Gambar di-screenshot dari Ipusnas. |
Penerbit : PT. Trubus Swadaya
Tahun Terbit Digital : 2021
ISBN Elektronis : 978-623-341-196-7 (PDF)
Dalam berkebun, kutu putih adalah hama yang ujungnya selalu ada lagi ada lagi. Penasaran apakah di Ipusnas ada buku mengenai makhluk ini. Sementara, cuma ada buku ini. Tebalnya cuma 36 halaman. Isinya terdiri dari empat artikel yang sebelumnya pernah diterbitkan di majalah Trubus Januari 2019 dan Februari 2020.
Namun ternyata kutu putih hanya diangkat pada artikel pertama, sedang selebihnya mengenai penyakit yang disebabkan oleh:
- cendawan Fusarium oxysporum (gejala: daun dan batang menguning, layu ketika terpapar sinar matahari),
- cendawan Colletotrichum capsici atau disebut juga patek atau antranoksa (gejala: bercak hitam kecokelatan melingkar pada buah yang lalu busuk, mengering, dan jatuh).
Dua penyakit tersebut merupakan momok utama bagi petani cabai.
Memang cabai adalah jenis wajib-selalu-tanam di sekitar rumah, karena:
- sering kali diperlukan sebagai bumbu masakan,
- apalagi kalau mau nyambel (kadang-kadang),
- bijinya mudah diperoleh dan mudah pula tumbuhnya.
Bagi pekebun amatiran yang menanam sedikit-sedikit di polybag malas-malasan pula (hadeeeh), buku ini tidak begitu membantu kecuali pengetahuan mengenai jenis dan gejala hama penyakit yang dapat menjangkiti cabai berikut cara pencegahan yang disesuaikan saja dengan keadaan seperti:
- menggunakan benih tahan penyakit,
- sanitasi kebun, meliputi pengendalian gulma serta pembersihan sampah di sekitar kebun,
- proteksi dari luar,
- penggunaan pestisida tepat guna.
Di samping itu, ada perlakuan terhadap tanaman yang sudah telanjur kena penyakit misalnya dengan memisahkan dan membakarnya supaya tidak tersebar.
Bagi konsumen cabai yang masih bergantung pada warung atau tukang sayur, buku kecil ini pastinya sangat informatif. Kita bisa mengetahui proses yang mungkin dilakukan petani sehingga menghasilkan cabai mulus-mulus bebas hama penyakit untuk kita konsumsi. Untuk menjalankan proses itu, petani mesti punya disiplin dan presisi--telaten pokoknya.
Jika punya pengalaman menanam, tentu tahu betapa repotnya ketika hama penyakit telah bermunculan. Dengan pengalaman itu, saya memaklumi penggunaan zat kimia dalam pertanian skala besar yang sampai berhektar-hektar untuk memenuhi kebutuhan umum. Orang pada umumnya tentu ingin produk berkualitas sebagus-bagusnya tanpa mesti tahu segala kepayahan di baliknya. Jika ingin mengonsumsi tanaman yang bebas zat kimia sama sekali atau sepenuhnya organik, kita sendiri yang mesti menanggung segala kepayahan itu dengan menanam-merawatnya sendiri atau membelinya dari sumber lain dengan harga lain pula.
Sebetulnya buku ini juga mengajukan alternatif yang tampak lebih ramah lingkungan seperti penggunaan ekstrak biji srikaya untuk mengendalikan kutu putih pada pepaya, juga pemanfaatan kitosan (banyak terdapat pada hewan yang memiliki cangkang seperti rajungan, udang, kepiting, dan bekicot--halaman 25) sebagai biofungisida untuk menangkal antranoksa pada jagung dan cabai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar