Gambar dari Gramedia Pustaka Utama. |
Pengarang : Cynthia Kadohata
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009
Selalu ada yang gemerlap—kira-kira—di balik semua ini.
Dikira, novel ini bercerita mengenai
suatu hal yang belum bisa diprediksi secara akurat—jadi masih kira-kira. Maka
saya mengira-ngira, kira-kira novel berjudul “Kira-kira” ini lebih jelasnya
bercerita tentang apa ya? Apa yang dikira-kira di dalamnya? Ada berapa banyak
perkiraan? Ih, sepertinya bakal lucu deh ceritanya. Kira-kira lucunya bagaimana
ya…
Namun ternyata “Kira-kira”memang judul
asli novel ini. Dalam bahasa Jepang, kira-kira
berarti gemerlap.
Ini cerita tentang Katie yang
menceritakan tentang kakak perempuannya—Lynn. Katie sangat mengagumi Lynn. Lynn
selalu bisa menemukan keindahan di balik sesuatu. Bintang. Laut. Mata orang.
Semua disebutnya “kira-kira”. Lynn juga baik hati dan cerdas.
Tidak hanya tentang Lynn, Katie
menceritakan juga tentang kehidupan keluarganya sebagai keturunan Jepang di
Amerika pada tahun 1950-an. Pada waktu itu, rasisme masih marak. Kebanyakan
keturunan Jepang hanya mendapatkan pekerjaan di penetasan ayam. Kedua orangtua
Katie harus bekerja keras setiap hari. Ibu Katie bahkan bekerja dengan
menggunakan popok supaya kebutuhan untuk “itu” tidak sampai harus mengganggu pekerjaannya.
Dinamika kehidupan Katie
sebetulnydimulai dari pindahnya mereka sekeluarga ke suatu negara bagian. Kedua
orangtuanya hendak mencari penghidupan baru. Lynn mulai jadi abege sehingga
membuat Katie merasa tersisihkan. Kehadiran Sammy, adik mereka berdua, cukup
menghibur Katie. Lalu Lynn terkena limfomia.
Agak mirip leukemia—limfomia berhubungan
juga dengan sel darah. Penyakit ini membuat Lynn jadi terlihat tidak “hidup”
lagi. Ia makin lemas dari waktu ke waktu. Selain karena kasih sayangnya pada
sang kakak, Katie turut merawat Lynn karena kedua orangtua mereka sibuk
bekerja. Namun perilaku Lynn juga jadi berubah karena penyakitnya.
Pengalaman dengan Lynn—yang akhirnya
tiada, ups, maaf spoiler—menjadikan Katie terdewasakan. Bagaimana cara Lynn
memandang hidup—sebelum mulai terkena penyakit—akan selalu menginspirasinya.
Kiranya, akan lebih menginspirasi
apabila Lynn berusaha untuk tetap bersikap sama antara sebelum dan sesudah
terkena penyakit. Kesannya lebih dramatis. Namun alur novel ini ternyata begitu
realistis.
Subplot lain adalah perlawanan yang
dilakukan ayah Katie terhadap pemilik penetasan tempatnya bekerja. Namun sang
ayah, tidak hanya kita bisa belajar etos kerja keras ala orang Jepang darinya,
tetap bertanggung jawab atas tindakannya. Jelas novel ini mengangkat sebuah isu
pertentangan kelas pada waktu itu. Tapi apalah saya membicarakan tentang itu
padahal saya tidak menguasainya.
Novel ini bergenre SEMUA UMUR. Ya, novel
ini memang aman untuk dibaca semua umur. Sudut pandang yang digunakan adalah
sudut pandang orang pertama yang masih anak-anak—Katie. Menakjubkan sekali
bahwa pada umur segitu ia sudah mampu menyerap pelajaran hidup. Boleh
dibandingkan dengan sang legenda, “To Kill a Mockingbird”, namun “Kira-kira”
adalah versi yang lebih sederhana dan unik. Tokoh utama novel ini adalah si
korban rasisme itu sendiri. Jika yang biasa diangkat adalah negro, maka kali
ini adalah seorang Jepang yang lahir di Amerika.
Kita tahu Jepang adalah negara yang amat
maju. Ia juga pernah menjajah banyak negara dan ingin jadi superhero Asia.
Namun posisinya tidak selalu di atas ternyata. Keadaan susah orang Jepang di
Amerika seperti ini diungkit juga dalam komik “Yokohama”. Bagus loh—meski saya
tidak benar-benar membacanya.
Ada yang bilang kalau novel berembel
pemenang Newberry Medal ini membosankan (justru saya pinjam novel ini dari
dia!). Saya kira ini masalah ketahanan membaca saja. Menurut saya, seandainya
novel ini difilmkan maka film tersebut akan ditayangkan oleh Metro TV pada
Sabtu malam.
Ada novel Cynthia Kadohata lainnya yang
sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia—kalau tidak salah dari penerbit
yang sama pula. Saya tidak memerhatikan judulnya. Menilik sekilas sinopsis
belakang sampulnya, tokoh sentralnya adalah Jepang-Amerika juga.
Terakhir, ada berapa kata “kira” dalam
tulisan ini, coba…?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar