kucing
namanya kiti.
tapi kini ia sudah mati.
kata pemiliknya yang bernama mbak dwi,
konon kiti mati karna tergilas mobil.
kelabang
sekali ia mampir,
kiranya berasal dari kamar mandi,
janganlah pernah ia kembali lagi,
amin.
kaki seribu
ia sudah singgah beberapa kali.
tanpa sempat mengucap, "hai",
langsung sapu kuambil
dan kuusir pergi.
kecoak
ia yang paling sering
mengajakku bermain
kejar-kejaran, namun gerakannya terlalu gesit
hingga aku capek sendiri.
kutu beras
padahal beras tak kutimbun,
mengapa dalam kamarku ia kedapatan merayap dengan anggun?
mungkin karena kamarku dekat dapur.
bikin sebal saja, huh...
semut segala macam ukuran
mereka di mana-mana.
mengerubuti makanan,
bercengkerama dalam koloni kerja,
atau hanya berputar-putar kebingungan ke seantereo kamar.
cicak
berkejaran dengan asik
hingga masuk ke dalam plastik.
gemerisik.
kadang membuatku terusik.
rayap
mereka tak membuatku
menyadari bahwa mereka mendekam di setiap kayu.
hingga tahu-tahu
kudapati serbuk-serbuk.
lalat
lamat-lamat ia mendekat
hingga ku berminat untuk menjerat
nya dengan sedotan berlumur madu yang membuat
kaki-kakinya lekat.
laron
ia datang kala musim mencapai hujan.
sayap-sayap patahnya buatku ingat akan
dewa 19 dan kahlil gibran.
meski demikian kehadirannya tak begitu kuinginkan.
jenis-jenis yang belum teridentifikasi
tak pernah kutemukan di ensiklopedia.
teman-teman menggeleng kala ku tanya.
jadi ku biarkan saja mereka berlalu dengan sendirinya.
meski ada bengkak di dagu atau leherku kadang, mungkin karna mereka.
waa dyah... bakat banget jadi penulis nih. puitis, hehe. tulisannya macem2, review, cerpen, novel, puisi jugaa... hebat!
BalasHapusbtw macem2 bgt sih binatangnya. tapi ga ada laba2 ya? di kamarku ada loh, haha
ada. cuman lupa euy kesebut. ya udah kapan2 entar puisinya di-update deh, hehe, insya Allah... makasih ya udah mampir :)
BalasHapus