Senin, 17 Oktober 2011

Kenapa Kamu Harus Dengerin Lagu-lagu Ini

emerald band – pasti dapat

langkah-langkahku semakin berat berjalan/ hari-hariku semakin jauh tertinggal/ ternyata aku belum juga sampai/ di puncak citaku yang kujanjikan/ namun begitu/ ku tak kan pernah mengalah/ karna kupikir/ semua kan tercapai jua/ selalu/ ilusiku berkata / kejarlah anganmu/ jangan kau ragu/ yakinlah kau pasti/ mendapatkannya/ aku tahu pasti/ satu saat nanti/ anganku yang ada kan hadir di sini/ aku tahu pasti/ satu hari nanti/ aku pasti dapat apa yang ku cari/

Inilah theme song skripsi saya—yang belum dimulai saja sudah bikin galau. Teman saya bilang, ia tertawa saat saya mengsmskan penggalan lirik lagu ini padanya. Bukan main, padahal lagu ini sungguhan bagusnya. Liriknya pas benar dengan keadaan saya. Petikan gitar di awal sudah ciamik saja.

yopie latul – ayun langkahmu

ayun langkahmu/ sambut harimu/ mentari tlah lelah menunggu/ gapai harapmu/ capai citamu/ buanglah angan-angan semu/ dekaplah erat masa lalumu, kawanku/ dan rangkullah masa depanmu tanpa ragu/ pastikan pilihanmu tuk maju/ buanglah semua rasa putus asa/ hidup penuh tantangan/ hadapilah rintangan/ tiada yang mudah di dunia/ kegagalan, keberhasilan manusia selalu datang silih berganti/ jangan sampai kekecewaan di dada menahan ayunan langkahmu/

Yang mula memikat saya dari lagu ini adalah bagian tiada yang mudah di dunia/ kegagalan, keberhasilan manusia selalu datang silih berganti. Atmosfer lagu ini yang begitu ceria jika dihayati kiranya bisa membangkitkan semangat di dalam diri.

january christy – masa-masa

masa-masa keraguan/ usai sudah kini/ masa-masa yang kan datang/ mari bersama hadapi/ raih cita tuk sentosa/ jangan bimbang ragu/ tegar tiada kata jera/ dalam perjuangan nanti/ tanamkan kepastian/ dalam meraih cita/ yang menjadi harapan/ jalan berliku dalam kehidupan/ deburan hikmah semata/ masa-masa yang bahagia/ menanti di sana/ namun tanpa kerja nyata/ dan doa pada yang esa/ kiranya kan sia-sia

Paling kena buat saya di bagian tanamkan kepastian/ dalam meraih cita Seringkali saya sudah menginginkan sesuatu namun saya ragu apakah saya bisa mencapainya. Serasa kapasitas tak akan mampu memenuhi, padahal barangkali saja sebaliknya—belum juga dicoba. Maka ketika mendengar bagian tersebut saya merasa dikuatkan. Pastikan dan jalani saja apa yang menghadang sesudahnya.

benny soebardja – apatis

roda-roda terus berputar/ tanda masih ada hidup/ karna dunia belum henti/ berputar melingkar searah/ terik embun sejuta sentuhan/ pahit mengacuk pelengkap/ seribu satu perasaan/ bergabung setangkup senada/ curam-curam berkeliaran/ tanda bahaya sana sini/ padang rumput lembut hijau/ itu pun tiada tertampak/ sudah lahir sudah terlanjur/ mengapa harus menyesal/ hadapi dunia berani/ bukalah dadamu/ tantanglah dunia/ tanyakan salahmu, wibawa

Lagu ini di-cover Ipang untuk soundtrack film “Sang Pemimpi”. Saya dengar versi yang itu dulu baru versi zadulnya, namun saya lebih suka yang zadul. Lirik lagu ini terasa amat puitis—seakan metaforis. Bagi yang malas mikir, bayangkan saja serasa harfiah. Lalu sampailah pada bagian paling menohok, sudah lahir sudah terlanjur/mengapa harus menyesal.

Dunia berputar melingkar searah, sebagaimana orang sering mengibaratkan kehidupan bagai rollercoaster. Karena memang begitulah jalurnya rollercoaster, sehingga dia hanya bisa naik, turun, naik lagi, turun lagi, dan seterusnya. Pernahkah mereka-reka bagaimana jika rollercoaster tersebut ke luar jalur? Mungkinkah? Yang ada sih, penumpangnya celaka lalu perusahaan rugi karena barangnya jadi rusak.

utha likumahuwa – esok kan masih ada

wajahmu kupandang dengan gemas/ mengapa air mata slalu ada di pipimu/ hai nona manis biarkanlah bumi berputar/ menurut kehendak yang kuasa/ apakah artinya sebuah derita/ bila kau yakin itu pasti akan berlalu/ hai nona manis biarkanlah bumi berputar/ menurut kehendak yang kuasa/ tuhan ku tahu hidup ini sangat berat/ tapi takdir pun tak mungkin slalu sama/ coba cobalah tinggalkan sejenak anganmu/ esok kan masih ada/

Ini lagu kesukaan mama saya. Saya sudah berencana untuk memasukkannya pula dalam calon novel sebagai sebuah lagu penghiburan.

Sebagaimana “Apatis”-nya Benny Soebardja, lirik lagu ini mengingatkan soal putaran yang harus kita jalani seakan kita hamster dalam kandang. Mengandung antitesis juga untuk “Pasti Dapat”-nya Emerald Band, dan bikin saya sebal karena bagian ini, coba cobalah tinggalkan sejenak anganmu.

Esok kan masih ada, siapa yang tahu kapan kiamat tiba? Bagaimana jika kita tidak bangun lagi di esok hari? Audzubillah. Astagfirullah. La ilaha ilallah. Wallahu alam.

Kadang semangat ada karena kita membiarkan angan hidup dalam benak kita. Namun lagu ini sungguh ingin kita untuk realistis.

chaseiro – untukmu

dari wajah lusuhku ada/ satu harap penuh damba/ kau coba menulis padaku/ dunia penuh beda, ternyata/ keinginan hatimu, kawan/ tiada nyata tanpa kerja/ kau tahan kan semua hina/ tuk menempuh apa yang kau tuju/ likunya gelombang turut serta/ menghilangkan jejak cita/ segalanya ada padamu/ teruskanlah, buanglah putus asa/ marilah teruskan cita-cita/ jangan tertinggal dengan percuma/ semoga hari bahagia/ kan tiba, di hadapanmu/ seberkas, sinar pesona/ begitu pula kala kudamba

Hampir sebagian besar lagu Chaseiro yang saya miliki berlirik menggugah. Selain lagu ini, sebut juga “Tempat Berpijak”, “Suram”, “Sendiri”, “Semangat Jiwa Muda”, “Perangai Diri”, “Pengungkapan”, “Ceria”, dan lain-lain. Menurut saya esensinya amat intrapersonal.

Saya takjub akan kedalaman renungan yang dialami sang pencipta lirik kala menggubah. Entah apakah ia mengalami proses yang sama dengan saya atau tidak. Yang jelas, saya kerap merasa apa yang disampaikan lagu-lagu tersebut sesuai dengan diri saya namun itu tidak sampai membuat saya begitu kreatifnya hingga menjadikan pergulatan jiwa saya sebagai lagu-lagu.

rumah sakit – pisang

mati/ bila hati sudah jadi basi/ penuh/ malu sinar masih tidak berlalu/ ini bukan waktunya/ meracuni sendiri tanpa tahu/ buang saja dosamu/ cari sahabat dan mandiri/ ku kan mandiri/ malu/ hilang/ hingga saja buang dinyatakan/ tenang/ itu baru harus sudah dimulai/ minggu bulan pun baru/ hari-hari ikut berganti cerah/ bersih segar gemilang/ tanpa halangan dan rintangan/ dan rintangan/ raih/

Lagu-lagu Rumah Sakit memang berlirik absurd. Seperti judul salah satu lagunya yang pertama kali saya dengar langsung memikat pendengaran saya, “Anomali”. Nah, lagu yang ini juga entah apa hubungannya antara judul dengan isi—kok lagu judulnya “Pisang”?

Bagian paling menyentak saya dari lagu yang mengusung buah favorit saya ini adalah buang saja dosamu/ cari sahabat dan mandiri/ ku kan mandiri/, seakan mewakili suatu tekad, yang belum kunjung saya wujudkan.  

Betapa berhubungan dengan pisang, ada pula lagu Rumah Sakit yang berjudul “Kuning”. Itu pun favorit saya. Waktu saya masih kos, saya suka putar yang satu itu keras-keras saat galau melanda. Liriknya yang tidak jelas maksudnya—butuh penafsiran mendalam—amat mewakili ketidakjelasan yang kerap saya rasakan.
  
***

Sebagian lagu di atas saya ketahui dari mendengarkan radio 104.1 Ardia FM Jogja. Radio tersebut biasa memutar lagu-lagu Indonesia lawas pada pukul 7-10 WIB. Sebagian lagi saya peroleh dari penelusuran sendiri. Semuanya adalah lagu lawas. Sepengetahuan saya lagu yang umurnya “paling muda” adalah “Pisang”-nya Rumah Sakit—diproduksi dalam album self-titled tahun 1997. Chaseiro eksis di akhir dekade 70-an - 80-an awal . Yang lainnya saya kira muncul di dekade 80-an - 90-an awal.

Mungkin banyak lagu-lagu dalam negeri yang memotivasi juga di masa sekarang. Namun entah mengapa saya lebih suka dengan lagu-lagu zadul. Bukan sekadar masalah selera saja, saya kira. Berdasarkan pengetahuan saya akan lagu-lagu masa sekarang, belum ada yang liriknya mengena bagi saya. Selebihnya mungkin bisa dikatakan masalah selera atau hal lain yang saya kurang begitu mengerti.

Bagaimanapun saya ini remaja era digital yang tersasar di sekitar era 80-an. Juga angan saya untuk bisa merasakan masa SMA di pertengahan dekade 90-an. Cewek-cewek berambut bob, cowok-cowok berponi belah tengah, bawahan seragam sekolah naik hingga pinggang, baju bebas berupa t-shirt dan jins dengan ikat pinggang—bukan ikat pinggul, pulang sekolah menonton “Si Doel Anak Sekolahan” atau “Jin dan Jun”, beli kaset Singiku... Nah, kalau yang ini jelas angan yang amat sangat sukar sekali untuk digapai… :-/

3 komentar:

  1. wah... mantabnya...
    jadi pengen nulis lagi. hihi

    BalasHapus
  2. liku januari christy pasti juga memotivasi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih sudah menambah referensi dan meninggalkan jejak di sini :D

      Hapus

Banyak Dibuka

Pembaruan Blog Lain