Saya tidak benar-benar tahu lagu-lagu Nike Ardilla sampai belakangan ini. Ada begitu banyak lagu yang dapat kita dengarkan di mana-mana, kenapa harus dia? Lagi pula, dengan begitu banyak fans yang masih mengelu-elukannya sampai sekarang, she sounds so mainstream, mr8?
Tapi sekarang ini saya lagi mengeksplorasi dunia '90-an. Mulai dari membaca majalah-majalah sampai menemukan lagu-lagu hip-hop yang hip pada masa itu. Pikiran untuk meninjau Nike Ardilla baru muncul belakangan. Pada awalnya saya agak malas, menunda-nunda.
Sampai tiba juga dorongan itu. Saya memutarnya di YouTube. Ada beberapa album kompilasi lagunya--ciptaan penggemarnya, sepertinya.
Lagu demi lagunya masuk ke telinga. Ada beberapa yang saya merasa familier. Saya teringat pada seorang mbak yang pernah bekerja di rumah saya, dari saya SD sampai SMA. Sepertinya mbak itu penggemar Nike Ardilla juga dan pernah menyanyikan lagu-lagunya ...?
Lagu-lagunya, kalau boleh saya nilai (padahal tahu apa saya soal musik!?), sebenarnya sederhana dan kemelayu-melayuan. Dari segi instrumen tidak istimewa, dibandingkan dengan musik Italia era '60-'70-an yang saya suka dengarkan (njir, berasa snob padahal enggak seorang pun tahu musik yang saya maksud). Dari segi lirik, begitu-begitu saja: semacam curhat cecintaan yang sama sekali tidak relatable buat saya, malah cenderung memelas dan cengeng.
Contohnya saja dalam lagu "Mama, Aku Ingin Pulang". Lagu ini tampaknya bercerita tentang seorang gadis belia lagi naif yang dijebak pacarnya agar mau kawin lari. Mamanya sudah memperingati dia, tapi apa daya bujuk rayu lelaki itu lebih membuai. Akhirnya, benarlah, disia-siakanlah dia. Simak saja liriknya:
Cincin emas melingkar, ia berikan dulu
Untuk apa, kalau ia tak cinta ....
("Mama, Aku Ingin Pulang")
Untuk apa? Ya, untuk mengisap madumu, Neng. Sudah begitu, habis manis sepah dibuang. Begitulah laki-laki, bak udang di balik batu, pasti ada maunya *eh kok kayak curcol.
Ketika saya tanyakan kepada teman yang lahir pada 1975 (alias sebaya dengan almarhumah), dia bukan penggemar NA tapi tahu bahwa lagu-lagunya kerap mengandung kata "sinar", "kehidupan", semacam itu. Saya tambahkan lagi, "iman".
Anyway.
Entah dalam sekali atau beberapa kali dengar saja (pokoknya enggak sampai banyak), beberapa lagunya sudah terngiang-ngiang di kepala saya sampai tahu-tahu saja saya menyanyikannya sepenggal-sepenggal--khususnya bagian-bagian yang catchy banget.
Malam-malam aku sendiri,
tanpa cintamu lagi ... ooo ....
("Bintang Kehidupan")
Malam-malam aku sendiri,
tanpa cintamu lagi ... ooo ....
("Bintang Kehidupan")
Aku bagai nelayan ...
Yang kehilangan arah ....
("Tinggallah Ku Sendiri")
("Tinggallah Ku Sendiri")
Tidak cukup, timbul hasrat untuk mengajak teman ke tempat karaoke sehingga saya bisa berteriak-teriak sepuasnya membawakan lagu-lagu itu. Tapi, entah suara saya akan sampai atau enggak dan pastinya mereka bakal takjub. Entahkah ada di antara mereka yang akrab dengan lagu-lagunya atau enggak.
Lagian, sementara ini masih dalam pandemi. Hasrat karaoke mau tidak mau dipenuhi dengan memutar lagu-lagu Teh Nike yang cantik jelita di Spotify atau YouTube saja, yang subhanallah dilengkapi dengan lirik berjalan! Hanya saja, sambil lirih-lirih karena malu kalau kedengaran sama orang rumah apalagi tetangga
Meski telah lama tiada, bagi penggemarnya, ia terus hidup melalui lagu-lagunya. Bahkan sekarang ia hidup juga di dalam kepala saya, sampai kadang-kadang sulit sekali menyuruhnya berhenti menjerit-jerit. Memang tidak semua lagunya enak, dan sebenarnya belum semuanya pula saya dengarkan. Tapi, untuk beberapa lagu, betapa mudahnya menempel dan kuatnya melekat bak tumbuhan liar yang tak dikehendaki tapi muncul lagi muncul lagi.
Betapa sayang ia telah pergi dalam usia sebelia itu. Semoga hidupnya tenang di alam sana. Aamin.
Meski telah lama tiada, bagi penggemarnya, ia terus hidup melalui lagu-lagunya. Bahkan sekarang ia hidup juga di dalam kepala saya, sampai kadang-kadang sulit sekali menyuruhnya berhenti menjerit-jerit. Memang tidak semua lagunya enak, dan sebenarnya belum semuanya pula saya dengarkan. Tapi, untuk beberapa lagu, betapa mudahnya menempel dan kuatnya melekat bak tumbuhan liar yang tak dikehendaki tapi muncul lagi muncul lagi.
Betapa sayang ia telah pergi dalam usia sebelia itu. Semoga hidupnya tenang di alam sana. Aamin.
Dan serta-merta, timbul ide cerita tentang seorang pemuda penggemar Nike Ardilla yang tanpa sadar lalu menjadi cowok seperti yang diceritakan dalam lagu-lagu Nike Ardilla bagi ceweknya, sehingga ceweknya itu membatin,
Ku tak akan bersuara,
walau dirimu kekurangan,
hanya setiamu itu kuharapkan ....
("Ku Tak Akan Bersuara")
sampai,
Bosan, mungkin itu sifatmu!
Benci, bila ingat dirimu!
("Sandiwara Cinta")
Ku tak akan bersuara,
walau dirimu kekurangan,
hanya setiamu itu kuharapkan ....
("Ku Tak Akan Bersuara")
sampai,
Bosan, mungkin itu sifatmu!
Benci, bila ingat dirimu!
("Sandiwara Cinta")