Rabu, 18 April 2012

Hanya Ada di Jogja


Ada hal-hal yang memenuhi kesenangan saya di satu kota, yang tidak saya temukan gantinya di kota lain. Kalaupun ada, kesan yang ditimbulkan tidak sama. Kalau di Bandung ada kehidupan lama, taman-taman kota, dan komunitas Aleut, di Jogja ada yang berikut.

Ardia FM

http://www.wartajazz.com/news/2009/10/11/mendengarkan-radio-jazz-ardia-fm-yogya-via-streaming/

Suatu malam saya cerita pada seorang kenalan kalau di Bandung ada sebuah radio yang hanya memutar lagu-lagu jazz[1]. Kenalan itu memberitahu saya kalau di Jogja juga ada radio serupa, Ardia, di gelombang 104,1 FM.

Sejak si radio guling[2] mendekam di kamar kosan saya, Ardia pun menjadi teman yang selalu mengisi waktu-waktu saya di kamar. Berbulan-bulan, sampai saya cabut dari kosan tersebut.   

Ardia ternyata tidak hanya memutar lagu-lagu jazz, tapi juga lagu-lagu lawas—yang justru lebih memenuhi selera saya! Dari Ardia, perbendaharaan dan koleksi mp3 lagu jazz dan lawas saya bertambah. Ardia mempertemukan saya dengan Chaseiro, grup era 80-an dengan lirik-lirik motivasi yang menggugah. Saya juga jadi mengenal Powerslave, Gito Rollies, Tok Tok, SAS, Mus Mujiono, Yopie Latul, Kin, Singiku, Emerald Band, Krakatau, Omar, sampai lagu populer Brazil “Water of March”.

Ardia mengudara dari jam 7 – 1 WIB, tapi kadang jam 5 pagi ia sudah mengumandangkan lagu-lagu Barat lawas yang semarak.

Jam 7 – 10, lagu-lagu Indonesia lawas dari sekitar era 70-2000-an meraja.

Jam 10 – 12, lagu-lagu jazz mengalun. Sebetulnya saya tidak terlalu menikmati jazz, namun jazz yang diwarnai dengan nuansa etnik merupakan hidangan lezat bagi telinga, dan itu pernah saya dengar diputar pada jam-jam ini.

Jam 12 – 14, kadang sampai jam 15, adalah giliran lagu-lagu Barat lawas yang berdendang.

Jam 14 atau 15 sampai 21, saya tidak pasti. Kadang saya dengar jazz, kadang Indonesia lawas seperti waktu pagi atau jazz etnik seperti waktu siang, kadang semacam musik eksperimental yang membingungkan telinga, pernah juga musikalisasi puisi, atau rombongan lagu-lagunya Januar Christy.

Jam 21 – 23, ada malam blues, malam reggae, malam klasik, malam rock ‘n roll, bahkan malam penerawangan, yang saya tidak pasti akan hari untuk masing-masing genre tersebut.

Jam 23 – 1, lagu-lagu lawas kembali membelai telinga, kali ini campuran, Indonesia dan Barat.

Ketika mengacak frekuensi radio-radio di Bandung, saya berhenti pada sebuah radio yang mengklaim sebagai pemutar 100% lagu enak. Ingin saya mengatakan pada radio tersebut bahwa bagi saya Ardialah pemutar 100% lagu enak. Iklan pun sedikit sekali, yang paling sering adalah Citra Net, dan pernah juga Ngajogjazz. Saya paling sebal kalau radio kebanyakan iklan sedang penyiarnya kebanyakan meracau, Ardia tidak demikian, sungguh memanjakan telinga! Tapi kadang radio ini hanya memperdengarkan suara lebah untuk beberapa lama.

Salsabila

http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=986386&page=12

Salsabila merupakan kolam renang yang biasa direkomendasikan teman-teman perempuan saya ketika kami membicarakan keinginan untuk renang. Letaknya di dalam komplek sekolah Budi Mulia milik Pak Amien Rais, Jalan Seturan. Untuk mencapainya, saya biasa naik kendaraan umum (D6, A3, atau Trans Jogja) lalu berhenti di Ring Road dan melanjutkan dengan jalan kaki sejauh 10 menit.

Salsabila menyediakan empat hari khusus untuk pengunjung perempuan, yaitu Senin (15.30 – 20.00), Rabu (15.00 – 20.00), Kamis (16.00 – 20.00), dan Jumat (11.00 – 16.00).

Harga tiket masuknya sangat murah, yaitu 9000 rupiah untuk umum, 6000 rupiah untuk mahasiswa, dan 3000 rupiah untuk anak-anak. Kita bisa gratis masuk sekali dengan menukar 10 tiket.

Ada tiga kamar mandi, empat bilik bilas, dan empat bilik ganti untuk perempuan. Kondisinya selalu bersih. Untuk laki-laki, saya tidak tahu persis karena jarang ke bagian sana.

Pengunjung tidak dipungut biaya sama sekali ketika hendak menitipkan barang. Pengunjung diwajibkan memakai pakaian renang. Apabila tidak membawa pakaian renang, pengunjung dapat menyewanya di tempat penitipan barang.

Di dekat tempat penitipan barang, pengunjung bisa membeli makanan dan minuman. Musola juga tersedia. Jumlah kursi begitu banyak dan mengisi sekeliling kolam.

Bagian atas kolam ditutupi semacam kanopi sehingga pengunjung tidak usah khawatir tubuhnya jadi gelap apabila matahari terik, apalagi kehujanan.

Meskipun demikian, ukuran kolam kadang tidak memadai untuk jumlah pengunjung yang sedang membeludak. Ketika itu terjadi, saya tidak jarang bersenggolan atau tabrakan dengan orang lain yang sama-sama sedang meluncur. Selain itu, kendati Salsabila berarti "mata air surga", kadang air kolam tampak keruh dan aroma kaporitnya  begitu kuat. 


http://sobatperpus.wordpress.com/2011/07/04/kegiatan-perpustakaan-kota-yogyakarta-boleh-ribut-asal-pakai-celana/

Perpustakaan ini terletak di selatan Gramedia Jalan Sudirman. Pada jalan yang teduh itu (jalan di depan perpustakaan alias Jalan Suroto, bukan Jalan Sudirman), kita juga bisa menemukan bangunan KOMPAS, Bentara Budaya Yogyakarta, Rumah Mirota, TELKOM, dan SMAN 3 Yogyakarta.

Perpustakaan Kota buka setiap hari, Senin pukul 8 – 15.30, Selasa – Jumat pukul 8 – 17, Sabtu pukul 8 – 15, sedang Minggu pukul 9 – 14.

Yang bisa mendaftar sebagai anggota adalah warga Jogja dan mahasiswa perguruan tinggi yang ada di  Jogja. Pendaftaran dilakukan dengan mengisi formulir, menyerahkan fotokopi KTP dan KTM, serta berfoto di depan meja petugas. Pembuatan kartu bisa ditunggu. Kartu ini untuk digunakan dalam transaksi buku dan presensi pengunjung. Semua gratis!

Peminjaman pun cuma-cuma. Kita bisa meminjam maksimal dua buka dengan jatah seminggu, yang bisa diperpanjang sekali, dengan meninggalkan kartu identitas (KTM atau KTP). Keterlambatan dikenai denda hanya 200 rupiah/hari.

Bangunan perpustakaan terdiri dari dua tingkat. Buku-buku, dari koleksi berbahasa asing, metode penelitian, perkomputeran, agama, ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu terapan, sastra, sampai biografi dan sejarah, ada di lantai bawah. Di lantai atas ada ensiklopedi, buku-buku referensi, dan komputer. Koleksi bacaan di perpustakaan ini mungkin tidak begitu melimpah, mengingat bangunannya yang tidak terlalu luas, tapi cukuplah bagi mereka yang haus informasi apapun. Perpustakaan juga menyediakan Bank Buku sehingga barangkali kita bisa menambah koleksi perpustakaan.
  
Tempat untuk duduk tersedia baik di lantai bawah, lantai atas, maupun di halaman. Fasilitas lain seperti tempat penitipan barang, komputer pencarian, akses wifi (bisa diakses dengan meminta user id dan password di meja depan), toilet, musola, papan pengumuman macam-macam, sampai tempat untuk beli makanan dan minuman juga tersedia. Bahkan kita bisa mengambil agenda pertunjukan di Jogja selama sepekan di sini.

Lokasi yang strategis dan kemudahan akses menunjukkan upaya Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mencerdaskan warganya. Warga menyambutnya dengan animo tinggi. Perpustakaan tampak penuh ketika kita mendatanginya di siang hari, terutama seusai jam sekolah. Kita akan menemukan banyak anak sekolahan, baik yang sedang privat maupun mengerjakan tugas bersama. Sesekali bagian tertentu dari perpustakaan digunakan untuk latihan tari atau teater—saya tidak menyaksikan secara langsung tetapi mendengar atau lewat selintas saja. Kalau bukan untuk mengakses wifi di lantai atas atau membaca buku yang mudah dicerna, saya tidak betah berlama-lama di sana.



[1] Radio yang bernama KLCBS itu juga menyelipkan nuansa Islami dengan doa, hadis Rasulullah SAW, maupun rekaman dialog pemikiran Islam.
[2] Radio berbentuk silinder dengan dua speaker bulat besar seperti mata di kanan dan kirinya. Radio berwarna hijau ini menemani saya di kamar selama masa SMP dan SMA saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Banyak Dibuka

Pembaruan Blog Lain