![]() |
Gambar dari Digital Library UIN Sunan Gunung Djati. |
ISBN : 978-602-446-594-0, (PDF) 978-602-446-632-9
Cetakan pertama, Desember 2021
Tahun Terbit Digital, 2021
Penerbit : PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Menghabiskan sebagian besar umur di Kota Bandung yang notabene wilayah Sunda, saya tidak tahu banyak tentang budaya Sunda. Pertama, latar keluarga saya bukan suku Sunda dan kami tidak berbicara dalam bahasa Sunda. Kedua, sedari kecil di lingkungan perumahan, sampai SD, SMP, SMA, saya bergaul dengan teman-teman yang sama-sama bukan asli Sunda. Tentunya ada di antara teman-teman yang keturunan Sunda, atau paling tidak, "mengajarkan" kata-kata Sunda sehingga saya tahu sedikit-sedikit dan berbicara pun dalam dialek Sunda. Selain itu, pastinya saya mendapat pelajaran Basa Sunda di sekolah (SD dan SMP), tapi sepertinya tidak begitu berpengaruh. Di luar itu, kami sebagai anak baru gede, daripada mempelajari budaya Sunda, misalkan dengan membacai buku-buku ceritanya atau mendengarkan lagu-lagunya, lebih banyak mengonsumsi budaya luar, seperti komik-komik Jepang, novel-novel Barat, atau lagu apa pun (banyak yang berbahasa Inggris) yang diperdengarkan oleh radio anak muda, belum lagi tontonan impor di televisi. Maka budaya yang asalnya dari tempat-tempat nun jauh di sana justru terasa lebih dekat daripada budaya asli di daerah yang ditinggali.
Baru setelah berkuliah di luar kota, berjarak dari "kampung halaman" tempat kelahiran dan dibesarkan, saya meresapi latar asal saya, yaitu budaya kota besar yang kesunda-sundaan. Waktu merasa homesick, entah kenapa saya mengunduh lagu-lagu Sunda dari internet. Ketika itu sebetulnya mulai ada rasa penasaran untuk mengenal lebih jauh tentang Sunda, tapi tidak kunjung terlaksana.
Baru tahun-tahun belakangan muncul Ipusnas yang memudahkan akses ke literatur kesundaan, kemudian klub buku yang saya ikuti juga mengangkat buku-buku sastra Sunda, ditambah lagi sekarang ada SundaDigi yang relatif lengkap daripada kamus-kamus yang tersedia di rumah. Selain buku-buku cetak pelajaran Basa Sunda dari kelas 1 SD, serta yang dibahas di klub buku, buku ini yang pertama-tama saya pilih untuk baca. Judulnya menyebut "Perspektif Islam", subjek lain yang saya mau pelajari juga--sekali mendayung, dua pulau terlampaui.
Buku ini meringkaskan serba-serbi kesundaan, mulai dari tata krama, adat istiadat (tradisi dan ritual), bahasa dan sastra, arsitektur, makanan, busana, sejarah, falsafah, hingga sistem pengetahuan masyarakat (meliputi penentuan jodoh, hari baik, dan kematian, serta pamali, pelet, teluh, dan pesugihan). Ada beberapa referensinya yang saya sudah baca, yaitu Munjung (dalam terjemahan Indonesia: Memuja Siluman) dan Rasiah nu Goreng Patut (yang ini belum sampai tamat karena bahasanya susah :'). Setelah penjabaran, di akhir bab dikaitkan dengan Islam.
Namun, untuk penjelasan dari "perspektif Islam" ini saya rasakan kudu berhati-hati. Hanya karena ada "Islam", bukan berarti terima saja bahwa itu memang "Islam". Apalagi bila terselip paham yang justru mengaburkan hakikat dari agama itu sendiri. Jadi dari buku ini saya hanya ambil wawasan kesundaan serta masukan yang sifatnya umum, seperti soal tata krama dalam berbahasa dan berperilaku, sedangkan untuk keislamannya, saya berniat untuk terus membaca sebanyak-banyaknya buku terkait. Semoga istikamah, insyaallah.