Rabu, 07 September 2011

5W1H tentang TORCH


Apa itu TORCH?
          TORCH adalah singkatan dari Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex. Keempatnya merupakan penyakit infeksi yang menyerang susunan syaraf pusat.
         
Siapa yang rentan terjangkit TORCH?
TORCH dapat menyerang berbagai kalangan usia dan jenis kelamin, tergantung pada sistem imun yang dimiliki. Infeksi umumnya terjadi pada perempuan dengan tingkat stres yang tidak stabil.

Di mana saja penyebaran TORCH?
 Penyebaran parasit Toxoplasmosa gondii yang sangat luas, yaitu dari daerah Alaska hingga Australia, memungkinkan mekanisme penularan menjadi sangat cepat. Pada populasi dengan keadaan sosial ekonomi yang baik, kurang lebih 60 – 70% orang dewasa menunjukkan hasil pemeriksaan seropositif terhadap infeksi CMV. Pada keadaan ekonomi yang buruk atau di negara berkembang, lebih dari atau sama dengan 80  - 90% masyarakat terinfeksi oleh CMV (Emery and Griffiths, 2002, dalam Anindya, 2010).

Mengapa TORCH penting untuk dicegah dan ditangani?
Tanpa kita sadari, media penularan TORCH merupakan hal yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Virus ini dapat ditularkan melalui cairan tubuh, hewan peliharaan, maupun makanan yang tidak dimasak dengan baik. Tanpa sistem imun yang baik, virus ini akan dengan mudah aktif dalam tubuh kita dan menimbulkan akibat serius.
Infeksi Toxoplasmosis pada ibu hamil seakan tidak menimbulkan pengaruh pada ibu itu sendiri, tetapi berakibat serius bagi janin atau bayinya, seperi abortus, prematuritas, hingga retardasi mental. Gejala yang sering terjadi adalah munculnya flek sepanjang kehamilan, janin di dalam rahim tidak berkembang, hamil anggur, atau bayinya meninggal pada usia kandungan 7-8 bulan.
Rubella dikenal juga sebagai campak Jerman. Infeksi virus ini merupakan penyakit ringan pada anak dan dewasa. Namun apabila terjadi pada ibu hamil, virus ini dapat menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin. Ibu hamil tidak mengalami keguguran atau bayinya meninggal saat lahir, tetapi yang sering terjadi adalah bayi yang dilahirkan mengalami glukoma atau kebutaan, kerusakan pada otak atau pengapuran pada otak, bibir sumbing, tunarungu, dan sulit bicara.
Infeksi primer virus CMV terjadi pada usia bayi, anak-anak, dan remaja yang sedang dalam kegiatan seksual aktif. Penderita infeksi primer tidak memperlihatkan gejala yang khusus, tetapi virus tetap hidup dalam tubuh penderita selama bertahun-tahun. Bagi seorang ibu yang mengidap CMV, pada saat hamil ia akan mengalami keguguran terus menerus atau bayi yang dikandungnya lahir dalam keadaan cacat fisik. Namun hanya sekitar 5 hingga 10 bayi yang terinfeksi CMV menunjukan kelainan sewaktu lahir.
Virus Herpes Simplex atau HSV dibedakan menjadi HSV1 dan HSV2. Bagian yang disukai HSV1 adalah kulit dan selaput lendir mukosa di mata atau mulut, hidung dan telinga. Sedangkan HSV2 di kulit dan selaput lendir pada alat kelamin dan parianal. Wanita hamil yang terinfeksi HSV2 harus ditangani secara serius karena virus dapat menembus plasenta dan menimbulkan kerusakan neonatel sampai kematian janin. Selama belum dilakukan pengobatan yang efektif, perkembangan infeksi ini sulit diramalkan. (Irwan, 2007)
Wanita yang terjangkit Rubella, CMV, atau Herpes dapat menularkan penyakitnya itu kepada suaminya. Sulitnya terjadi kehamilan pada wanita disebabkan oleh karena virus tersebut memperburuk kualitas spermatozoa/sperma (kekentalannya berkurang). Volume sperma yang seharusnya 5 cc menjadi 3 cc dan gerakannya pun sudah berubah.

Bagaimana cara membuktikan apakah kita terjangkit TORCH atau tidak?
Indikasi TORCH dibuktikan dengan diagnosis laboratorik yaitu memeriksa serum darah untuk mengukur titer-titer antibodi IgM atau IgG. Angka-angka yang terbaca pada hasil pemeriksaan laboratorium terhadap serum darah, apakah positif atau negatif, hanya ditemukan sebatas pada penyakit-penyakit infeksi yang bisa tertitrasi, yakni akibat infeksi TORCH.
Meski angka-angka sudah didapat, kepastian mengenai infeksi ini masih harus dibuktikan dengan pemeriksaan lanjutan, seperti biakan kuman dan pemeriksaan cairan amnion.
Sayangnya, pemeriksaan biakan virus belum bisa dilakukan di Indonesia sehingga diagnosis adanya infeksi TORCH hanya berdasarkan hasil laboratorium yang belum tentu 100% benar.
Tak jarang dokter menganjurkan pasien melakukan pemeriksaan ulang ke laboratorium berbeda karena sangat mungkin pemeriksaan di satu laboratorium berbeda dengan hasil di laboratorium lain. Perbedaan itu bisa diakibatkan oleh faktor mesin pemeriksanya maupun akibat penurunan atau peningkatan titer IgG dan IgM sesuai kondisi terkini pasien. (Puspayanti, 2009)
          Selain itu, pemeriksaan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit, pun pengobatannya.

Kapan waktu yang tepat untuk mencegah dan menangani TORCH?
          Tidak ada kata nanti untuk menjaga kesehatan diri. Pencegahan dapat dimulai dari hal-hal kecil, seperti memasak daging hingga matang, menghindari kontaminasi bahan mentah terhadap makanan matang, mencuci sayur dan buah yang akan dikonsumsi, membersihkan tangan dengan sabun sebelum makan, hingga menjaga kebersihan kandang hewan peliharaan dan tidak memberinya makanan mentah.
          Saat ini telah banyak penanganan TORCH berupa pengobatan klinis maupun pengobatan alternatif. Namun yang tidak kalah penting adalah menjaga kondisi psikologis agar tetap stabil. Bergabung dengan komunitas yang kondusif dapat menjadi salah satu cara untuk menguatkan psikis. 
 
Kamu peduli TORCH? Bergabunglah di
http://www.facebook.com/groups/pemudapedulitorch/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...