Selasa, 05 Oktober 2010

Isaac Bashevis Singer - The Son From America (1973)

“The Son From America” (1973) oleh Isaac Bashevis Singer adalah cerita pendek mengenai sebuah keluarga Yahudi di Lentshin. Terdiri dari Berl, Berlcha (istrinya Berl), dan anak mereka, Samuel. Pada umur 15 tahun, Samuel pergi ke Amerika. Puluhan tahun berlalu. Konon Samuel telah menjadi jutawan. Setiap bulan ia mengirim surat dan cek untuk diuangkan. Namun itu tidak berguna. Dalam suratnya, Samuel menggunakan bahasa Inggris yang orangtuanya tak mengerti—sebagaimana para imigran sepertinya lakukan. Orangtuanya pun sudah hidup cukup dengan segala yang mereka punya. Uang pemberian Samuel hanya mereka simpan. Suatu hari, Samuel kembali pada hari Sabbath. Ia telah berubah. Mulai dari caranya berpakaian, hingga berpikiran. Ia ingin mengubah desanya agar jadi lebih maju, namun kemudian ia kembali ke Amerika dengan kesimpulan bahwa desanya tidak membutuhkan apapun.

Puluhan tahun berdiam di Amerika adalah waktu yang cukup untuk mengubah cara berpikir Samuel menjadi progresif. Bertanya-tanya akan polah sang ayah, Samuel selalu mendapat jawaban yang membuatnya terperangah.

“Why didn’t you travel somewhere?”
“Where to? This is our home.”
“If thieves knew about this, your lives wouldn’t be safe.”
(Berl menyimpan uang pemberian Samuel di rumah)
“There are no thieves here.”
“Perhaps we should build a larger synagogue.”
“The synagogue is big enough.”
“Perhaps a home for old people.”
“No one sleeps in the street.”
“Are you praying?”
“What else is there to do when one gets old?”
“Do you make a living?”
“If God gives health, one keeps on living.”


Sementara itu Berl dan Berlcha hidup dengan menjalankan ritual dan rutinitas secara monoton, tanpa terusik hal-hal dari luar. Kalau dalam dunia Kehutanan, mereka mungkin dapat diibaratkan sebagai hutan klimaks. Ketika mendengar gagasan Dr. Herzl (pelopor Zionisme) agar Yahudi menduduki Palestina lagi, Berlcha hanya berkomentar, “The things that happen in the big cities!”

Berl dan Berlcha dalam kesederhanaan mereka, hidup dalam cukup. Tidak butuh lebih. Ketika Berlcha berdoa minta kesehatan, kekayaan, dan hal-hal baik, Samuel berkata, “Mother, you don’t need to pray for wealth. You are wealthy already.”

Cerita pendek ini menyajikan persinggungan antar manusia kota besar dengan manusia desa terpencil yang berakhir dengan damai—mungkin itu dikarenakan latar belakang Samuel sebagai anak dari penduduk desa terpencil. Jika Samuel lahir dan besar di kota besar, dan bukan anak kandung Berl dan Berlcha, bisa jadi lain penerimaannya.

Kendati tinggal di kota besar dapat membuat pikiran lebih berdaya, kekayaan tetap terletak pada kesederhanaan. Inilah pesan yang dapat saya ambil dari cerita pendek ini, untuk saya dan siapapun yang merasa sekultur dengan saya: JADILAH MANUSIA KOTA BESAR YANG BERSAHAJA!

(dari “The Harper Anthology of Fiction” oleh Sylvan Barnet, 1990)


sumber gambar dan lebih banyak tentang Isaac Bashevis Singer

1 komentar:

  1. I think this is a good analysis..
    But for the deeper reason, i am sorry to ask you, why is your analysis only touch on the surface? i couldn't reach more..

    Thanks..

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...