Selasa, 18 November 2014

Sedikit Tetap Asyik

Jumlah peserta merosot pada hari kedua pemutaran film-film SFF 2014 di YPBB Urban Centre (18/11). Kondisi ini rupanya juga terjadi di ITB pada sore sebelumnya. Di ITB pemutaran film dijadwalkan hanya pada waktu sore, dan pada hari pertama,(17/11), nyaris tidak ada yang menonton selain panitia setempat. Padahal di daerah-daerah lain di Indonesia, jumlah peserta dapat mencapai ribuan. Demikian cerita dari kakak-kakak relawan Goethe Institut. Hal ini kiranya dikarenakan publikasi yang mendadak dan kurang efektif. “Sayang, padahal filmnya bagus-bagus,” kata Ibu Phebe yang menemani ketiga anaknya pada pergelaran kali ini.

Sebelum acara dimulai, yel-yel dulu!
Sungguhpun begitu, minimnya jumlah peserta tidak menyurutkan niat kakak-kakak relawan dari Goethe Institut dan YPBB untuk tetap melangsungkan acara—kendati terlambat kurang-lebih setengah jam dari yang dijadwalkan untuk setiap sesi. Keuntungannya, hampir pada setiap eksperimen setiap anak mendapat kesempatan untuk mencoba. Perhatiannya pun lebih intensif. Antusiasme peserta saat mencoba berbagai eksperimen membuat suasana tetap asyik.

Ada film apa saja?

Film yang diputar pada sesi pertama adalah The Show with the Mouse: Children Imagine the Future dan Annedroids – New Pals.

Children Imagine the Future memvisualisasikan imajinasi anak-anak akan masa depan. Menurut suara anak-anak dalam film ini, pada masa depan orang mungkin bisa membuat elevator yang bisa digunakan untuk ke luar angkasa, bisa diciutkan dan dimasukkan dalam saku. Orang-orang sangat gemuk karena tidak lagi bergerak. Mereka menggunakan komputer dan punya lebih banyak jari yang lincah—satu-satunya yang lincah dari diri mereka. Komputer pada masa itu tidak seperti komputer biasa melainkan berbentuk laptop yang bisa dilipat seperti kertas dan dimasukkan dalam saku. Pintu tidak lagi ada, digantikan oleh semacam pipa yang menghubungkan antar bangunan. Dengan menekan titik pada layar, secara otomatis orang dapat berpindah melalui pipa itu. Ada orang yang akan mengumpulkan apapun yang masih dimiliki manusia bumi dan memindahkannya ke planet lain dengan roket raksasa. Bumi menjadi seperdelapan lebih kecil. Tidak ada apa-apa lagi di sana. Hanya ada satu suku yang hidup di sana di satu titik dan mencoba membangun lagi segalanya, bumi yang baru. Mereka tidak ingin apapun yang berlebihan, hanya menanam yang diperlukan.

Annedroids – New Pals berdurasi relatif panjang dibandingkan film-film lainnya yang diputar pada SFF 2014 ini, yaitu hampir tiga puluh menit. Annedroids sebenarnya serial dari Kanada dan yang diputar pada acara ini adalah episode pertamanya, yaitu “New Pals”. Ceritanya tentang Nick yang pindah ke suatu lingkungan baru bersama ibunya. Ia kemudian berteman dengan Shania, gadis kocak yang doyan merancang gerakan senam. Saat tengah menunjukkan improvisasi terbarunya—Macan Api—Shania secara tidak sengaja melontarkan pita senamnya ke balik sebuah lahan yang tertutup rapat oleh pagar seng. Nick pun hendak membantu Shania mengambilkan pita tersebut, namun malah bertemu robot—android!—yang sangat besar dan mengerikan. Rupanya android itu diciptakan oleh seorang gadis jenius bernama Anne. Ternyata robot dan android itu berbeda lo. Android dapat bertingkah selayaknya makhluk bernyawa—katakanlah hewan dan manusia. Nah, Anne ingin menciptakan android baru yang bentuknya menyerupai manusia, namun tidak tahu cara menghidupkannya. Nick dan Shania pun berinisiatif membantu Anne. Bagaimana caranya? Mending tonton sendiri deh! Banyak pengetahuan lain mengenai sains yang kita bisa dapatkan melalui film yang seru sekaligus lucu ini.

Pada sesi kedua, film yang diputar adalah Energy Saving, Chasing the Cardinal Direction, Nine-and-a-Half: A Life without Plastic, dan My Dear Little Planet: The Ladybug and the Aphid.

Energy Saving merupakan film produksi Jerman berdurasi dua menit, dari director yang sama dengan Children Imagine the Future. Sajiannya pun mirip, yaitu menyuarakan imajinasi anak-anak akan suatu topik disertai animasi stop-motion yang menarik. Topik yang diangkat dalam film kali ini adalah penghematan energi.

Chasing the Cardinal Direction berbagi tips menentukan arah mata angin selagi di perjalanan, baik dengan secara konvensional maupun moderen. Uniknya film ini merupakan produksi dalam negeri sehingga dapat terasa kedekatannya dengan kita. Selain itu, pembawaannya pun agak mirip dengan Dora the Explorer. Tokoh dalam film seakan-akan dapat mendengar penjelasan yang sedang dibicarakan oleh narator dan meresponsnya dengan lugu.

A Life without Plastic menceritakan eksperimen yang dilakukan Johannes, pemuda asal Jerman, untuk hidup tanpa plastik. Banyak sekali barang yang kita gunakan sehari-hari yang terbuat dari atau mengandung plastik. Padahal plastik bisa membawa dampak yang buruk bagi kehidupan manusia. Meskipun begitu, apakah semudah itu meninggalkan plastik sama sekali?

The Ladybug and the Aphid merupakan film animasi dari Prancis. Ceritanya tentang Gaston dan Colline yang mencoba menyingkirkan kutu-kutu daun dari kebun dengan insektisida. Namun rupanya insektisida turut membuat kepik-kepik mati. Padahal kepik adalah pemangsa alami kutu daun. Dari film ini kita dapat belajar mengenai keseimbangan alam.

Ada eksperimen baru lo

Kakak relawan menjelaskan rahasia sains di balik
eksperimen Besar Versus Kecil
Eksperimen baru yang dikenalkan oleh kakak-kakak relawan pada kesempatan kali ini yaitu Besar Versus Kecil. Mula-mula kakak relawan meniup dua buah balon. Satu balon dibikin besar, satu lagi kecil. Kedua balon itu kemudian disambung dengan keran yang berada dalam keadaan tertutup. Kakak relawan lalu meminta peserta menebak. Jika keran yang menghubungkan kedua balon tersebut dibuka, kemungkinan manakah yang bakal terjadi? Akankah balon yang besar semakin besar sementara yang kecil semakin kecil? Akankah balon yang besar menjadi kecil sementara yang kecil menjadi besar? Akankah besar keduanya justru menjadi sama? Kira-kira yang mana, ya?

Yang (+) dari YPBB

Pak David menjelaskan cara menggunakan
timbangan elektrik di toko organis
Singgah di YPBB tidak lengkap tanpa melihat-lihat contoh gaya hidup organis. Maka sehabis menonton film dan melakukan eksperimen, peserta dibawa berjalan-jalan ke samping dan luar Urban Centre. Kali ini para peserta juga dijelaskan mengenai toko organis dan bor biopori. Di toko organis kita dapat membeli camilan kiloan lalu menyimpannya wadah sendiri. Cara ini lebih ramah lingkungan ketimbang membeli camilan dalam kemasan. Di toko ini juga kita belajar jujur karena camilan boleh diambil dan ditimbang sendiri, lalu kita mencatatnya di lembar yang tersedia dan meninggalkan uang sejumlah yang diperlukan. Peserta juga dapat mencoba menggali lubang dengan bor biopori di halaman Urban Centre yang cukup leluasa. Lubang biopori selain sebagai penyerap kelebihan air juga dapat dimanfaatkan untuk membuat kompos. 

Pemutaran film-film SFF 2014 di YPBB Urban Centre masih akan berlangsung empat hari lagi hingga 22 November 2014 pada pukul 10-12.00 dan 13-15.00 WIB. Setelah SFF 2014 berlalu, film-film tersebut tidak boleh dipertontonkan lagi. Menonton parade film sains yang tidak ditayangkan secara bebas, mencoba berbagai eksperimen, sekalian belajar gaya hidup organis—kenapa tidak?[]



Kontak Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB)
Alamat Jl.Sidomulyo No. 21 Bandung 40123 |Phone | 022-2506369-082218731619 |Email |ypbb@ypbb.or.id Facebook YPBB Bandung |Twitter @ypbbbdg |Yahoo Messenger ypbb_humas |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...