Ada hal-hal yang
memenuhi kesenangan saya di satu kota, yang tidak saya temukan gantinya di kota
lain. Kalaupun ada, kesan yang ditimbulkan tidak sama. Kalau di Bandung ada kehidupan
lama, taman-taman kota, dan komunitas Aleut, di Jogja ada yang berikut.
Ardia FM
http://www.wartajazz.com/news/2009/10/11/mendengarkan-radio-jazz-ardia-fm-yogya-via-streaming/ |
Suatu malam saya
cerita pada seorang kenalan kalau di Bandung ada sebuah radio yang hanya
memutar lagu-lagu jazz[1]. Kenalan itu
memberitahu saya kalau di Jogja juga ada radio serupa, Ardia, di gelombang
104,1 FM.
Sejak si radio
guling[2] mendekam di kamar
kosan saya, Ardia pun menjadi teman yang selalu mengisi waktu-waktu saya di
kamar. Berbulan-bulan, sampai saya cabut dari kosan tersebut.
Ardia ternyata tidak
hanya memutar lagu-lagu jazz, tapi juga lagu-lagu lawas—yang justru lebih
memenuhi selera saya! Dari Ardia, perbendaharaan dan koleksi mp3 lagu jazz dan lawas
saya bertambah. Ardia mempertemukan saya dengan Chaseiro, grup era 80-an dengan
lirik-lirik motivasi yang menggugah. Saya juga jadi mengenal Powerslave, Gito
Rollies, Tok Tok, SAS, Mus Mujiono, Yopie Latul, Kin, Singiku, Emerald Band,
Krakatau, Omar, sampai lagu populer Brazil “Water of March”.
Ardia mengudara dari
jam 7 – 1 WIB, tapi kadang jam 5 pagi ia sudah mengumandangkan lagu-lagu Barat
lawas yang semarak.
Jam 7 – 10,
lagu-lagu Indonesia lawas dari sekitar era 70-2000-an meraja.
Jam 10 – 12,
lagu-lagu jazz mengalun. Sebetulnya saya tidak terlalu menikmati jazz, namun
jazz yang diwarnai dengan nuansa etnik merupakan hidangan lezat bagi telinga,
dan itu pernah saya dengar diputar pada jam-jam ini.
Jam 12 – 14, kadang
sampai jam 15, adalah giliran lagu-lagu Barat lawas yang berdendang.
Jam 14 atau 15
sampai 21, saya tidak pasti. Kadang saya dengar jazz, kadang Indonesia lawas seperti
waktu pagi atau jazz etnik seperti waktu siang, kadang semacam musik
eksperimental yang membingungkan telinga, pernah juga musikalisasi puisi, atau
rombongan lagu-lagunya Januar Christy.
Jam 21 – 23, ada
malam blues, malam reggae, malam klasik, malam rock ‘n roll, bahkan malam
penerawangan, yang saya tidak pasti akan hari untuk masing-masing genre
tersebut.
Jam 23 – 1,
lagu-lagu lawas kembali membelai telinga, kali ini campuran, Indonesia dan
Barat.
Ketika mengacak
frekuensi radio-radio di Bandung, saya berhenti pada sebuah radio yang
mengklaim sebagai pemutar 100% lagu enak. Ingin saya mengatakan pada radio
tersebut bahwa bagi saya Ardialah pemutar 100% lagu enak. Iklan pun sedikit
sekali, yang paling sering adalah Citra Net, dan pernah juga Ngajogjazz. Saya
paling sebal kalau radio kebanyakan iklan sedang penyiarnya kebanyakan meracau,
Ardia tidak demikian, sungguh memanjakan telinga! Tapi kadang radio ini hanya
memperdengarkan suara lebah untuk beberapa lama.
Salsabila
http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=986386&page=12 |
Salsabila merupakan
kolam renang yang biasa direkomendasikan teman-teman perempuan saya ketika kami
membicarakan keinginan untuk renang. Letaknya di dalam komplek sekolah Budi
Mulia milik Pak Amien Rais, Jalan Seturan. Untuk mencapainya, saya biasa naik
kendaraan umum (D6, A3, atau Trans Jogja) lalu berhenti di Ring Road dan melanjutkan
dengan jalan kaki sejauh 10 menit.
Salsabila
menyediakan empat hari khusus untuk pengunjung perempuan, yaitu Senin (15.30 –
20.00), Rabu (15.00 – 20.00), Kamis (16.00 – 20.00), dan Jumat (11.00 – 16.00).
Harga tiket masuknya
sangat murah, yaitu 9000 rupiah untuk umum, 6000 rupiah untuk mahasiswa, dan
3000 rupiah untuk anak-anak. Kita bisa gratis masuk sekali dengan menukar 10 tiket.
Ada tiga kamar
mandi, empat bilik bilas, dan empat bilik ganti untuk perempuan. Kondisinya
selalu bersih. Untuk laki-laki, saya tidak tahu persis karena jarang ke bagian
sana.
Pengunjung tidak
dipungut biaya sama sekali ketika hendak menitipkan barang. Pengunjung
diwajibkan memakai pakaian renang. Apabila tidak membawa pakaian renang,
pengunjung dapat menyewanya di tempat penitipan barang.
Di dekat tempat
penitipan barang, pengunjung bisa membeli makanan dan minuman. Musola juga
tersedia. Jumlah kursi begitu banyak dan mengisi sekeliling kolam.
Bagian atas kolam
ditutupi semacam kanopi sehingga pengunjung tidak usah khawatir tubuhnya jadi
gelap apabila matahari terik, apalagi kehujanan.
Meskipun demikian,
ukuran kolam kadang tidak memadai untuk jumlah pengunjung yang sedang
membeludak. Ketika itu terjadi, saya tidak jarang bersenggolan atau tabrakan
dengan orang lain yang sama-sama sedang meluncur. Selain itu, kendati Salsabila berarti "mata air surga", kadang air kolam
tampak keruh dan aroma kaporitnya begitu
kuat.
http://sobatperpus.wordpress.com/2011/07/04/kegiatan-perpustakaan-kota-yogyakarta-boleh-ribut-asal-pakai-celana/ |
Perpustakaan ini
terletak di selatan Gramedia Jalan Sudirman. Pada jalan yang teduh itu (jalan
di depan perpustakaan alias Jalan Suroto, bukan Jalan Sudirman), kita juga bisa
menemukan bangunan KOMPAS, Bentara Budaya Yogyakarta, Rumah Mirota, TELKOM, dan
SMAN 3 Yogyakarta.
Perpustakaan Kota
buka setiap hari, Senin pukul 8 – 15.30, Selasa – Jumat pukul 8 – 17, Sabtu pukul
8 – 15, sedang Minggu pukul 9 – 14.
Yang bisa mendaftar
sebagai anggota adalah warga Jogja dan mahasiswa perguruan tinggi yang ada
di Jogja. Pendaftaran dilakukan dengan
mengisi formulir, menyerahkan fotokopi KTP dan KTM, serta berfoto di depan meja
petugas. Pembuatan kartu bisa ditunggu. Kartu ini untuk digunakan dalam
transaksi buku dan presensi pengunjung. Semua gratis!
Peminjaman pun cuma-cuma.
Kita bisa meminjam maksimal dua buka dengan jatah seminggu, yang bisa
diperpanjang sekali, dengan meninggalkan kartu identitas (KTM atau KTP). Keterlambatan
dikenai denda hanya 200 rupiah/hari.
Bangunan
perpustakaan terdiri dari dua tingkat. Buku-buku, dari koleksi berbahasa asing,
metode penelitian, perkomputeran, agama, ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu terapan,
sastra, sampai biografi dan sejarah, ada di lantai bawah. Di lantai atas ada
ensiklopedi, buku-buku referensi, dan komputer. Koleksi bacaan di perpustakaan
ini mungkin tidak begitu melimpah, mengingat bangunannya yang tidak terlalu
luas, tapi cukuplah bagi mereka yang haus informasi apapun. Perpustakaan juga
menyediakan Bank Buku sehingga barangkali kita bisa menambah koleksi
perpustakaan.
Tempat untuk duduk
tersedia baik di lantai bawah, lantai atas, maupun di halaman. Fasilitas lain
seperti tempat penitipan barang, komputer pencarian, akses wifi (bisa diakses
dengan meminta user id dan password di meja depan), toilet, musola, papan
pengumuman macam-macam, sampai tempat untuk beli makanan dan minuman juga
tersedia. Bahkan kita bisa mengambil agenda pertunjukan di Jogja selama sepekan
di sini.
Lokasi yang
strategis dan kemudahan akses menunjukkan upaya Pemerintah Kota Yogyakarta dalam
mencerdaskan warganya. Warga menyambutnya dengan animo tinggi. Perpustakaan
tampak penuh ketika kita mendatanginya di siang hari, terutama seusai jam
sekolah. Kita akan menemukan banyak anak sekolahan, baik yang sedang privat
maupun mengerjakan tugas bersama. Sesekali bagian tertentu dari perpustakaan
digunakan untuk latihan tari atau teater—saya tidak menyaksikan secara langsung
tetapi mendengar atau lewat selintas saja. Kalau bukan untuk mengakses wifi di
lantai atas atau membaca buku yang mudah dicerna, saya tidak betah berlama-lama
di sana.
[1] Radio yang bernama KLCBS
itu juga menyelipkan nuansa Islami dengan doa, hadis Rasulullah SAW, maupun
rekaman dialog pemikiran Islam.
[2] Radio berbentuk silinder dengan dua speaker
bulat besar seperti mata di kanan dan kirinya. Radio berwarna hijau ini
menemani saya di kamar selama masa SMP dan SMA saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar