Pramex membelah sawah dengan lembut. Lama-lama saya mengantuk. Sesekali saya jatuh tertidur. Sesekali pula saya bertanya pada perempuan di sebelah saya kapan kereta ini sampai di Jogja, di Tugu, di Lempuyangan. Saya memutuskan untuk turun di Lempuyangan saja. Sepertinya jalan yang harus ditempuh untuk mencapai bis lebih nyaman dilewati dan tidak lebih jauh jaraknya.
Turun di Lempuyangan. Mencari pintu keluar. Menyusuri tepi jalan yang bau pesing. Melihat bis jalur enam ngetem di pertigaan. Saya masuk ke dalamnya. Sip. Ngetem agak lama. Menunggu sampai penumpang pada berjejalan rupanya.
Turun di utara gerbang Fakultas Pertanian UGM. Ketemu teman. Kuliah jam sembilan tadi hanya sampai jam sepuluh katanya. Jalan ke kosan.
Sampai di kosan, ada yang baru dari pulang kampung juga rupanya. Kami menceritakan kesialan kami masing-masing. Ia juga sial karena ditinggal travelnnya padahal ia hanya telat lima menit dan biasanya travelnya itu yang telat. Akhirnya ia mencari travel lain. Itu terjadi pada sekitar pukul setengah tujuh pagi ini dan sebagai orang Kebumen, dia sepertinya menguasai sekali daerah Kutoarjo.
Melihatnya mengepel kamar, saya jadi iri. Saya ingin mengepel kamar juga jadinya. Padahal waktu yang tersisa hingga jam sebelas kurang dari sejam lagi. Saya paling hanya sempat mandi, boro-boro sarapan. Menyapu ruangan. Mandi. Saya memutuskan untuk tidak pergi. Saya akan mengepel ruangan saja dan melanjutkan beres-beres.
Dan malapetaka itu akhirnya saya sadari. Pakaian-pakaian, buku-buku, tempat pensil, dan otomatis si ransel itu sendiri, ketumpahan air jagung. Rupanya ampas jagung yang juga berupa air sisa rebusan tetap bisa merembes meskipun kresek yang mewadahinya sudah diikat rapat.
Percayalah, parfum aroma jagung kesegarannya hanya terasa beberapa jam. Setelah itu yang ada hanyalah bau busuk memuakkan.
Hari itu akhirnya saya hanya ikut kuliah yang jam satu. Setelah itu, saya mengurus beberapa hal dan baru jam tujuh malam saya sampai di kosan lagi.
Setengah delapan sampai setengah delapan lagi saya tepar di atas lantai (lepas dari dinginnya Bandung langsung terenggut ke gerahnya Jogja). Saya hanya bangun untuk solat. Tidak hanya jet lag, yang namanya sepur lag ternyata juga ada.
Turun di Lempuyangan. Mencari pintu keluar. Menyusuri tepi jalan yang bau pesing. Melihat bis jalur enam ngetem di pertigaan. Saya masuk ke dalamnya. Sip. Ngetem agak lama. Menunggu sampai penumpang pada berjejalan rupanya.
Turun di utara gerbang Fakultas Pertanian UGM. Ketemu teman. Kuliah jam sembilan tadi hanya sampai jam sepuluh katanya. Jalan ke kosan.
Sampai di kosan, ada yang baru dari pulang kampung juga rupanya. Kami menceritakan kesialan kami masing-masing. Ia juga sial karena ditinggal travelnnya padahal ia hanya telat lima menit dan biasanya travelnya itu yang telat. Akhirnya ia mencari travel lain. Itu terjadi pada sekitar pukul setengah tujuh pagi ini dan sebagai orang Kebumen, dia sepertinya menguasai sekali daerah Kutoarjo.
Melihatnya mengepel kamar, saya jadi iri. Saya ingin mengepel kamar juga jadinya. Padahal waktu yang tersisa hingga jam sebelas kurang dari sejam lagi. Saya paling hanya sempat mandi, boro-boro sarapan. Menyapu ruangan. Mandi. Saya memutuskan untuk tidak pergi. Saya akan mengepel ruangan saja dan melanjutkan beres-beres.
Dan malapetaka itu akhirnya saya sadari. Pakaian-pakaian, buku-buku, tempat pensil, dan otomatis si ransel itu sendiri, ketumpahan air jagung. Rupanya ampas jagung yang juga berupa air sisa rebusan tetap bisa merembes meskipun kresek yang mewadahinya sudah diikat rapat.
Percayalah, parfum aroma jagung kesegarannya hanya terasa beberapa jam. Setelah itu yang ada hanyalah bau busuk memuakkan.
Hari itu akhirnya saya hanya ikut kuliah yang jam satu. Setelah itu, saya mengurus beberapa hal dan baru jam tujuh malam saya sampai di kosan lagi.
Setengah delapan sampai setengah delapan lagi saya tepar di atas lantai (lepas dari dinginnya Bandung langsung terenggut ke gerahnya Jogja). Saya hanya bangun untuk solat. Tidak hanya jet lag, yang namanya sepur lag ternyata juga ada.
tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar