Bagaimana cara termudah untuk belajar bahasa Jerman?
sumber |
Sebagian orang mungkin sudah mengenal bahasa Jerman sejak di
SMA, sebagai mata pelajaran bahasa asing selain bahasa Inggris. Tapi program
yang saya ikuti di SMA tidak mengganggap bahasa ini—bahkan bahasa asing manapun
selain bahasa Inggris!— sebagai mata pelajaran yang esensial. (Jangan tanya
program apa di SMA mana.)
sumber |
Maka saya mulai dengan membeli buku petunjuk belajar bahasa
Jerman[1] yang saya
temukan secara kebetulan di bargain book
centre Gramedia. Topik demi topik saya baca. Soal di tiap-tiap akhir topik
saya kerjakan. Uraian dalam buku ini cukup mudah. Tapi sampai di topik mengenai
perubahan tenses, saya angkat tangan.
Saya juga mengumpulkan berbagai materi peninggalan orangtua,
meliputi kamus, buku bantu bacaan, sampai vocabulary
cards (tapi saya tidak kenal seorangpun di keluarga saya yang mengenal
bahasa ini, waha). Klasik, tapi sejujurnya untuk pembelajaran awal tidak
memadai. Tidak satupun memuat soal tata bahasa, bahkan cara pengucapan.
Adik saya diberikan mata pelajaran bahasa Jerman di SMA, tapi
tanpa buku teks. Membaca catatannya yang ditulis tangan dan entah kini
disimpan di mana juga rasanya tidak menarik.
Walau begitu, ketika ke toko buku (obralan) dan menemukan
buku berbahasa Jerman yang murah-meriah, saya ambil juga (tentu dengan
meninggalkan uang di kasir) untuk dibaca kelak ketika sudah mampu memahami.
Kontak pertama saya dengan bahasa Jerman sebetulnya dimulai
sejak kecil—seingat saya. Yaitu lewat lagu “Du” dari Peter Maffay. Lagu ini
seakan lagu yang wajib ada dalam album-album Evergreen Hits. Dipandu petunjuk dari buku yang telah dibeli,
melalui lagu ini saya mulai belajar cara pengucapan kata-kata dalam bahasa
Jerman.
Penelusuran dengan kata kunci “belajar bahasa jerman” di
Google juga sudah saya lakukan. Tapi beberapa hasil yang saya peroleh tidak
memuaskan, tidak mudah dimengerti.
sumber |
Mentok dengan yang sebelum-sebelumnya, saya membeli buku
petunjuk belajar bahasa Jerman yang lain[2], yang
lebih tebal. Saya pernah melihat buku itu sebelumnya di rak milik
sepupu-jauh saya. Sepertinya bisa dipercaya. Tapi isi Lektion 1 buku ini
ternyata tidak lebih sederhana.
Jiwa eksplorasi yang bikin saya berasa Dora kembali muncul. Kali
ini saya mengandalkan 4shared. Saya juga ingin menemukan lagu(-lagu) berbahasa
Jerman selain “Du”, kalau bisa yang tersedia pula liriknya. Sebelumnya saya
sudah temukan yang cukup enak didengar seperti “Ich Habe Angst von deine Kussen”
dari Clarissa May dan “Keine Angst” dari Gaby Vesper. Namun kedua lagu tersebut
berasal dari zaman antah-berantah. Pencarian liriknya tidak mudah.
Situs 4shared ternyata ladang materi belajar bahasa Jerman
yang subur. Panenan saya mencapai 1,5 gigabyte yang tidak hanya mengenai grammar, vocabulary, colloquial, bacaan anak-anak, soal-soal
uji kompetensi, dan teks-teks semacam, tapi juga audio. (Dan tentu saja,
lagu-lagu berbahasa Jerman dari zaman antah-berantah—pokoknya lawas!—yiiha
banget deh!)
Materi yang sangat menarik berasal dari Foreign Service Institute,
Departement of State, digunakan untuk menyiapkan para calon diplomat AS yang
hendak ditempatkan di Jerman. Materi ini terdiri dari buku teks (pdf) (dengan
pengantar berbahasa Inggris) berjumlah dua volume yang masing-masing berisi 12
unit (total 24 unit), dan dilengkapi dengan audio yang durasi per unit
mencapai satu jam lebih. Materi ini tentu saja meliputi tata bahasa dan kosakata,
namun yang jauh lebih ditekankan adalah penguasaan dalam pelafalan dengan
metode drill. Audio menuntun kita
untuk mengucapkan kata-kata dan kalimat-kalimat dalam bahasa Jerman yang
tertera di teks hingga berulang-ulang. (Sampai pegal deh mulut sama telinga,
serius, mana kalimat-kalimatnya diucapkan dengan sangat cepat.) Konteks
kata-kata dan kalimat-kalimat tersebut tentu saja yang berhubungan dengan suasana
di kedutaan dan peristiwa-peristiwa terkait, sehingga memberi kita gambaran akan
bagaimana pengalaman menjadi diplomat hehe.
sumber |
Berkat lagu “Du” dan materi dari FSI, saya menyadari bahwa
pembelajaran bahasa menjadi lebih menarik dengan tidak sekadar mengandalkan
teks, tapi juga audio. Yang terpenting adalah kita tahu bagaimana cara mengucapkan
kata-kata dalam bahasa Jerman yang berbeda dengan cara kita mengucapkannya
dalam bahasa Indonesia. Karena itulah, ada materi lain berformat mp3 yang menarik
perhatian saya. Judulnya “Deutsche Welle Warum Nicht”. Ketimbang hasil unduhannya
jangan-jangan mengecewakan, lebih baik saya cek dulu di Google.
...disambung di posting berikutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar