Bahasa yang paling saya kuasai mestilah bahasa Indonesia. Selain karena itu bahasa sehari-hari saya, saya juga senang membaca sehingga mungkin secara automatis tata bahasanya terserap ke dalam otak saya, walau ketika menulis tetap saja saya masih harus mengecek Kamus Besar Bahasa Indonesia serta Ejaan yang Disempurnakan. Tetapi untuk bahasa-bahasa lainnya, tampaknya saya tidak punya bakat alami atau cukup minat untuk mengembangkannya. Selain itu, agaknya belajar bahasa baru benar-benar efektif jika kita menggunakannya dalam pergaulan sehari-hari, misalnya dengan melancong atau studi ke luar negeri, atau entah bagaimana caranya punya teman-teman asing. Sementara itu, saya tidak ada keinginan kuat untuk ke luar negeri dan pergaulan saya terbatas.
Mau tidak mau, kemampuan berbahasa Inggris terus diasah. Selain tersentil karena teman pada waktu itu suka membaca novel berbahasa Inggris serta bisa menonton Spongebob Squarepants tanpa dubbing dan subtitle--sementara saya kebanyakan membaca dalam bahasa Indonesia saja--juga memang ada banyak sekali bacaan menarik dalam bahasa Inggris. Walau begitu, untuk membaca teks pendek saja, saya perlu menyalin definisi dari tiap kata yang tidak saya mengerti dari kamus ke margin halaman atau sela barisan. Untuk bisa menangkap garis besar dari sebuah jurnal, saya perlu membacanya berkali-kali. Jumlah buku berbahasa Inggris yang berhasil saya tamatkan bisa dihitung dengan jari, dan itu pun mungkin tidak saya mengerti sepenuhnya. Alhamdulillah, seiring dengan berjalannya waktu, lama-lama saya terbiasa membaca artikel berbahasa Inggris tanpa sedikit-sedikit melihat kamus.
Bahasa asing pertama yang saya pelajari dari nol--maksudnya saya tidak pernah mendapatkan pelajarannya di sekolah sebagaimana bahasa Indonesia, Inggris, Sunda, serta Arab, dan juga bukan bahasa kampung halaman saya seperti bahasa Jawa--yaitu bahasa Jerman. Baru juga memulainya, minat saya meluas ke bahasa Belanda dan Perancis, dan bahasa Sunda, dan bahasa Arab. Tetapi, upaya saya untuk belajar bahasa-bahasa tidak pernah bertahan lama. Setelah mengumpulkan materi belajar sebanyak-banyaknya, mulai dari buku-buku yang sudah ada di rumah hingga sumber-sumber baru dari internet, saya mencobanya beberapa saat dan kemudian mungkin ada hal lain yang lebih menarik serta lebih mudah bagi saya. Juga bisa jadi karena saya insaf bahwa sebaiknya saya fokus pada bahasa tertentu saja, misalnya bahasa Inggris.
Berbagai cara kemudian saya lakukan untuk mengasah kemampuan berbahasa Inggris, mulai dari penerjemahan, penpaling, aplikasi stranger chat, journaling, dan sebagainya. Awalnya saya takjub karena ternyata saya bisa berinteraksi dengan orang asing, walau hanya lewat texting di internet. Tetapi, mempraktikkan bahasa adalah soal bersosialisasi sementara kadang kapasitas saya tidak mencukupi. Journaling tidak diteruskan karena pada dasarnya itu sarana untuk berekspresi secara lepas sementara kosakata saya masih terbatas. Penerjemahan juga dirasakan tidak efektif karena adakalanya saya menemui kata atau ungkapan yang sudah pernah saya telusuri tetapi saya tidak ingat pengertiannya sehingga saya harus mencarinya lagi di berbagai kamus, googling lagi.
Sementara waktu, minat belajar bahasa menguap sampai kemudian saya memiliki tablet. Dengan tablet itu saya bisa mengunduh aplikasi belajar bahasa seperti Duolingo dan lain-lain. Perjalanan saya mengeksplorasi bahasa pun berlanjut.
Bahasa Inggris
Duo, si burung hantu penyemangat belajar bahasa. sumber |
Sampai akhirnya beberapa waktu lalu, tepatnya tidak lama setelah Lebaran Idul Fitri, saya berkesempatan untuk menjadi murid gadungan bagi peserta pelatihan mengajar bahasa Inggris mengikuti kursus gratis di salah satu tempat kursus bahasa Inggris paling mentereng di Kodya Bandung. Programnya cukup intensif yaitu dua jam tiap hari kerja (Senin-Jumat) selama empat minggu. Di kelas mau tidak mau kami mendayagunakan berbagai kemampuan berbahasa Inggris seperti berbicara, mendengarkan, mengerjakan soal, dan sebagainya. Selain mengasah kemampuan berbahasa Inggris dan mendapatkan grup WA teman-teman baru, selepas program itu entah bagaimana saya termotivasi untuk kembali mempelajari bahasa tersebut, terutama dalam berbicara dan menulis.
Bottled mengapung-apung mencarikanku teman dari negeri seberang. sumber |
Bahasa Arab
Tujuan utama mempelajari bahasa ini tidak lain supaya bisa mengerti ketika Alquran dibacakan. Biasanya, ketika mengikuti salat berjamaah dan imam membacakan ayat keras-keras, pikiran saya semakian melantur ke mana-mana. Tahu arti bacaan Al-Fatihah saja masih sulit khusyuk, apalagi kalau tidak mengerti. Tetapi, itu saja tidak cukup. Baiklah, saya memang belum berkomitmen.
Hingga belakangan ini saya bertemu orang-orang berbahasa Arab di Bottled lalu membuat mereka takjub dengan sisa pengetahuan bahasa Arab yang saya peroleh di SD-SMP. Apalagi setelah saya mengunduh keyboard Arab di tablet sehingga saya bisa praktik menulis. Malah ada di antara mereka yang antusias untuk mengajari saya bahasa Arab, lengkap dengan slangnya, walau sekarang entah bagaimana kabar dia. Kemudian saya berpikiran bahwa belajar bahasa Arab sehari-hari dari Youtube dan mempraktikkannya langsung dengan orang-orang Arab di internet lebih menarik daripada belajar bahasa Alquran dari bukuteks. Sebenarnya di Youtube juga ada pelajaran bahasa Arab Alquran, tetapi, ya, beda penampilan dengan pelajaran bahasa Arab pergaulan. Walau begitu, pelajaran bahasa Arab sehari-hari dari berbagai saluran yang tampaknya lebih atraktif itu tidak serta-merta bisa dipraktikkan pada teman-teman Arab. Apalagi pada dasarnya saya pemalas. Dijejali beberapa kata sekaligus dalam sekali waktu tidak efektif buat saya karena saya tidak suka menghafal.
Alhamdulillah, ada dua aplikasi belajar bahasa Arab Alquran yang lumayan, yaitu e-iqra dan Quran IQ. (Semoga ini menjadi amal jariah bagi para pembuatnya, aamin.) Kedua aplikasi ini bisa menjadi alternatif bagi yang sehari-hari malas membaca Alquran.
Tampilan e-iqra benar-benar menyerupai Duolingo KW 2, tetapi bagaimanapun saya mengapresiasinya. Jadi, bayangkan saja belajar bahasa Arab di Duolingo, dengan tiap pelajarannya berlabelkan aspek-aspek kebahasaan seperti kata benda, kata ganti, verba, dan sebagainya, tetapi kosakatanya berhubungan dengan ajaran Islam diselingi pembacaan ayat Alquran yang memuat kata yang bersangkutan.
e-iqra, Duolingo KW 2 tetapi boleh juga. sumber |
Harus bayar, tetapi tidak apa-apa. sumber |
(Karena entri terlalu panjang, maka saya bagi menjadi dua. Bagian dua ada pada entri berikutnya.)