![]() |
| Picture from Alchetron. |
Ruang
Sabtu, 01 November 2025
Review on "The Canary Prince" (Italo Calvino)
Jumat, 19 September 2025
POEISI LAMA
dikumpulkan dan diuraikan oleh S. Takdir Alisyahbana
diterbitkan oleh Balai Pustaka, Batavia, 1940
Menurut "PENDAHOELOEAN", buku ini ditujukan untuk murid AMS, Afd. Al, HIK, atau yang sederajat, yang sudah paham bahasa Melayu sekalian dengan ejaannya. Persisnya, ada dua jenis ejaan dalam buku ini. Ejaan pertama, seperti yang tampak pada kover dan isi selebihnya, menggunakan "oe" untuk "u", "j" untuk "y", dan seterusnya. Ejaan kedua, yang disebut sebagai ejaan "Semenandjoeng" (Malaysia?), terdapat pada beberapa contoh puisi, lebih mendekati ejaan bahasa Indonesia yang dipakai sekarang karena menggunakan "u" untuk "u", "y" untuk "y" dan seterusnya, tapi ada juga beberapa perbedaannya, salah satunya yaitu ada ceruk di atas "e" yang dibaca pepet.
Penulis kerap memberikan catatan kaki berisi pengertian kata. Ada kata-kata yang bagi orang Indonesia zaman sekarang sudah umum diketahui, contohnya "bentuk" dan "penyair" (halaman 5). Adanya catatan kaki yang menerangkan pengertian kata-kata tersebut seperti menunjukkan bahwa kata-kata tersebut masih asing bagi pembaca sasarannya. Malah, untuk kata "bentuk" disertakan padanan dalam bahasa Belanda, "vorm", seolah-olah pembaca lebih tahu bahasa Belanda daripada Melayu.
Ada enam bab dalam buku ini.
Bab pertama, "POEISI LAMA SEBAGAI PANTJARAN MASJARAKAT LAMA", mula-mula menerangkan perbedaan antara puisi lama dan puisi baru, yang pendeknya ada pada bentuk maupun isi. Perlu dipahami bahwa puisi adalah hasil jiwa penyair yang dibentuk oleh masyarakat pada tempat dan zamannya. Maka puisi lama merupakan pancaran dari masyarakat lama. Mengenali puisi lama berarti juga mengenali kebudayaan dan masyarakat lama itu. Nah, masyarakat modern yang dimaksud oleh buku ini berarti masyarakat sekitar tahun 1940, tapi esensinya kurang lebih masih sama dengan sekira 80 tahun kemudian (yaitu pada waktu saya membacanya): sudah bersekolah, berdiam di kota besar, dan banyak bergaul dengan bangsa asing. Untuk bergaul dengan bangsa asing ini, dalam konteks era 2020-an, sudah dibantu dengan kehadiran internet, sehingga sepertinya tidak mesti selalu diartikan dengan bergaul secara langsung, tetapi bisa juga hanya melalui pertukaran pesan di dunia maya, akses terhadap konten-konten asing, dan lain-lain.
Sebagaimana ciri pada masyarakat lama yang cenderung homogen, puisi lama juga cenderung sama baik bentuk maupun isinya. Khususnya mengenai kepercayaan terhadap mantra (salah satu bentuk puisi lama), kalau tidak persis sebagaimana yang diajarkan, maka hilang juga kekuatannya, sehingga mungkin itu sebabnya puisi lama cenderung sama turun-temurun. Maka bungai rampai ini disusun menurut bentuknya, yaitu jenis-jenis ikatan puisi. Jadi buku ini mengingatkan pada buku Poem-Making: Ways to Begin Making Poetry, karena sama-sama menjelaskan tentang puisi menurut bentuknya, tapi bedanya, buku ini versi puisi lama Melayu dan ada juga dari Minangkabau.
Bab-bab berikutnya dijuduli menurut jenis-jenis ikatan puisi lama, yaitu pantun (bab 2), syair (bab 3), dan gurindam (bab 4). Pantun satu baitnya tidak mesti hanya empat baris, tetapi ada juga yang enam bahkan delapan, sehingga sajaknya bisa ab-ab, abc-abc, abcd-abcd, dengan separuh baris yang pertama adalah sampiran. Syair bersajak a-a-a-a, dan contoh dalam buku ini satu baitnya pada empat baris. Gurindam bersajak a-a terdiri dari dua baris.
Dalam bab lima, "BAHASA BERIRAMA", diberikan nasihat kepada pengarang-pengarang muda untuk memperhatikan bahasa berirama baik-baik. Bukan untuk menirunya, melainkan mempelajari betapa cakap orang dahulu memakai tenaga-tenaga yang tersembunyi dalam kata dan kalimat, dalam bunyi dan arti, dan betapa teliti mereka memperhatikan alam sekelilingnya--keduanya adalah syarat yang sampai sekarang (1940 atau 2025 atau sepanjang masa?) masih menjadi ukuran bagi segala seni bahasa yang agak berarti (halaman 91).
Bab enam, "LAIN-LAIN", menyuguhkan contoh-contoh ikatan puisi dari buku Makota Radja atau Tad'joe'ssalatin bertahun 1630, karangan Boechari al Djauhari, yang dinamai masnawi, roebai, kit'ah, gazal, dan nazam--nama-nama ini diambil dari bahasa Parsi dan Arab. Namun, di samping jumlahnya terlalu sedikit, perbedaan antara berbagai jenis ikatan itu kurang terang, sehingga tidak dapat diuraikan secara memadai dalam buku ini.
Dari segi isi, rata-rata mengandung nasihat atau cerita. Unsur keislaman mewarnai, termasuk dalam "Mantera menangkap buaya" (halaman 101-2) yang ditujukan kepada orang halus penjaga buaya, ujungnya menyebut nama "Allah", "Mohamad", "Baginda Rasulallah"; bahkan dalam catatan kaki diterangkan cerita tentang buaya yang pertama adalah permainan Fatimah, anak Nabi Muhammad, tulangnya dari tebu, dagingnya dari tanah liat, dan sebagainya. Terlepas dari kepercayaan terhadap makhluk halus yang kiranya makin memudar dewasa ini, ada nasihat yang tampak relevan sepanjang zaman.
Dalam contoh-contoh yang ditampilkan, banyak lagi kata yang tidak umum dipakai dalam bahasa Indonesia sekarang. Beberapa kata memang tidak ada artinya, karena sekadar supaya bersajak saja (halaman 46). Dalam buku Poem-Making, menciptakan kata sendiri sekadar untuk menghasilkan rima justru dilarang.
Di halaman 13 (bab 2), disorot pentingnya irama daripada arti kata, seumpama bayi dininabobokan ibunya, yang membuai adalah irama lagu sedangkan kata-katanya sendiri si bayi kemungkinan belum mengerti. Maka dalam pantun, separuh baris pertama atau sampiran itu seperti tiada arti karena yang dipentingkan adalah iramanya, sebagai pemikat perhatian kiranya.
Penulis sempat menilik penjualan buku dalam 10-20 tahun ke belakang (berarti tahun 1920-1930-an), trennya syair terdesak oleh roman dan puisi modern. Sebabnya, "sesungguhnya kebanyakan syair tidak seberapa harganya sebagai buah seni. Kebanyakan hanya permainan kata yang tiada berisi, ulangan baris bersajak yang tidak mengharu hati, sedangkan ceritanya pun bagi orang sekarang tidak menarik hati, karena banyak cacat-celanya dan jauh dari soal-soal penghidupan zaman sekarang." (halaman 47, ejaan sudah disesuaikan) Penulis menyalahkan semata-mata penyair, karena picik pengetahuannya, lemah getar jiwanya, sehingga tidak dapat membuat syair yang "hidup" dan "berjiwa" supaya dapat mengikat hati orang zaman sekarang. Kurang lebih seabad kemudian, roman dan puisi modern pun sudah terdesak oleh YouTube agaknya :v
Sabtu, 13 September 2025
Mengapa Pengunjung Tempat-tempat Hiburan Makin Bertambah? -- Kisah Kesaktian PP 10 dan Dampaknya
Selasa, 02 September 2025
Tempo Nomor 26/XXXI/26 Agustus – 1 September 2002
Rp 14.700
ISSN : 0126-4273
Laporan utama dalam Tempo edisi ini mengenai menteri agama ketika itu, Said Agil Husin Al Munawar, yang memerintahkan penggalian harta di bawah prasasti Batu Tulis, Bogor. Ini mengherankan, sebab sang menteri sebelumnya memiliki reputasi bagus, baik dari segi keilmuan agama maupun karakter. Harusnya menegakkan tauhid, kok malah percaya klenik. Memang niatnya untuk membayar utang negara, tapi sayang harta itu tak ditemukan. Presiden menyangkal sudah kasih izin. Masyarakat Sunda marah karena itu tempat yang sakral bagi mereka. Terkait laporan ini, “Jejak Kerajaan dengan 40 Gajah” menceritakan sejarah prasasti tersebut.
Sisipan “iQra” menyajikan cerita kejatuhan keluarga Soeryadjaya. Untuk menyelamatkan usaha yang satu—Bank Summa, dikorbankan usaha yang lain—Astra. Di balik kisah ini, ada drama kasih sayang seorang ayah kepada putra sulungnya.
“Tanpa Kerut di Atas Kening” (halaman 80-81) melaporkan konser The Cranberries di Tennis Indoor Senayan. Sekitaran waktu ini, lagu “Stars” sering ditayangkan di MTV, dan dirilis dalam album Stars: The Best of 1992-2002, yang sering pula saya putar sembari menyendiri di kamar. Artikel ini juga menyoroti sosok sang vokalis, Dolores O’Riordan, yang rupanya memiliki problem konsumsi minuman keras yang berlebihan, bertolak belakang dengan lagunya sendiri, “Salvation”, yang mengimbau bahwa menenggak minuman beralkohol bukan satu-satunya cara keluar dari persoalan hidup. “Entah kenapa, dunia seperti memaafkannya,” kata penulis artikel ini, membuat saya merenung lagi kenapakah musik tak disukai dalam Islam: Itulah kekuatan musik. Kita memaafkan mereka yang mabuk, ngedrugs, berzina, karena telah memberikan hiburan yang nikmat bagi kita.
“Jangan Kirim Hanya Kata-kata” (halaman 88-89) berisi “sejarah” perkembangan handphone, yang ketika itu baru, atau sudah?, dapat mengirimkan pesan bergambar dan berwarna (foto, animasi, audio) yang disebut dengan MMS (multimedia messaging service) secara terbatas. Di Indonesia, layanan ini baru bisa dinikmati lewat IM3, dengan harga Rp 1.000 sekali kirim, dan hanya pada HP tertentu, seperti Nokia 7650 serta Sony Ericsson T68I dan P800 yang harganya 4-6,3 juta, dengan kapasitas memori terbatas dan resolusi gambar belum prima. Nokia 7650, contohnya, memiliki memori hanya 3,6 MB atau 32 frame foto. Selain itu ada kendala sinyal operator. Untuk mengunduh, sinyal harus stabil, sedangkan kalau sambil naik mobil atau lift bisa putus. Lah, sampai sekarang—dua puluhan tahun kemudian—mau diam saja di kamar pun, sinyal IM3 tetap putus-putus. Belum lagi, pulsa tiba-tiba terpotong 🙃
(Karena ada trouble untuk login ke Wordpress--setelah sebelumnya kudu via Jetpack dulu--untuk seterusnya catatan pembacaan majalah dilanjutkan di blog ini saja. Catatan pembacaan majalah sebelumnya di: https://berjurnalitan.wordpress.com/category/majalah/.)
Senin, 01 September 2025
Bila Loakan Mengganggu Pasar
Jangan Kirim Hanya Kata-kata
![]() |
| Nokia 7650 Gambar dari Amazon.co.uk. |
![]() |
| Sony Ericsson T68I Gambar dari Xperia Blog. |
![]() |
| Sony Ericsson P800 Gambar dari IMEI24. |
Rabu, 20 Agustus 2025
Kenakalan Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja
![]() |
| Gambar dari Perpustakaan Universitas BSI. |
Selasa, 19 Agustus 2025
Konservasi Biodiversitas: Teori dan Praktik di Indonesia
![]() |
| Gambar dari Gramedia. |
Sabtu, 16 Agustus 2025
Buat Apa Kita Shalat?
![]() |
| Gambar dari UMS Store. |
Minggu, 22 Juni 2025
Dua Timbangan Buku Sang Mahasiswa dan Sang Wanita: Dasacarita dari Hungaria Terjemahan Prof. Dr. Fuad Hassan
Rabu, 04 Juni 2025
Remaja dan Pornografi
Banyak Dibuka
-
“ Du ” (“ You ” dalam bahasa Inggris) adalah lagu yang dibawakan oleh Peter Maffay, seorang musisi Jerman. Lagu ini menjadi hit terbesar d...
-
Gambar diambil dari Gramedia Digital . Pada Kamis, 5 Desember 2019, di Ruang Seminar Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK) Bandung, Jala...
-
http://www.searchamateur.com/pictures/robot-dog-2.jpg He's a suicidal dishevelled househusband with a robot buddy named Sparkey. ...
-
Gambar di- screenshot dari Ipusnas. Dikumpulkan dan diberi kata pendahuluan oleh : HB Jassin Penerbit : PT. Dunia Pustaka Jaya, Bandung, b...
-
...sebelumnya ada Makam Kristen, Makam Batak, dan Makam China... Makam Freemason Kami menemukan dua makam dengan simbol Freemason yai...
-
Jika kamu bukan orang Bandung, dan mengikuti wisata berombongan ke Bandung, kiranya Cihampelas merupakan lokasi wajib kunjung....
-
Ada hal-hal yang memenuhi kesenangan saya di satu kota, yang tidak saya temukan gantinya di kota lain. Kalaupun ada, kesan yang ditimbulka...
-
Rumah eyangnya Vira tampak seperti gedung. Tidak ada yang perlu turun dari mobil untuk membukakan pagar rumah—sebagaimana aku ka...
-
Kejujuran adalah salah satu kriteria dalam menilai suatu fiksi (Pujiharto, 2010), di samping inovasi/kebaruan, orisinalitas/keaslian, koh...
-
Namaku Kesedihan. Orang-orang suka menertawakanku. Kau tahu bagaimana sakitnya ditertawakan. Bukan karena kau memang bermaksud melucu, melai...
Pembaruan Blog Lain
-
Piercing Bab 2 (Ryu Murakami, 1994) - 2 Kawashima menyimpan alat pemecah es itu di laci dapur, membasuh mukanya di wastafel kamar mandi, dan melangkah ke ruang keluarga. Ia duduk di meja ker...1 minggu yang lalu
-
Yentl - Oleh Isaac Bashevis Singer ISAAC BASHEVIS SINGER, pemenang Nobel Sastra 1978, lahir di Radzymin, Polandia pada 1904, dan tiba di… Read more Yentl2 bulan yang lalu
-
Raja Belanda: Maaf atas Kekerasan Berlebihan - Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Maxima mengunjungi Indonesia untuk meningkatkan hubungan kedua negara. Raja juga meminta maaf atas kekerasan berle...5 tahun yang lalu



















