Judul buku : Teknik
Penulisan Timbangan Buku
Pengarang : P.
K. Poerwantana
Penerbit : CV. Aneka Ilmu Semarang
Tahun : 1984
Halaman : iv; 20
Harga : 400 rupiah?!
Di atas adalah poin pertama dalam metode penulisan timbangan buku.
Memang buku ini
memiliki judul yang lucu. Kali pertama mendapatinya, saya langsung membayangkan
sebuah timbangan dengan buku di wadahnya. Tidak, bukan itu. Jangan bayangkan
secara harfiah. Toh pada halaman 3 buku ini dijelaskan bahwa, “Timbangan buku
dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah “Recentie” artinya ialah wawasan akan baik atau buruknya suatu
buku.” Oh, jadi begitu rupanya asal mula kata “resensi” dalam perbendaharaan
kata bahasa Indonesia!
Penimbang-buku
adalah sahabat penulis-buku—terutama penulis-buku yang baru hendak mengorbit.
Timbangan buku a.k.a. resensi mengacu pada buku yang baru terbit agar mendapat
perhatian dari mereka yang belum membaca. Peran penimbang-buku adalah memberi
nilai atau harga terhadap isi buku sehingga orang tertarik untuk membacanya.
Tulis pengarang
dalam halaman 4, “Di Indonesia yang masih terasa sering dilupakan ialah
menghargai karya orang lain. Dengan kebiasaan adanya resensi buku dapat berarti
mulai menghidupkan adanya rasa mau menghargai karya orang lain.” Perlu diingat
bahwa buku ini ditulis tahun 1984—silahkan sesuaikan pernyataan di atas dengan
kenyataan kini.
Lanjutnya,
“Pengakuan yang obyektif di mass-media berarti memberi hormat, memberi
penghargaan, mengorbitkan (dalam arti postif) karya seseorang, sehingga semakin
menjauhkan adanya kebiasaan negatif dalam ngrasani atau hanya mencela saja
karya orang lain.”
Objektif sendiri,
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka tahun 2005 (edisi
ketiga), berarti “mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat
atau pandangan pribadi.
Menurut pengarang,
metode yang digunakan untuk menimbang buku adalah deskriptif-analitis. Artinya,
buatlah “lukisan dalam potret kecil suatu buku” yang kemudian dianalisis secara
menyeluruh dan diberi konklusi. Setelah menuliskan poin pertama sebagaimana
yang telah saya ungkap di atas, berikut adalah yang perlu diperhatikan dalam timbangan
buku.
Pengarang
“Buku yang mendekati
baik akan “mencantumkan riwayat singkat” pengarangnya dan karya-karya yang
pernah dihasilkan” (halaman 6). Aduh. Buku kita tidak mendekati baik kalau
begitu, jika kita baru menerbitkan buku pertama sehingga kita belum punya
daftar “karya-karya yang pernah dihasilkan”. Terlepas dari itu, memang hal
menarik bukan untuk mengetahui latar belakang seorang pengarang? Ini seperti
kita membaca rubrik “SOSOK” di harian KOMPAS. Kita bisa belajar dari pengalaman
orang lain melalui rubrik itu.
Namun, “memasukkan
nama pengarangnya dalam salah satu alinea tinjauan buku, tidak dimaksudkan
sebagai lukisan biografi pengarangnya.” Menurut pengarang, ini hanya sekadar
“intermeso yang penting”—tambahan: “Tidak boleh dilupakan”. Jika ada buku yang
tidak mencantumkan riwayat pengarang, maka kita perlu untuk tetap mengungkapkannya melalui berbagai
isi di dalam buku—contohnya dalam “Prakata”. Pengarang menyebut aktivitas ini
dengan “mengerling pengarang”.
“Mengerling
pengarang” rupanya memiliki cukup banyak manfaat, di antaranya: mencocokkan
keahlian pengarang dan buku yang ditulisnya; mengangkat karya pengarangnya/beserta
pengarangnya (tuh, ini mengapa penimbang-buku adalah sahabat penulis-buku);
mengenalkan sekadar karya lain yang semacam, dan; mengingatkan pengarang tetap
bertanggung jawab pada bobot karyanya.
Abstrak
Bagi mereka yang
hendak skripsi, membuat abstrak alias ringkasan atau intisari, harus jadi
keterampilan yang wajib dikuasai. Abstrak “memuat informasi singkat tentang isi
suatu penulisan dalam 500 kata” (halaman 7).
Dalam resensi, ruang
lingkup abstrak bisa lebih luas. Abstrak bisa saja sampai menyinggung sampul
buku dan jenis kertas yang digunakan.
Review
Review berarti
tinjauan. Menurut pengarang, “tinjauan berarti hanya merupakan laporan saja
tanpa hak memberi suatu komentar terhadap buku yang sedang ditinjau” (halaman
7). Kita masih bisa menyumbang saran-saran untuk perbaikan dalam review. Dengan
demikian sifat review jauh lebih ringan
daripada resensi. Review dibuat sebelum suatu naskah dikeluarkan sedang resensi
dibuat setelah penerbitannya. Olala, jelas kini apa bedanya review dengan
resensi!
Evaluasi dan kritik
“Evaluasi ialah
memberi nilai akan baik atau buruknya sesuatu hal. Dalam hal ini menyangkut
suatu nilai atau bobot suatu buku dengan memberikan standar tertentu.” Sedang
“kritik adalah uraian tentang suatu kelemahan yang terdapat dalam buku. Seorang
kritikus biasanya perlu bahan yang sesuai antara keahliannya dan bahan yang
menjadi kritikan. …. Dengan demikian diharapkan seseorang yang sedang meresensi
suatu buku tidak jauh bertindak sebagai kritikus. Diharapkan hanya memberikan
komentar akan baik dan buruknya suatu buku dengan lebih menekankan pada yang positif” (halaman 8).
Seorang peresensi
sebaiknya mencari perbandingan dari buku yang semacam sebagai tolok ukur
penilaian.
Konklusi
Konklusi bisa berupa
judul timbangan buku, bisa pula kutipan yang menjadi ciri khas buku tersebut.
Untuk penutup sendiri, bisa ditambahkan koreksi redaksionil seperti salah
cetak.
Pengarang
menyarankan agar buku yang dipilih untuk ditimbang adalah “yang paling dekat
dengan keahliannya/jurusannya sehingga memudahkan dalam memberi komentar”
(halaman 11).
Timbangan buku
bukanlah untuk menentukan harga mati sebuah buku, melainkan hanya sebagai
arahan. Pengarang menyertakan dua contoh timbangan buku yang sudah pernah
dimuat di media massa sebagai contoh untuk dipelajari. Di bab II juga terdapat
cara mengirimkan resensi ke penerbit (majalah dan surat kabar). Cara tersebut
mungkin masih relevan untuk digunakan setelah dua-puluhan tahun sejak buku ini
terbit.
Jadi, terserah mau
menimbang buku dengan timbangan betulan atau dengan tulisan—sebagaimana yang
sudah saya nukil di atas. Menimbang dengan apapun tampaknya akan sama-sama
memberi manfaat bagi calon pembaca. Jelas penulis-buku akan merasa senang juga
jika bukunya dibaca, bukan?
Omong-omong, sudah
ada belum ya kios/toko/stand-di-pameran buku yang menjual buku secara kiloan?
Ya, itu, dengan timbangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar