Si perempuan uring-uringan karena kucingnya sudah lama tidak
pulang. Suaminya jadi kesal. Entah bagaimana mulanya, bertengkarlah mereka,
makin lama makin hebat, sehingga si laki-laki pergi dari rumah. Di jalan dia
bertemu si kucing yang hilang. Disepaknya kucing itu tapi hewan itu malah balas
menggigit kakinya. Mereka pun terus pergi ke arah berlawanan. Si kucing kembali
ke rumah, disambut si perempuan dengan amat gembira sampai memeluk dan mencium
hewan itu. Sekonyong-konyong si kucing berubah menjadi pangeran tampan. “Kau
kan tahu, dua pejantan tak mungkin bertahan di bawah satu atap,” jelas si
kucing. Dengan perginya si laki-laki, keduanya pun hidup bahagia
selama-lamanya.[]
Tempo Nomor 22/XXXI/28 (atau 29?) Juli – 4 Agustus 2002
-
ISSN 0126 – 4273 Rp 14.700 Ada dua topik besar dalam Tempo edisi ini yang
sama-sama mengenai anak, yang satu… Read more Tempo Nomor 22/XXXI/28 (atau
29?) J...
3 minggu yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar