Aku jarang menonton TV. Tahun-tahun belakangan ini satu-satunya acara TV
nasional yang kutunggu hanya Sketsa
di salah satu TV Trans, itupun kini tidak lagi. Aku juga jarang membaca koran. Lieur. Kebanyakan judul, topik. Mending
baca buku; terfokus pada satu topik saja. Aku mengetahui isu-isu terkini hanya
dari pembicaraan orang-orang, atau pengamatan di jalanan pada saat menaiki
angkot. Seperti yang kulakukan baru-baru ini. Tadinya aku duduk di pojok angkot
Margahayu-Ledeng, namun ketika mendengar wanita di samping sopir mengeluhkan
kinerja walikota, hubungan rakyat dengan pemimpin yang bagai anak-anak
mencontoh orangtuanya, aku menggeser posisiku hingga agak ke depan, berusaha
menguping. Gara-gara ibu itu, aku yang tadinya hendak turun di Jalan Supratman
mengurungkan niat dan malah berhenti di ujung jembatan layang Kiaracondong
(sementara ibu itu sudah turun di ujung sebelumnya). Anyway, mungkin seperti katak dalam tempurung ya. Tapi aku tidak
hendak mempersoalkan keuntungan/kerugian dari tidak mengikuti berita. Bagaimanapun
entah kenapa aku berminat ketika ada kesempatan untuk menonton film Di Balik Frekuensi, yang menceritakan
politik di balik TV berita. Lalu aku merasa tepat untuk mengiringi pengalaman
menonton film tersebut dengan pembacaan buku Analisis Wacana dari Eriyanto (LKiS, Yogyakarta, cetakan IX, Juni
2011). Kupikir berhubungan. Kendati yang satu cenderung pada media cetak,
sedang yang lain pada TV berita, namun keduanya sama-sama mempersoalkan apa
yang ada di balik pemberitaan di media massa. Entahkah ideologi, kognisi
wartawannya, dominansi pihak tertentu, atau kepentingan partai politik. Namun
pembahasan yang memang nyaris di luar lingkup minatku membuatku tidak bisa
menceritakan isi buku ini tanpa melakukan pembacaan ulang dengan cermat—yang belum
terasa pentingnya untuk kulakukan. Bahkan catatan kakinya yang amat banyak dan
panjang itu tidak kubaca, kendati aku berhasil menuntaskan pembahasan utamanya.
Adapun buku ini kumiliki berkat rekomendasi dari kawanku yang berkuliah di
jurusan Komunikasi. Baca bukunya Eriyanto,
katanya, sebagai pengantar aja sih. Mungkin
sekitar tahun 2012, aku membelinya berbarengan dengan buku Analisis Framing dari penulis yang sama di pameran buku di Landmark,
Bandung. Pada waktu itu aku sedang mengerjakan skrispi yang membuatku
berhubungan dengan banyak artikel baik dari koran maupun blog. Tentu saja
kajiannya tidak sejauh itu, tidak sampai seperti yang dicontohkan dalam buku ini
yaitu dengan menganalisis pilihan kata, susunan kalimat, dan sebagainya. Adapun
Analisis Framing sudah kuselesaikan
lebih dulu. Aku ingat membaca buku tersebut sembari menunggu giliran pembuatan
e-KTP di pelataran kantor kecamatan di dekat rumah, namun catatan pembacaannya
belum dapat kutemukan—kalau memang tidak ada. Bagaimanapun pembacaan buku
semacam ini sedikitnya mewanti-wantiku agar tidak percaya begitu saja pada apa
yang kubaca, melainkan sembari mengkritisi apapun yang mungkin ada di baliknya.
Toh analisis wacana sebetulnya tidak hanya berlaku untuk berita di media cetak,
melainkan pada semua teks termasuk sastra.
Tempo Nomor 23/XXXI/5 – 11 Agustus 2002
-
ISSN : 0126-4273 Rp 14.700 Tempo edisi ini mengandung sejarah UUD 45,
persisnya proses amandemen yang pada waktu itu sudah… Read more Tempo Nomor
23/XXXI/5...
3 minggu yang lalu
hallo kk dayeuh..apa kabar ? lama tidak jumpa nih (emangnya pernah jumpa ? wk) >.<
BalasHapusaku udah jarang buka blog skrg..dan saat kembali lg kesini aku jd sadar satu hal bahwa teman2 blogku jg begitu -.- tapi di dashboard aku masih banyak muncul postingan2 kk..dan tertarik u/ mengomentari salah satunya hhehe
yg buat aku tertarik sama postingan ini itu judulnya fotonya: buku bertuliskan "analisis framing"..cz aku lg ada matkul yg mempelajari itu hhehe. emang di berita banyak sekali propaganda..makanya kita harus pinter2 memilah fakta :) btw aku jg udah jarang nonton berita skrg..tau isu2 terkini jg dr pembicaraan2 org lain heuheu
btw kk masih suka main ke kemudian ? gimana kabar disana ?
hihihi... berarti kita ada yang mirip ya :D asyik kali, dapat kuliah tentang itu! kayaknya bakal lebih ngerti kalau dengerin penjelasan dari orang lain juga, dosen misalnya, di samping baca bukunya.
Hapusudah jarang ngekekom juga nih. tapi ini lagi mampir di sana... mudah2an bisa meramaikan kembali semangat menulis anak negeri #halah ayo Sunny Cherry juga :D
iya tapi analisis mulu kak kerjaan matkul itu hhaha
Hapusbtw kl kk kuliah jurusan apa ?
hhuhu iya..lagipula udah mulai liburan jg nih. nanti sering2 mampir ke kekom deh ;;)
kalo saya dulunya di hutan *ga nyambung
Hapusasyik tuh analisis biar makin pinter milah-milih :P
ditunggu loh rame2nya di kekom ;)
perhutanan ? O.o seru tuh kak :D
Hapuseh kk punya akun twitter ato fb ga ? biar lebih leluasa ngobrolnya kita hhaha
iya kemaren sempet mampir ke kekom..tp sayang bgt aku telat tau soal tantangan kekom itu hhuhu..pengen ikut :(
iya, seru!
Hapusakun punyanya cuma di kekom, gmail, sama yahoo :D
makanya mantengin terus kekom biar ga ketinggalan informasi hehehe. mudah2an kapan diadain lagi setelah event yang ini selesai. sementara, posting2 yang lain aja dulu, dan ramein dg komen2 ;)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus