KATAKANLAH dengan bunga, kata mereka yang muak dengan kata-kata. Tapi, karena populasi bunga kian terbatas, nasihat sepele ini kerap sulit dijalankan. Agar lebih mudah dan murah, barangkali tips itu harus sedikit diubah: katakanlah dengan gambar, grafik, atau mungkin juga isyarat.
Di dunia yang kebanjiran kata-kata, gambar bisa menjadi oase yang menyehatkan--dan karena itu, lahan bisnis yang menguntungkan. Boleh jadi pemikiran seperti ini pula yang ada di otak para pembuat telepon tanpa kabel alias telepon seluler. Setelah berhasil menciptakan alat yang bisa mentransmisikan suara, tulisan, dan data, kini mereka membuat telepon yang mampu mengirimkan gambar.
Transmisi gambar melalui "telepon angin" memang bukan berita baru, di luar negeri. Tapi di Indonesia layanan ini baru bisa dinikmati sejak dua pekan lalu melalui operator telepon seluler PT Indosat Multimedia Mobile (IM3). Dengan layanan yang disebut pengiriman pesan singkat multimedia alias MMS (multimedia messaging service) ini, pelanggan bisa saling mengirim gambar berwarna, foto, animasi, audio, dan suatu saat nanti mungkin juga gambar bergerak alias video.
Teknologi pengiriman pesan multimedia ini pertama kali digagas dan dirancang oleh komunitas industri seluler generasi ketiga, dua tahun lalu. Untuk pertama kalinya, pabrik pesawat telepon Swedia, Ericsson, memamerkan kecanggihan teknologi ini dalam pameran dagang CeBIT di Hannover, Jerman, Maret tahun lalu.
MMS--barangkali lebih sexy kalau kita sebut "Memes"--merupakan kelanjutan teknologi layanan pengiriman pesan singkat (SMS) dan pesan singkat bergambar (EMS). Dengan cepat, Memes memikat semua "makhluk" penghuni komunitas seluler, mulai dari pabrik pembuat pesawat ponsel, pengelola jaringan (operator), hingga para pelanggan di seluruh dunia.
Asosiasi industri seluler, Global Mobile Suppliers Association, memperkirakan bisnis Memes akan meledak. Dalam dua tahun ke depan, asosiasi itu menaksir akan ada 20 miliar pesan singkat multimedia yang bakal terkirim saban bulan di seluruh jagat. Jika ongkos sekali pengiriman Rp 1.000, akan ada bisnis senilai Rp 240 triliun per tahun. Sebuah taksiran yang amat menggiurkan. Tapi jangan gembira dulu: riset Wireless World Forum (W2F) menunjukkan bahwa bisnis ini hanya menjala Rp 5 triliun per tahun.
Sesungguhnya dasar teknologi Memes tak berbeda dengan SMS. Jika telepon penerima sedang tak aktif atau di luar jangkauan sinyal, pesan akan tetap tersimpan di server operator. Kelebihannya, selain mengirim teks, pemakai bisa menambahkan musik atau gambar. Huruf, ukuran, dan gaya teksnya pun bisa dibuat bervariasi. Bisa pula mengirim tabel, diagram, peta, juga sketsa. Menurut pengamat multimedia Roy Suryo, Memes bisa dikirim ke pesawat seluler yang berbeda merek karena standar teknologinya seragam.
Dengan Memes, seorang wartawan media dotcom yang tengah meliput aksi unjuk rasa, misalnya, bisa memotret dorong-dorongan polisi dan mahasiswa dengan pesawat telepon genggamnya, memberi sedikit teks, lalu langsung mengirimkannya ke kantor redaksi agar bisa segera dimuat di situs internet, dalam hitungan menit. Sangat praktis dan mudah. Ia tak perlu membawa kamera dan mencari koneksi internet.
![]() |
Nokia 7650 Gambar dari Amazon.co.uk. |
Selain kelemahan pesawat, ada juga kelemahan pada operator. Ketika menerima pesan Memes, sinyal harus stabil. Ini membuat telepon genggam yang mestinya bisa mobile alias bergerak menjadi seperti telepon biasa (fixed telephone). "Kalau sambil naik mobil atau lift," kata Roy, "proses download sering terputus."
![]() |
Sony Ericsson T68I Gambar dari Xperia Blog. |
![]() |
Sony Ericsson P800 Gambar dari IMEI24. |
Wicaksono
Sumber: Tempo No. 26/XXXI/26 Agustus - 1 September 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar