Ia girang sekali ketika desanya menjadi lokasi KKN. Hampir tiap hari
ia mendatangi pondokan mahasiswa, mengajak mengobrol, menawari agar balas berkunjung ke rumahnya, hingga menemani berkeliling desa. Ia memperlihatkan telaga di desa itu yang mengalami kekeringan, nyaris tidak ada airnya. “Padahal telaga ini sumber air yang penting. Sejak ini kering, warga
harus mencari air ke tempat jauh. Tolonglah dibantu carikan solusinya.”
Para mahasiswa mencoba berbagai cara
untuk mengairi telaga itu, mulai dari membuatkan kincir sampai pompa.
Telaga itu pun akhirnya dapat kembali digunakan. Airnya
sangat jernih. Para
bidadari kembali mampir ke situ untuk mandi-mandi, dan ia bisa mengintip mereka lagi.[]