Seekor nyamuk salah mengira
lubang hidung sebagai lubang telinga. Permukaan lubang hidungku
ditusuk-tusuknya seakan ia mencoba masuk. Akupun bersin kuat-kuat hingga
ingusku melesat. Cairan hijau kental itu menjerat tubuhnya di kasur. Aku
bergidik jijik tapi terlalu malas untuk membereskannya. Jadi aku pindah ke sisi
lain kasur saja. Esoknya, nyamuk itu sudah tidak ada.
Malam itu aku harus
menyelesaikan suatu pekerjaan. Lagi-lagi seekor nyamuk salah mengira lubang
hidung sebagai lubang telinga. Apa ia buta? Kutepuk tubuhnya hingga remuk.
Nyamuk lapar biasanya menjadi bercak hitam di tangan, sedang nyamuk kenyang
meninggalkan noda merah—darah. Nyamuk kali ini menyisakan gumpalan hijau keruh…
Upil?
(cerita 100 kata di Kemudian.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar