Gambar di-screenshot dari Ipusnas. |
Penerbit : Lily Publisher (imprint Penerbit ANDI), Yogyakarta
Edisi I, 2015
ISBN : 978-979-29-4709-0, (E) 978-979-29-8359-3
Sebelum masuk ke bagian paling penting (yang saya cari dan perlukan), buku ini didahului dengan uraian ringkas mengenai pertanian organik, prinsip-prinsipnya, serta deskripsi tumbuh-tumbuhan yang dapat dijadikan bahan pestisida organik.
Di halaman 4, disebutkan mengenai sebuah mode pengembangan pertanian yang dikenal sebagai metode bertani "tanpa bekerja" yang dikembangkan oleh seorang petani di Jepang yang berlatar belakang mikrobiologi (mantan ilmuwan laboratorium) dengan empat asas sebagai berikut.
1. Tanpa pengolahan, yaitu tanpa membajak atau membalik tanah,
2. Tanpa pupuk kimia atau kompos yang dipersiapkan,
3. Tanpa menghilangkan gulma dengan pengerjaan tanah/herbisida,
4. Tidak tergantung dari bahan-bahan kimia.
Sayang, tidak ada penjelasan lebih lanjut lagi panjang lebar mengenai metode yang kedengaran sangat menarik ini. Bahkan nama sang petani Jepang saja tidak dicantumkan atau dari mana tepatnya sumber rujukan informasi ini, supaya saya dapat menelusurinya sendiri. Mungkin memang sebaiknya mendalami metode yang lebih dahulu saya dengar, yaitu permakultur dan "lazy gardening".
Nah, bagian paling penting ada di "BAB 5. PEMBUATAN PESTISIDA ORGANIK". Dalam catatan ini, supaya kelak mudah mencarinya ketika mau mempraktikkan, saya hendak menyalin resep pestisida organik dengan bahan yang paling mudah ditemukan yaitu daun pepaya, bawang putih, dan cabai rawit.
Bawang putih biasanya selalu tersedia di dapur, sedangkan pepaya dan cabai biasanya sangat mudah tumbuh di sekitar rumah. Bahkan sering kali ketika saya hendak menanam cabai, misalnya, yang tumbuh malah pepaya. Rupanya biji-biji pepaya yang masuk ke compost bag tidak terurai. Setelah kompos yang dihasilkan digunakan sebagai media tanam, biji-biji pepaya itu pada bertumbuhan. Kalau doyan sayur daun pepaya, sebetulnya itu lumayan lo. Kini melalui buku ini saya mengetahui bahwa daun pepaya dapat dimanfaatkan juga sebagai pestisida.
PESTISIDA DAUN PEPAYA (halaman 72)
Kegunaan 1 : Mengendalikan ulat dan hama pengisap.
Cara membuat 1 :
a. Rajang 0,5 kg daun pepaya segar.
b. Daun pepaya yang telah dirajang kemudian direndam dalam 5 liter air, 1 sendok makan minyak tanah, dan 25 gr detergen selama semalam.
c. Saring larutan hasil perendaman dengan kain halus.
d. Larutan hasil penyaringan disemprotkan ke pertanaman.
Kegunaan 2 : Membasmi kutu daun, rayap, hama-hama ukuran kecil termasuk ulat bulu.
Cara membuat 2 :
a. Ambil daun pepaya sebanyak 0,5 kg.
b. Lumatkan (bisa diblender/ditumbuk) dan dicampurkan dalam 0,5 liter air.
c. Biarkan selama kurang lebih satu jam.
d. Langkah berikutnya disaring, lalu ke dalam cairan daun pepaya hasil ditambah lagi 2 liter air dan 1 sendok teh sabun.
e. Semprotkan cairan ini pada hama-hama yang mengganggu tanaman.
f. Semprotkan pestisida air pepaya dan sabun ini pada pertanaman.
PESTISIDA BAWANG PUTIH (halaman 90)
Kegunaan : Untuk segala jenis hama tanaman.
Cara membuat :
a. Parut 50 gr bawang putih, campur dengan 1/4 liter air, 5 gr detergen, dan 1 sendok teh minyak mineral(?).
b. Diamkan selama 24 jam, lalu disaring dengan kain halus.
c. Larutan hasil penyaringan diencerkan hingga volumenya 10 kali dan semprotkan ke tanaman.
PESTISIDA CABAI (halaman 95)
Kegunaan : Efektif mencegah timbulnya cendawan.
Cara membuat :
a. Tumbuk/ulek halus 50 gr cabai (rawit hijau tapi ada juga yang merah sedikit) dan rendam dalam 0,5 liter air selama 24 jam.
b. Cairan hasil rendaman disaring dengan kain halus.
c. Semprotkan cairan hasil penyaringan tanaman.
Dalam catatan ini juga saya hendak mendaftar tumbuhan lain yang dapat dijadikan bahan pembuatan pestisida organik. Siapa tahu kelak saya ada rezeki/kesempatan untuk membeli/mencoba menanamnya di sekitar rumah.
Untuk perincian kegunaan dan cara membuatnya, berikut gambar-gambarnya (meskipun tidak untuk semuanya), boleh download buku ini lagi di Ipusnas :D
- Biji jarak
- Daun dan biji sirsak
- Dlingo
- Pacar cina
- Daun tembakau
- Daun sirih
- Umbi gadung
- Daun/biji mimba
- Srikaya (biji)
- Daun gamal
- Bunga piretrum (serbuk)
- Kayu pinus (serbuk)
- Buah picung/keluak
- Lengkuas dan jahe
- Daun mindi
- Tagetes
- Buah jengkol
- Daun sengon buto
- Tuba (akar dan kulit kayu)
- Batang serai wangi
- Daun dan bunga kemangi
- Biji pinang
- Daun kayu putih
- Daun pandan
- Daun kacang babi
- Bengkuang
Dalam bab lima ini selanjutnya ada resep-resep yang lebih rumit, maksudnya yang menggunakan lebih banyak bahan dalam satu ramuan yang tiap-tiapnya memiliki kegunaan spesifik misalnya khusus tanaman yang terkena hama serangga, khusus tanaman yang terkena wereng batang cokelat, lembing batu, ulat grayak, dan ulat hama putih palsu, khusus untuk pengendalian hama ulat daun pada tanaman perkebunan dan holtikultura, dan masih banyak lagi.
Dalam catatan ini saya hendak menyalin resep yang paling mudah saja yaitu nomor 13 yang DIGUNAKAN UNTUK PENGENDALI SERANGGA, JAMUR, DAN PENOLAK HAMA (halaman 109).
Bahan : bawang putih 6 buah, cabai (rawit hijau tapi ada juga yang merah sedikit) 2 genggam, dan sabun balok 1/2 butir.
Alat : blendek/ulekan dan panci.
Cara membuat :
a. Campurkan 6 buah bawang putih yang sudah dikupas dengan 2 genggam cabai.
b. Setelah itu, bahan diblender/ulek.
c. Selanjutnya, rebuslah dalam sepanci air bahan hasil blender/ulekan tadi.
d. Tambahkan 1/2 balok sabun, aduk rata dan biarkan selama sehari.
e. Saring cairan itu dan gunakan 4 cangkir larutan tersebut untuk 2 kali penyemprotan.
Buku ini dilengkapi dengan analisis usaha mulai dari perhitungan sampai peluangnya. Buat saya, untuk sementara ini, belajar mempraktikkan mulai dari yang termudah dahulu dan menerapkannya secara konsisten untuk mengetahui keefektifannya. Namun yang lebih penting lagi adalah: tanam dulu bayamnya, caisimnya, seledrinya, dst ... -_-"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar