21 Desember
buat Dean & Zahra : Iya,
ini aku udah nulis di bukom?
buat Acil : Di pemancingan
Mang Ade nggak akan kehabisan ikan kok.
Hari ini aku sekolah seperti
biasa. Pulangnya aku mancing di Mang Ade.
25 Desember
Hari ini kakakku yang pertama
pulang dari Meru Betiri. Dia bawa ransel besar banget. Aku kira dia bakal dekil
dan bau tapi ternyata nggak. Dia mandi dulu katanya sebelum pulang. Padahal
kalau di telepon dia bilang dia suka malas mandi. Kata dia, dia kan pulangnya
ke rumah om dan tante karena aku tinggal di sana, jadi mau nggak mau harus
mandi. Kakak bilang dia kangen banget sama aku. Masak ketemu orang terkangen
dia nggak mandi. Hehe. Kalau ayah dan ibu masih ada, dia mungkin bakal pake
sabun dua kali lebih banyak. Kakak pasti kangen banget juga sama mereka.
Kakak bawa carang madu. Kata
tante, itu bukan oleh-oleh dari Jember (Meru Betiri ada di kota Jember), tapi
dari Pati. Kakak bilang kalau dia cuma nemu itu di bis. Lucu ya kakakku.
Kakakku namanya Mahesa. Teman-temannya
biasa manggil dia Esa atau Eca. Tapi dia nggak akan nengok kalau nggak
dipanggil Mahesa. Esa atau Eca kayak nama cewek katanya.
Kakakku kerja di LSM. LSM-nya
kerja sama bareng pemerintah buat ngelacak jejak harimau jawa. Kakakku jadi
salah satu anggota tim pelacak. Kata kakak, banyak orang yang bilang kalau
harimau jawa itu udah punah sejak tahun 80-an. Menurut CITES (yang bikin
klasifikasi status hewan, terancam punah apa nggak, kata kakakku) tahun 1996. Tapi
itu nggak bener. Nggak ada yang bisa ngebuktiin kalau harimau jawa itu udah
punah, katanya. Soalnya masih suka ditemukan bukti kalau harimau jawa itu masih
ada.
Abis makan malem tadi kakakku
langsung tidur. Rematiknya kambuh lagi. Kasihan banget deh. Dia cerita
sepanjang perjalanan dari terminal Jember ke Leuwipanjang dia nahan sakit dan
pegal di sekujur tubuhnya. Mana kakinya nggak enak kalau ditekuk, padahal naik
bis.
Kakakku pulang gara-gara rematiknya
itu. Dia minta cuti 3 minggu sama bosnya soalnya akhir-akhir ini rematiknya
sering banget kambuh. Nggak enak banget rasanya, kata kakak. Pegel-pegel,
sakit, trus lutut suka nggak bisa ditekuk. Padahal kakak kan kerjanya di
lapangan terus, banyak jalannya, banyak nekuk kakinya, makanya kakak nggak
kuat. Sama temennya dia disaranin cuti dulu buat pergi ke dokter trus
perawatan. Kakakku asalnya nggak mau tapi karena lama-lama nggak kuat, trus
dipaksa juga ma temen-temennya, akhirnya dia ambil cuti juga. Kakakku kan nggak
punya rumah. Tadinya dia mau ke Jogja aja, tinggal di rumah temannya sekalian
ke dokter di sana. Tapi trus dia inget sama aku. Jadi kangen, trus dia pulangnya
ke Bandung deh. Besok kakak mau ke dokter dianter temennya yang tinggal di
Ujungberung. Anak LSM lingkungan hidup juga katanya, yang kantornya di
Panghegar, tapi aku lupa namanya apa. Mungkin Acil tau? Aku pingin nganterin
juga tapi aku kan harus sekolah.
Moga-moga kakakku cepet
sembuh. Amin.
Kayaknya ini pertama kalinya
aku nulis panjang di bukom?
29 Desember
Sabtu kemarin Kak Hendra,
kakak keduaku yang gimbal itu, datang, trus sama Kak Mahesa diketekin, hehe.
Kak Mahesa paling males kalau mandi. Tapi ternyata Kak Hendra juga belum mandi.
Kata Kak Hendra kosannya lagi susah air.
Kak Hendra bawa roti unyil dan
boneka horta. Beli di mal sebelah kampusnya katanya. Nama malnya lucu: Boker.
Singkatan dari Botani Square apa gitu.
Kata dokter, Kak Mahesa kena
arthritis rheumatoid, sejenis rematik juga. Semua umur bisa kena, jadi rematik ternyata
bukan cuma penyakit orangtua aja. Trus bisa jadi rematiknya gara-gara keturunan.
Tinggal dicari aja kambuhnya gara-gara apa. Bisa gara-gara capek, kedinginan
(apalagi lagi musim hujan kayak gini), sering ngangkat barang berat, makan sayuran
dingin. Kata kakakku, ya mau gimana lagi wong kerjaannya dia emang kayak gitu. Kata
tante di keluarganya nggak ada yang keturunan reumatik. Tante kan saudara
kandungnya ibu. Jadi kemungkinan kalau kakak rematiknya gara-gara keturunan itu
dari ayah. Tapi ayah juga orang lapangan. Kata kakak kalau ayah ada dia pingin
banget nanya gimana cara ayah ngobatin rematiknya. Abis itu dia nggak ngomong
tentang itu lagi.
Sama dokternya kakak disuntik
trus dites apa gitu. Dikasih obat ma kalsium juga. Tapi kakak kurang suka minum
yang gituan. Trus sama om malah dikasih obat cina. Om juga katanya nggak terlalu
percaya sama obat dari dokter. Om lebih percaya sama obat tradisional dari
alam. Omku kan keturunan cina jadi kakak dikasihnya obat cina. Katanya obat
yang om kasih itu bisa nyembuhin macam-macam penyakit dan keluarganya om udah
dari jaman nenek moyang mengonsumsi obat itu. Botolnya kecil banget, isinya
bubuk. Karena om bilang gitu kakak jadi percaya. Tadi obatnya diminum. Obat
dari dokter malah nggak diapa-apain lagi.
buat Dean : Kata kakak
harimau sunda itu nggak ada. Adanya juga harimau jawa, harimau sumatra, harimau
bali (udah punah juga), harimau kaspia, harimau siberia, harimau bengali, dll.
Harimau sumatra masih ada tapi jumlahnya masih simpang siur.
buat Acil : Iya cil, harimau
jawa warnanya lebih gelap dari harimau sumatra
buat Zahra : Iya, kakakku
juga kadang kakinya bengkak. Kakakku sengsara banget keliatannya kalau udah
gitu jadi suka aku kompres.
3 Januari
buat Acil : Ini aku terusin
lagi cerita tentang harimau jawanya
Tadi abis magrib kakak
nunjukkin foto cakaran harimau jawa di pohon di kameranya yang gede itu. Gaji
kakak pasti gede banget sampai bisa beli kamera sebagus itu. Kamera hitam yang
lensanya bisa maju mundur.
“Ini pasti cakar harimau
jawa,” katanya. “Kalau macan tutul, nggak mungkin setinggi ini. Jarak goresan
kukunya juga beda.”
Trus kakak nunjukin lagi foto
lainnya. Foto kotorannya si harimau. Beneran gede dan panjang soalnya di foto
itu dibandingin ama pulpen. Kata kakak, ini pasti kotorannya harimau jawa,
soalnya ada rambutnya dan remukan tulang mangsanya. Biasanya harimau makan
kijang, babi hutan, kancil. Kalau ini kotoran kucing hutan, pasti ada rumput
atau tumbuhannya. Tapi untuk memastikan, kotorannya masih harus dites DNA lagi.
Kayak manusia aja ya, hehe, ada DNA-nya. Aku bingung juga kenapa kotoran
harimau jawa kok bisa berambut. Kata kakak lagi, itu bukan kotorannya yang
berambut kayak ketek, tapi itu rambut mangsanya yang kemakan. Hihihi, kakakku
lucu.
Kata kakak, masyarakat desa
sekitar hutan juga masih suka melihat penampakan harimau jawa. Tapi nggak tau
boong apa nggak, soalnya bisa aja itu ketuker sama hewan lainnya. Macan tutul
misalnya.
Buat mantau keberadaan
harimau tersebut, kakak sama timnya masang camera trap di beberapa wilayah yang
katanya ada harimau jawanya. Kamera tersebut secara otomatis bakal memotret
sendiri kalau sinar infra merahnya kepotong sama makhluk hidup yang lewat situ.
Tapi biaya pemasangan alat ini mahal banget, sampe 100 juta.
Kakak juga ngeliatin
foto-foto harimau jawa tapi fotonya pada item putih. Kata kakak ini fotonya
repro semua, alias bukan yang asli. Harimau jawa yang ada di foto-foto itu udah
pada mati. Katanya jaman dulu orang pada suka nembakin harimau jawa buat
koleksi. Soalnya kulitnya bagus. Kuku sama taringnya dijadiin jimat. Kata
kakak, sayang, cantik-cantik gini harus punah. Trus kata dia lagi, kalau
harimau jawa itu manusia, dan perempuan, kakak bakalan naksir abis dan
ngejar-ngejar dia sampai mati.
Kakak rajin banget minum obat
dari om. Dia nyuruh aku ngingetin dia buat minum obat. Tadi abis pulang mancing
hampir aja aku lupa ngingetin dia, tapi ternyata dia udah inget sendiri. Kakak
pingin banget cepet kerja lagi makanya dia teratur minum obatnya.
Eh udah dulu ya. Aku mau
mijetin kakak dulu. Rematiknya kadang-kadang masih suka kambuh.
7 Januari
buat Acil, Dean, Zahra : Ini
aku terusin lagi
Kata kakak, harimau jawa itu
predator. Kalau dalam satu ekosistem predatornya masih bagus berarti kondisi
satwa lainnya masih bagus juga. Kayak pelajaran Biologi yah? Oh ya,
ngomong-ngomong tadi kalian dapet nilai ulangan Biologi berapa? Aku dapet 87.
Kalau pingin ketemu sama
harimau jawa, nggak bisa cuman sekali dua kali dateng ke hutan terus langsung
ketemu. Kalau pingin ketemu, harus tinggal yang lama di habitatnya si harimau
itu. Kakakku juga udah lama tinggal di hutan sejak dia gabung sama tim tapi dia
cuma bisa nemu tanda-tandanya aja, nggak pernah ketemu sama harimaunya
langsung. Tapi kakak aku bilang dia kayak pernah ngelihat harimau tersebut,
malah pas masih kuliah. Jadi kan kakak dulunya ikut pecinta alam. Suatu kali dia
ke Gunung Semeru dan bermalam cuma pake sleeping bag. Trus antara sadar nggak
sadar dia kayak ngeliat si harimau itu tidur di sampingnya. Badannya sebesar
anak sapi, cakarnya kayaknya sebesar muka, katanya. Temen-temennya pada nggak
percaya kalau itu harimau jawa. Tapi kakakku yakin banget, kalaupun pada waktu
itu yang dia lihat salah (tapi dia yakin itu bener, soalnya harimaunya loreng-loreng.
Tapi bisa jadi juga itu harimau jadi-jadian sih), harimau jawa pasti masih ada.
Tanda-tanda kehidupannya aja masih ada. Kakakku yakin jumlahnya masih belasan
ekor.
Biasanya harimau berkeliaran
di tempat yang akses makanannya gampang. Kadang-kadang dia suka ke pantai juga.
Trus dia suka nyembunyiin anaknya di tempat yang jauh dari jangkauan manusia.
Aku seneng kakak sekarang
rematiknya udah agak mendingan. Waktu awal-awal sebelum dia teratur minum obat
yang dikasih om, kalau udah kambuh kakakku ampe nggak bisa gerakkin badannya
sama sekali.
11 Januari
Kata ayahnya Dean, harimau
jawa lebih jarang keliatan dari harimau sumatra soalnya harimau jawa kan
asalnya dari Jawa, jadi dia punya budaya ‘sungkan’ gitu, suka malu-malu kalau
mesti keluar dari tempat persembunyiannya. Trus katanya harimau sunda itu sebenarnya
ada. Tapi karena dia durhaka sama penjajah, dia dikutuk selama-selamanya sama
keturunan-keturunannya jadi patung sama lambang kerajaannya orang Sunda. Sampai
sekarang patungnya masih bisa dilihat di depan Stadion Siliwangi. Kalau harimau
sunda masih ada, pasti bakal lebih terlacak keberadaannya soalnya lebih sering
BAB. Harimau sunda kan doyannya makan lalapan jadi BAB-nya lancar. Hehe. Trus
aku ceritain lagi ke kakak, dia jadi ketawa-tawa. Ayah kamu ada-ada aja, Dean,
katanya pake bahasa jawa, jadinya “ono-ono wae”. Besok sore dia minta anterin
ke Stadion Siliwangi, pingin liat harimau sunda kayak gimana. Semoga aja PERSIB
nggak lagi bertanding, entar jalannya jadi penuh. Aku pingin ngajak dia ke
kolam pemancingannya Mang Ade juga.
Udah beberapa hari ini kakak
aku nginep di rumah temennya yang kemarin nganterin dia ke dokter. Jadi malem
ini aku nggak bisa nanya-nanya tentang harimau jawa. Besok pagi dia katanya
baru mau pulang. Mentang-mentang rematiknya udah rada mendingan. Tapi obatnya
masih rajin diminum. Kata om obat mahal banget itu tapi gapapa diminum terus
aja ampe sembuh.
15 Januari
Tadi sore kakak aku balik ke
Jawa. Aku tadi ikut nganterin ampe Leuwipanjang. Sebelum kakak naik ke bis,
kakak balikin obatnya ke om. Masih sisa seperempatnya. Kata kakak obatnya
manjur banget. Akhir-akhir ini rematiknya hampir-hampir udah nggak pernah
kambuh lagi. Trus kata om paling-paling itu cuman karena kakak makannya banyak
jadinya cepet sembuh. Pada ketawa jadinya. Trus kakak aku bilang lagi, obat
cina manjur banget ya khasiatnya. Dari tumbuhan apa, kakak aku nanya, siapa tau
aja besok nemu pas udah balik ke hutan. Jadi entar kalau-kalau rematiknya
kambuh, nggak usah nyari obatnya om lagi, ngeracik sendiri aja. Om aku kan bisa
baca tulisan cina di botol obatnya. Om bilang obatnya bukan dari tumbuhan, tapi
dari tulang harimau. Kakak aku nggak percaya. Trus sama om akhirnya dia kursus
kilat baca tulisan cina dulu. Sampe bisnya mau berangkat, kakak masih nggak
percaya. Tapi dia udah keburu masuk bis soalnya udah hampir jalan dan diomelin
keneknya.
buat Dean : Dean, kamu telat
ngasitaunya kalau rematik bisa diobatin pake singkong dan sidaguri.
04Februari09
lepas
ashar mengejar isya
sentuhan
terakhir 050209. 0.54 WIB.