Penerjemah : Ronny Agustinus
Penerbit : Pojok Cerpen & Tanda Baca
Sesuai dengan namanya, buku ini berukuran cukup kecil untuk masuk saku dan tebalnya cuma 60 halaman. Buku ini dicetak terbatas, tidak diperjualbelikan, dan diterbitkan sebagai pendamping buku Macondo, Para Raksasa, dan Lain-lain Hal. Di dalamnya terdapat 3 esai dari 3 penulis Amerika Latin yang saya sudah pernah dengar namanya sejak lama tapi belum ada ketertarikan membaca karyanya. Paling-paling, pernah mau menerjemahkan 1 cerpen Borges yang ternyata masih terlalu sulit bagi seorang hobiis amatir ini 😓
Saya tidak begitu menangkap isi esai-esai ini, terutama esai ketiga yang sekaligus paling pendek.
Untuk esai pertama, saya cuma menangkap dua perintah pertama yang baru salah satunya dapat konsisten saya amalkan beberapa tahun belakangan yaitu membaca (perintah kedua), itu pun sepertinya tidak "sebanyak-banyaknya" banget karena kesadaran untuk membatasi waktu, naik-turunnya mood atau stamina, dsb. Sedang untuk disiplin menulis (perintah pertama), masih sulit untuk menjadikannya prioritas sebagaimana para penulis kenamaan yang tampak sudah ada jaminan hasil karyanya bakal mendapat ganjaran layak. Karena bukan prioritas, kalaupun dapat meluangkan waktu, sering kali sudah keburu lelah atau lebih ingin melakukan hal lain yang tidak makan effort sebesar menulis. Rasanya tidak menulis juga tidak apa-apa.
Menulis bukannya sudah tidak penting sama sekali. Menulis masih penting jika tujuannya untuk diri sendiri, yakni untuk menata pikiran dan perasaan, mencatat dan memikirkan pelajaran yang didapat dari bacaan atau tontonan, dan semacamnya. Alias sebagai alat bantu pembinaan diri.
Perintah selebihnya mungkin karena saya rasa kurang practical atau sudah kurang natural bagi saya sehingga kurang menempel, ialah sebagai berikut.
3. Tradisi dan kreasi
4. Imajinasi
5. Realitas sastra
6. Sastra dan zaman
7. Kritik sesungguhnya
8. Setia pada diri sendiri
9. Kesadaran akan tradisi dan kreasi
10. Kuserahkan pada kebebasanmu
Esai paling menarik buat saya yaitu dari Isabel Allende, yang menceritakan latar inspirasi penulis-penulis Amerika Latin serta keadaan literasi di sana yang sepertinya tak jauh beda dengan di Indonesia dalam hal cuma segelintir orang yang betul-betul suka membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar