Apa itu TORCH?
TORCH adalah
singkatan dari Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex.
Keempatnya merupakan penyakit infeksi yang menyerang susunan syaraf pusat.
Siapa yang rentan
terjangkit TORCH?
TORCH dapat menyerang berbagai kalangan usia dan jenis
kelamin, tergantung pada sistem imun yang dimiliki. Infeksi umumnya terjadi
pada perempuan dengan tingkat stres yang tidak stabil.
Di mana saja penyebaran
TORCH?
Penyebaran parasit Toxoplasmosa
gondii yang sangat luas, yaitu dari daerah Alaska hingga Australia,
memungkinkan mekanisme penularan menjadi sangat cepat. Pada populasi dengan
keadaan sosial ekonomi yang baik, kurang lebih 60 – 70% orang dewasa
menunjukkan hasil pemeriksaan seropositif terhadap infeksi CMV. Pada keadaan
ekonomi yang buruk atau di negara berkembang, lebih dari atau sama dengan
80 - 90% masyarakat terinfeksi oleh CMV
(Emery and Griffiths, 2002, dalam Anindya, 2010).
Mengapa TORCH penting untuk
dicegah dan ditangani?
Tanpa kita sadari, media penularan TORCH merupakan hal yang
dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Virus ini dapat ditularkan melalui
cairan tubuh, hewan peliharaan, maupun makanan yang tidak dimasak dengan baik.
Tanpa sistem imun yang baik, virus ini akan dengan mudah aktif dalam tubuh kita
dan menimbulkan akibat serius.
Infeksi Toxoplasmosis pada ibu hamil seakan tidak menimbulkan pengaruh pada ibu itu sendiri, tetapi
berakibat serius bagi janin atau bayinya, seperi abortus, prematuritas, hingga retardasi
mental.
Gejala yang sering terjadi adalah munculnya flek sepanjang
kehamilan, janin di dalam rahim tidak berkembang, hamil
anggur, atau bayinya meninggal pada usia kandungan 7-8 bulan.
Rubella dikenal juga
sebagai campak Jerman.
Infeksi virus ini merupakan penyakit ringan pada anak
dan dewasa. Namun apabila terjadi pada ibu hamil, virus ini dapat menembus
dinding plasenta dan langsung menyerang janin. Ibu hamil tidak mengalami keguguran
atau bayinya meninggal saat lahir, tetapi yang sering terjadi adalah bayi yang
dilahirkan mengalami glukoma atau kebutaan, kerusakan pada otak atau pengapuran
pada otak, bibir sumbing, tunarungu, dan sulit bicara.
Infeksi primer virus CMV terjadi pada usia bayi,
anak-anak, dan remaja yang sedang dalam kegiatan seksual aktif. Penderita
infeksi primer tidak memperlihatkan gejala yang khusus, tetapi virus tetap
hidup dalam tubuh penderita selama bertahun-tahun. Bagi seorang ibu yang
mengidap CMV, pada saat hamil ia akan mengalami keguguran terus
menerus atau bayi yang dikandungnya lahir dalam keadaan cacat fisik. Namun
hanya sekitar 5 hingga 10 bayi yang terinfeksi CMV menunjukan kelainan sewaktu
lahir.
Virus Herpes Simplex atau
HSV dibedakan
menjadi HSV1 dan HSV2. Bagian yang disukai HSV1 adalah kulit dan selaput lendir
mukosa di mata atau mulut, hidung dan telinga. Sedangkan HSV2 di kulit dan
selaput lendir pada alat kelamin dan parianal. Wanita hamil yang terinfeksi
HSV2 harus ditangani secara serius karena virus dapat menembus plasenta dan
menimbulkan kerusakan neonatel sampai kematian janin. Selama belum dilakukan
pengobatan yang efektif, perkembangan infeksi ini sulit diramalkan. (Irwan, 2007)
Wanita yang
terjangkit Rubella, CMV, atau Herpes dapat menularkan penyakitnya itu kepada
suaminya. Sulitnya terjadi kehamilan pada wanita disebabkan oleh karena virus
tersebut memperburuk kualitas spermatozoa/sperma (kekentalannya berkurang).
Volume sperma yang seharusnya 5 cc menjadi 3 cc dan gerakannya pun sudah berubah.
Bagaimana cara membuktikan
apakah kita terjangkit TORCH atau tidak?
Indikasi TORCH dibuktikan dengan diagnosis laboratorik yaitu memeriksa serum darah untuk mengukur
titer-titer antibodi IgM atau IgG. Angka-angka yang terbaca pada hasil
pemeriksaan laboratorium terhadap serum darah, apakah positif atau negatif, hanya
ditemukan sebatas pada penyakit-penyakit infeksi yang bisa tertitrasi, yakni
akibat infeksi TORCH.
Meski angka-angka sudah didapat,
kepastian mengenai infeksi ini masih harus dibuktikan dengan pemeriksaan
lanjutan, seperti biakan kuman dan pemeriksaan cairan amnion.
Sayangnya, pemeriksaan biakan virus belum bisa dilakukan
di Indonesia sehingga diagnosis adanya infeksi TORCH
hanya berdasarkan hasil laboratorium yang belum tentu 100% benar.
Tak jarang dokter
menganjurkan pasien melakukan pemeriksaan ulang ke laboratorium berbeda karena
sangat mungkin pemeriksaan di satu laboratorium berbeda dengan hasil di
laboratorium lain. Perbedaan itu bisa diakibatkan oleh faktor mesin
pemeriksanya maupun akibat penurunan atau peningkatan titer IgG dan IgM sesuai
kondisi terkini pasien. (Puspayanti, 2009)
Selain itu,
pemeriksaan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit, pun pengobatannya.
Kapan waktu yang tepat
untuk mencegah dan menangani TORCH?
Tidak ada kata
nanti untuk menjaga kesehatan diri. Pencegahan dapat dimulai dari hal-hal kecil,
seperti memasak daging hingga matang, menghindari kontaminasi bahan mentah
terhadap makanan matang, mencuci sayur dan buah yang akan dikonsumsi, membersihkan
tangan dengan sabun sebelum makan, hingga menjaga kebersihan kandang hewan
peliharaan dan tidak memberinya makanan mentah.
Saat ini telah
banyak penanganan TORCH berupa pengobatan klinis maupun pengobatan alternatif.
Namun yang tidak kalah penting adalah menjaga kondisi psikologis agar tetap
stabil. Bergabung dengan komunitas yang kondusif dapat menjadi salah satu cara
untuk menguatkan psikis.
Kamu peduli TORCH? Bergabunglah di
Tidak ada komentar:
Posting Komentar