Judul : Century
Pengarang : Sarah Singleton
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, 2007
Tersebutlah sebuah rumah bernama Century. Rumah ini menyimpan berlapis-lapis kenangan atas bakat istimewa pemiliknya, Trajan. Adalah anak perempuannya, Mercy, dibantu adiknya, Charity, kemudian menemukan sesuatu yang ganjil. Pamannya, Claudius, menyambanginya, mendorongnya untuk menguak misteri yang menyelubungi rumah tersebut.
What a typical, then. Sebagaimana esensi yang diusung Urosawa Naoki, baik dalam 20th Century Boys maupun Monster, penjahat sebenarnya bisa jadi adalah pendukung protagonis—atau bahkan protagonis itu sendiri—di muka. Esensi ini umum terdapat di cerita-cerita detektif. Pendukung protagonis memunculkan kasus di hadapan protagonis untuk mengalihkan kesalahannya pada pihak lain. Namun dalam 20th Century Boys, karakter Endo Kenji dapat membuat saya merenungkan kembali esensi tersebut. Kita tak selamanya jadi pihak yang benar. Siapa tahu, tanpa kita sadari, kita telah menciptakan penjahat dalam diri seseorang. Apalagi dalam Monster, mulanya demi kemanusiaan ia menyelamatkan seseorang yang tak ia sangka kelak akan menjadi penjahat.
Ah, mentang-mentang baru usai menonton 20th Century Boys (The Last Chapter)… Mari kembali ke novel tipis yang tak menghentak dada ini. Jika 20th Century Boys dikemas dalam alur yang begitu fantastis, membaca Century bagai membaca kisah buatan sendiri waktu masih SD yang dikarang sengarang-ngarangnya. Mengapa kita harus membatasi kreativitas anak SD dengan mengritisinya sedemikian rupa? Biarkan ia bebas berkreasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar