langkah-langkahku
semakin berat berjalan/ hari-hariku semakin jauh tertinggal/ ternyata aku belum
juga sampai/ di puncak citaku yang kujanjikan/ namun begitu/ ku tak kan pernah mengalah/
karna kupikir/ semua kan tercapai jua/ selalu/ ilusiku berkata / kejarlah
anganmu/ jangan kau ragu/ yakinlah kau pasti/ mendapatkannya/ aku tahu pasti/
satu saat nanti/ anganku yang ada kan hadir di sini/ aku tahu pasti/ satu hari
nanti/ aku pasti dapat apa yang ku cari/
Inilah theme song skripsi saya—yang belum dimulai saja sudah
bikin galau. Teman saya bilang, ia tertawa saat saya mengsmskan penggalan lirik
lagu ini padanya. Bukan main, padahal lagu ini sungguhan bagusnya. Liriknya pas
benar dengan keadaan saya. Petikan gitar di awal sudah ciamik saja.
yopie latul –
ayun langkahmu
ayun langkahmu/
sambut harimu/ mentari tlah lelah menunggu/ gapai harapmu/ capai citamu/
buanglah angan-angan semu/ dekaplah erat masa lalumu, kawanku/ dan rangkullah
masa depanmu tanpa ragu/ pastikan pilihanmu tuk maju/ buanglah semua rasa putus
asa/ hidup penuh tantangan/ hadapilah rintangan/ tiada yang mudah di dunia/
kegagalan, keberhasilan manusia selalu datang silih berganti/ jangan sampai
kekecewaan di dada menahan ayunan langkahmu/
Yang mula memikat saya dari lagu ini adalah bagian tiada yang mudah di dunia/ kegagalan,
keberhasilan manusia selalu datang silih berganti. Atmosfer lagu ini yang
begitu ceria jika dihayati kiranya bisa membangkitkan semangat di dalam diri.
january christy
– masa-masa
masa-masa
keraguan/ usai sudah kini/ masa-masa yang kan datang/ mari bersama hadapi/ raih
cita tuk sentosa/ jangan bimbang ragu/ tegar tiada kata jera/ dalam perjuangan
nanti/ tanamkan kepastian/ dalam meraih cita/ yang menjadi harapan/ jalan
berliku dalam kehidupan/ deburan hikmah semata/ masa-masa yang bahagia/ menanti
di sana/ namun tanpa kerja nyata/ dan doa pada yang esa/ kiranya kan sia-sia
Paling kena buat saya di bagian tanamkan kepastian/ dalam meraih cita Seringkali saya sudah
menginginkan sesuatu namun saya ragu apakah saya bisa mencapainya. Serasa
kapasitas tak akan mampu memenuhi, padahal barangkali saja sebaliknya—belum
juga dicoba. Maka ketika mendengar bagian tersebut saya merasa dikuatkan.
Pastikan dan jalani saja apa yang menghadang sesudahnya.
benny soebardja
– apatis
roda-roda terus
berputar/ tanda masih ada hidup/ karna dunia belum henti/ berputar melingkar
searah/ terik embun sejuta sentuhan/ pahit mengacuk pelengkap/ seribu satu
perasaan/ bergabung setangkup senada/ curam-curam berkeliaran/ tanda bahaya
sana sini/ padang rumput lembut hijau/ itu pun tiada tertampak/ sudah lahir
sudah terlanjur/ mengapa harus menyesal/ hadapi dunia berani/ bukalah dadamu/
tantanglah dunia/ tanyakan salahmu, wibawa
Lagu ini di-cover Ipang untuk soundtrack film “Sang Pemimpi”.
Saya dengar versi yang itu dulu baru versi zadulnya, namun saya lebih suka yang
zadul. Lirik lagu ini terasa amat puitis—seakan metaforis. Bagi yang malas
mikir, bayangkan saja serasa harfiah. Lalu sampailah pada bagian paling
menohok, sudah lahir sudah
terlanjur/mengapa harus menyesal.
Dunia berputar melingkar searah, sebagaimana orang sering
mengibaratkan kehidupan bagai rollercoaster. Karena memang begitulah jalurnya
rollercoaster, sehingga dia hanya bisa naik, turun, naik lagi, turun lagi, dan
seterusnya. Pernahkah mereka-reka bagaimana jika rollercoaster tersebut ke luar
jalur? Mungkinkah? Yang ada sih, penumpangnya celaka lalu perusahaan rugi
karena barangnya jadi rusak.
utha likumahuwa
– esok kan masih ada
wajahmu
kupandang dengan gemas/ mengapa air mata slalu ada di pipimu/ hai nona manis
biarkanlah bumi berputar/ menurut kehendak yang kuasa/ apakah artinya sebuah
derita/ bila kau yakin itu pasti akan berlalu/ hai nona manis biarkanlah bumi
berputar/ menurut kehendak yang kuasa/ tuhan ku tahu hidup ini sangat berat/
tapi takdir pun tak mungkin slalu sama/ coba cobalah tinggalkan sejenak
anganmu/ esok kan masih ada/
Ini lagu kesukaan mama saya. Saya sudah berencana untuk
memasukkannya pula dalam calon novel sebagai sebuah lagu penghiburan.
Sebagaimana “Apatis”-nya Benny Soebardja, lirik lagu ini
mengingatkan soal putaran yang harus kita jalani seakan kita hamster dalam
kandang. Mengandung antitesis juga untuk “Pasti Dapat”-nya Emerald Band, dan
bikin saya sebal karena bagian ini, coba
cobalah tinggalkan sejenak anganmu.
Esok kan masih ada, siapa yang tahu kapan kiamat tiba?
Bagaimana jika kita tidak bangun lagi di esok hari? Audzubillah. Astagfirullah.
La ilaha ilallah. Wallahu alam.
Kadang semangat ada karena kita membiarkan angan hidup dalam
benak kita. Namun lagu ini sungguh ingin kita untuk realistis.
chaseiro –
untukmu
dari wajah
lusuhku ada/ satu harap penuh damba/ kau coba menulis padaku/ dunia penuh beda,
ternyata/ keinginan hatimu, kawan/ tiada nyata tanpa kerja/ kau tahan kan semua
hina/ tuk menempuh apa yang kau tuju/ likunya gelombang turut serta/
menghilangkan jejak cita/ segalanya ada padamu/ teruskanlah, buanglah putus asa/
marilah teruskan cita-cita/ jangan tertinggal dengan percuma/ semoga hari
bahagia/ kan tiba, di hadapanmu/ seberkas, sinar pesona/ begitu pula kala
kudamba
Hampir sebagian besar lagu Chaseiro yang saya miliki berlirik
menggugah. Selain lagu ini, sebut juga “Tempat Berpijak”, “Suram”, “Sendiri”,
“Semangat Jiwa Muda”, “Perangai Diri”, “Pengungkapan”, “Ceria”, dan lain-lain. Menurut
saya esensinya amat intrapersonal.
Saya takjub akan kedalaman renungan yang dialami sang
pencipta lirik kala menggubah. Entah apakah ia mengalami proses yang sama
dengan saya atau tidak. Yang jelas, saya kerap merasa apa yang disampaikan
lagu-lagu tersebut sesuai dengan diri saya namun itu tidak sampai membuat saya
begitu kreatifnya hingga menjadikan pergulatan jiwa saya sebagai lagu-lagu.
rumah sakit –
pisang
mati/ bila hati
sudah jadi basi/ penuh/ malu sinar masih tidak berlalu/ ini bukan waktunya/
meracuni sendiri tanpa tahu/ buang saja dosamu/ cari sahabat dan mandiri/ ku
kan mandiri/ malu/ hilang/ hingga saja buang dinyatakan/ tenang/ itu baru harus
sudah dimulai/ minggu bulan pun baru/ hari-hari ikut berganti cerah/ bersih
segar gemilang/ tanpa halangan dan rintangan/ dan rintangan/ raih/
Lagu-lagu Rumah Sakit memang berlirik absurd. Seperti judul
salah satu lagunya yang pertama kali saya dengar langsung memikat pendengaran
saya, “Anomali”. Nah, lagu yang ini juga entah apa hubungannya antara judul
dengan isi—kok lagu judulnya “Pisang”?
Bagian paling menyentak saya dari lagu yang mengusung buah
favorit saya ini adalah buang saja
dosamu/ cari sahabat dan mandiri/ ku kan mandiri/, seakan mewakili suatu
tekad, yang belum kunjung saya wujudkan.
Betapa berhubungan dengan pisang, ada pula lagu Rumah Sakit
yang berjudul “Kuning”. Itu pun favorit saya. Waktu saya masih kos, saya suka
putar yang satu itu keras-keras saat galau melanda. Liriknya yang tidak jelas
maksudnya—butuh penafsiran mendalam—amat mewakili ketidakjelasan yang kerap
saya rasakan.
***
Sebagian lagu di
atas saya ketahui dari mendengarkan radio 104.1 Ardia FM Jogja. Radio tersebut
biasa memutar lagu-lagu Indonesia lawas pada pukul 7-10 WIB. Sebagian lagi saya
peroleh dari penelusuran sendiri. Semuanya adalah lagu lawas. Sepengetahuan
saya lagu yang umurnya “paling muda” adalah “Pisang”-nya Rumah Sakit—diproduksi
dalam album self-titled tahun 1997. Chaseiro eksis di akhir dekade 70-an - 80-an
awal . Yang lainnya saya kira muncul di dekade 80-an - 90-an awal.
Mungkin banyak
lagu-lagu dalam negeri yang memotivasi juga di masa sekarang. Namun entah
mengapa saya lebih suka dengan lagu-lagu zadul. Bukan sekadar masalah selera
saja, saya kira. Berdasarkan pengetahuan saya akan lagu-lagu masa sekarang,
belum ada yang liriknya mengena bagi saya. Selebihnya mungkin bisa dikatakan
masalah selera atau hal lain yang saya kurang begitu mengerti.
Bagaimanapun
saya ini remaja era digital yang tersasar di sekitar era 80-an. Juga angan saya
untuk bisa merasakan masa SMA di pertengahan dekade 90-an. Cewek-cewek berambut
bob, cowok-cowok berponi belah tengah, bawahan seragam sekolah naik hingga
pinggang, baju bebas berupa t-shirt dan jins dengan ikat pinggang—bukan ikat
pinggul, pulang sekolah menonton “Si Doel Anak Sekolahan” atau “Jin dan Jun”,
beli kaset Singiku... Nah, kalau yang ini jelas angan yang amat sangat sukar
sekali untuk digapai… :-/
wah... mantabnya...
BalasHapusjadi pengen nulis lagi. hihi
liku januari christy pasti juga memotivasi :)
BalasHapusterima kasih sudah menambah referensi dan meninggalkan jejak di sini :D
Hapus