersihan hingga asisten perpustakaan
untuk menghidupi keluarganya. Di waktu luang ia menyempatkan diri untuk
menulis. Dalam wawancara dengan The Paris Review, ia mengatakan bahwa dalam
kondisi tersebut ia butuh untuk bisa menyelesaikan tulisan dengan cepat, pun
mendapat bayaran dengan cepat. Maka ia pun menghasilkan puisi dan cerpen dengan
gaya penulisan yang unik, yang dikenal dengan “minimalisme”.
Karya minimalis dikatakan minim
dalam berbagai aspek semisal bahasa (kalimat-kalimat sederhana dengan sedikit
metafor, deskripsi, maupun emosi atau tidak ada sama sekali), karakter
(orang-orang yang tidak saja miskin secara materi, tapi juga emosi dan
pikiran), dan plot (peristiwa biasa-biasa saja dan disampaikan secara
berurutan). Carver sendiri tidak suka disebut sebagai penulis minimalis
walaupun ada yang memaksudkannya sebagai pujian. Konotasi istilah tersebut
seakan menunjukkan kekerdilan visi dan eksekusi. Bagaimanapun gaya minimalis
bukannya tanpa makna sama sekali.
Salah satu karya Carver yang bergaya
minimalis adalah “Popular Mechanics”. Cerpen
ini menceritakan tentang sepasang lelaki dan perempuan yang memperebutkan
seorang bayi. Panjang cerpen ini hanya satu halaman lebih sedikit. Terdiri dari
deskripsi seperlunya dan rentetan dialog tanpa tanda kutip. Gaya penulisan ini
bisa dibilang juga menggunakan sudut pandang ketiga objektif. Elemen yang
menonjol dalam sudut pandang ini adalah aksi, dialog, dan deskripsi. Cara
pengarang menyampaikan cerita seperti kamerawan menyuguhkan tontonan. Kita bisa
tahu apa yang dilakukan dan dibicarakan seseorang dalam cerita, tapi kita tidak
diberitahu apa yang dipikirkan ataupun dirasakan olehnya.
Di tangan editor Gordon Lish, teks cerpen ini mengalami sejumlah
perubahan. Dari judul yang semula “Little
Things”, “Mine”, lalu “Popular Mechanics”. Ada kebingungan
ketika saya coba-coba menerjemahkan judul cerpen ini ke bahasa Indonesia.
Secara asal “Popular Mechanics[1]”
bisa diartikan menjadi “Mekanika Populer”, tapi kedengarannya seperti judul
buku pelajaran Fisika. Sekiranya “mechanics”
bisa dimaknai sebagai suatu cara, sedangkan “popular” berarti hal yang sudah umum. Setelah utak-atik beberapa
kali, untuk sementara saya pakai “Cara yang Lumrah”. Maklum penerjemah apkiran.
Sungguhpun demikian judul terakhir yang digunakan untuk cerpen ini menunjukkan
bahwa yang hendak diceritakan merupakan situasi yang sudah lumrah. Pertengkaran
orangtua berujung pada rebutan anak. (Tapi kita tidak akan membahas statistik
perceraian di sini.) Hanya saja dalam cerpen ini situasinya berakhir dengan
agak ekstrem.
Tidak hanya pada judul, perubahan
juga terjadi pada paragraf pertama dan paragraf terakhir. Carver tidak
menyetujuinya, namun Lish tetap memublikasikannya. Agaknya perubahan susunan dan
bentuk kata memang dapat memberi efek tertentu. Beginilah paragraf pertama
versi awal.
During the
day the sun had come out and the snow melted into dirty water. Streaks of water ran down from the little,
shoulder-high window that faced the back yard. Cars slushed by on the street
outside. It was getting dark, outside and inside.
Yang disunting
Lish menjadi sebagai berikut.
Early that
day the weather turned and the snow was amelting into dirty water. Streaks of
it ran down from the little shoulder-high window that faced the back yard. Cars
slushed by on the street outside, where it was getting dark. But it was getting
dark on the inside too.
Versi Lish
lebih dikenal. Kita bisa memaknai “early
that day” sebagai masa awal yang baru dilalui oleh pasangan dalam cerpen
tersebut, namun “the weather turned,
keadaan sudah berubah lagi. “The snow”
yang bisa dimaknai kemurnian cinta di antara pasangan tersebut kemudian “melting into dirty water”, meleleh dan
menjadi keruh akibat suatu permasalahan. Perubahan bentuk dari “melted” menjadi “melting” memberi kesan aktif, bahwa peristiwa tersebut sedang terjadi.
Pada kalimat berikutnya, “water”
diganti menjadi “it” yang menunjukkan
adanya hubungan dengan kalimat sebelumnya. Tapi untuk kalimat terakhir dalam
paragraf ini, versi awal terasa lebih efektif. Adapun paragraf terakhir versi
awal adalah sebagai berikut.
In
this manner they decided the issue.
Yang
kemudian diubah menjadi seperti ini.
In
this manner, the issue was decided.
Bagaimanapun
kalimat semacam dua itu memberikan akhir yang menggantung. Banyak yang
berpendapat bahwa pasangan dalam cerita ini bersikap tidak dewasa. Mereka
mengaitkannya dengan cerita tentang dua ibu yang berebut seorang bayi lalu
menghadap Raja Sulaiman untuk mendapatkan keputusan. Raja Sulaiman memutuskan
agar bayi itu dibelah menjadi dua, sehingga masing-masing ibu mendapatkan
bagiannya. Namun ibu yang asli menolak, dan malah merelakan bayi itu bagi “ibu”
yang lain. Adapun pasangan dalam cerita Carver kukuh dengan ego masing-masing. Mereka
tidak memedulikan keadaan bayi yang mereka perebutkan seperti bermain
tarik-tambang. Bayi itu mungkin terluka. Dengan situasi seperti ini, paragraf
terakhir versi awal seakan menegaskan betapa kasarnya perlakuan pasangan
tersebut terhadap bayi mereka. Dengan perubahan bentuk kalimat menjadi pasif,
versi berikutnya seolah hendak memperhalus situasi tersebut.
Di sekolah-sekolah di Amerika
Serikat, karya-karya Raymond Carver sering digunakan sebagai bahan pembelajaran.
Banyak siswa yang bisa mengaitkan diri, padahal karya-karya Carver acap
mengisahkan hubungan yang disfungsional. Selain itu agaknya gaya minimalis
membuat karya-karyanya mudah dibaca. Seperti dalam “Popular Mechanics”. Dalam bentuknya yang simpel, kita bisa dengan
mudah mengenali elemen foreshadowing
(“…it was getting dark on the inside too.”),
memaknai flowerpot sebagai
representasi dari anak yang diperebutkan oleh orangtuanya sekaligus foreshadowing untuk kejadian
selanjutnya, hingga menganggap bahwa minimnya detail menunjukkan universalitas
dari cerita itu. Orang bisa berinterpretasi apa saja sih. Tapi darinya kita
mendapatkan contoh bagaimana suatu cerita dapat ditulis secara simpel saja,
namun tetap padat dan bermakna.
Carver tidak menghasilkan novel. Karya-karyanya
yang lebih panjang pun tidak lepas dari ciri minimalisme. Ia meninggal pada
tahun 1988 (usia 50 tahun) karena kanker paru.[]
Referensi
Barnet,
Sylvan (ed.). 1991. The Harper Anthology
of Fiction. HarperCollins Publishers Inc.
Grant,
Paul Benedict & Katherine Ashely (ed.). 2011. Carver Across the Curriculum: Interdisciplinary Approaches to Teaching
the Fiction and Poetry of Raymond Carver. Cambridge Scholars Publishing
(Sample)
Michael.
Sept 14, 2009. When Good Editor Goes Bad. http://upstartcrowliterary.com/blog/?p=347
(17/7/13)
Simpson,
Mona & Lewis Buzbee. Summer 1983. Interviews: Raymond Carver, The Art of
Fiction No. 76. http://www.theparisreview.org/interviews/3059/the-art-of-fiction-no-76-raymond-carver
(17/7/13)
Et cetera…
[1] Popular Mechanics juga umum
dikenal sebagai majalah teknologi terapan. Terbit di Amerika Serikat sejak awal
abad ke-20.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar