Saya lupa pernah baca di mana: orang autis suka mengumpulkan informasi tapi tidak tahu cara mengolahnya. Hari ini saya merasa demikian. Saya dihadapkan pada rak-rak berisi berbagai data tentang flora, fauna, sosial-ekonomi, jasa lingkungan, handbook, RPTN, rencana, dan lain sebagainya terkait Ujung Kulon maupun taman nasional-taman nasional lainnya. Namun saya bingung apa yang harus saya lakukan pada mereka kemudian. Cek? Telaah? Analisis? Tapi ini begitu banyak! Apa saja yang harus ditampilkan dalam laporan nanti? Dueng!
Praktek jurusan yang kami lakukan ini mencakup enam aspek: manajemen kawasan, flora, fauna, jasa lingkungan, masyarakat, dan wisata alam--yang masing-masingnya diampu satu orang. Kelompok saya jumlahnya lima orang dengan saya pada mulanya memilih aspek manajemen kawasan sebagai fokus kajian. Namun ada yang bilang, entah siapa, kalau sebaiknya saya memilih jasa lingkungan (karbon) saja sedang aspek manajemen kawasan dikerjakan bersama-sama karena aspek ini kiranya yang paling harus dipahami oleh kami semua.
Aspek jasa lingkungan, yaitu karbon, ternyata merupakan yang paling simpel di antara yang lain. Melihat laporan-laporan praktek jurusan pada gelombang sebelumnya, rumus yang digunakan itu-itu saja. Memang proses selanjutnya tidak sesimpel itu juga, namun kita lewat saja bagian ini.
(Mungkin) karena simpelnya aspek karbon yang jadi beban saya dibanding aspek-aspek lainnya, maka sayalah yang akhirnya "dipasrahi" teman-teman sekelompok untuk menggarap aspek manajemen kawasan--ditambah pada awalnya saya memang hendak mengambil aspek ini. Ketua kelompok saya, terutama, yang suka lupa kalau aspek ini sebetulnya tanggung jawab bersama.
Maka pada hari ini, di mana agendanya adalah pencarian data sekunder, sayalah yang mencurahkan pikiran untuk aspek ini. Lagipula memang penelitian tentang karbon belum pernah dilakukan sama sekali di TNUK. Ucok, dari kelompok satunya, yang sama-sama mengampu aspek karbon berfesbuk ria hampir sepanjang hari.
Untung saja ada Lina. Kelompok satunya berjumlah enam orang sehingga ada satu orang yang bisa fokus pada aspek manajemen kawasan. Ya Lina tu. Berkat sharing dengannya, plus kinerjanya yang memang mengagumkan, saya sangat terbantu. Meski kami sudah berbagi tugas, namun dia bisa lebih mengkoordinir teman-teman yang dapat membantu pengumpulan data yang jadi jatah saya, waha. Dia juga bantu merumuskan apa yang harus saya lakukan dengan data yang melimpah ini. Katanya, "Cari data yang bener-bener kamu butuhin aja..." Meski demikian, berhalaman-halaman daftar data yang harus saya kumpulkan yang saya tulis lagi di notes hijau ternyata berguna juga sih.
Sebetulnya saya ingin membuat rangkuman hasil pengumpulan data yang saya lakukan sepanjang hari ini, semacam laporan ala kadarnya begitulah. Namun, entah nanti sempat atau tidak, saya mau merekam hari ini dulu--hari ketiga di kantor BTNUK.
Saya kira saya berhasil tidur sebelum pergantian hari semalam. Saya bangun jam empat tepat padahal enggak pakai alarm dan padahal saya nyetelnya jam tiga juga. Di luar sana ramai suara tilawah penyambut subuh yang mungkin berasal dari berbagai penjuru tanah Banten. Sementara Lina sahur, saya mandi dan mencuci sedikit pakaian. Saya menunggu azan subuh sambil mengetik tulisan untuk blog. Sehabis itu dan solat subuh, saya sempat kepikiran untuk tidur lagi. Namun akhirnya saya beli sarapan murah untuk teman-teman sekebelasan bareng Cah, Vina, Gilang, ... Desta juga enggak ya? Lalu kami sarapan nasi bungkus di rumah Pak Arif dan setelahnya bergegas menyiapkan diri untuk memulai aktivitas di kantor balai.
Sesampai di kantor balai, para cewek menunggu di kursi depan sementara para cowok pada narsis di halaman. Setelah senyum-senyum, salaman, dan atau kenalan sama beberapa orang petugas balai yang lalu lalalng, pak kepala balai akhirnya muncul juga ke hadapan. Saat giliran saya untuk salaman dan kenalan dengannya, saya malah jadi gagap. Maksud ingin membantu Desta menyebut namanya (karena dia enggak begitu saat pak kepala balai bertanya), saya malah berucap, "Des... Des... Des... D***!" Aih, grogian.
Kami lalu berkumpul di semacam ruang rapat. Grup Legon Pakis di sisi kiri pak kepala balai sementara grup Taman Jaya di sisi kanannya. Kami juga ditemani oleh beberapa petugas balai lain seperti Pak Luki, Pak Firmanto, Pak Indra, Bu Desy, Pak Mumu, Pak Edy, dan ...siapa lagi ya? He. Cah sampai membuat ilustrasi di notes birunya untuk mempermudahnya mengingat mereka semua. Satu per satu kami memperkenalkan diri.
Pak kepala balai, yang saya kira lazimnya orang Sunda sebagaimana yang Om Maman S. Mahayana pernah bilang dalam salah satu bukunya yang memuat kritik cerpen penulis Sunda, ternyata suka heureuy. Sebelum mulai, beliau meminta salah seorang dari kami untuk menampilkan lagu terlebih dulu. Memang di salah satu sudut ruangan ada seperangkat alat musik seperti kibor, alat musik tabuh, dan entah apa lagi. Beliau menunjuk Cah, mungkin karena rambutnya gondrong jadi dikira nyeni kali ya. Cah menghindar dengan mengatakan kalau dia mahasiswa Seni Rupa (bukan seni rupa musik). Yeah, seni rupa-rupa.
Banyak lagi kami tertawa dibuatnya, Misal ketika Soni memperkenalkan diri dan mengatakan dirinya berasal dari Nganjuk, kata beliau, "Tau enggak, nganjuk dalam bahasa Sunda artinya apa? Artinya ngutang!" Derai tawa. Saya sudah pernah bilang ini sebelumnya pada Soni. Entah dia ingat apa enggak. Soni tampaknya jadi favorit pak kepala balai. Mungkin karena nama yang tertera di baju lapangan Getasnya hanya "SO", jadi mudah memanggilnya. Selama beberapa lama kemudian Soni jadi populer dipanggil "So" oleh kami. Sonilah yang pertama ditanya pak kepala balai. Beliau tanya soal satwa di TNUK. Tepat--memang Soni yang pegang aspek fauna di kelompok kami. Saya kira saya tidak akan bisa menjawab lebih baik dari Soni. Saya khawatir kalau-kalau saya jadi sasaran pak kepala balai selanjutnya, alhamdulillah tidak.
Oh senangnya jika saya bisa menuliskan pengalaman saya selanjutnya dengan lebih rinci, namun apa daya waktu sudah hampir menunjukkan jam sepuluh malam saat saya menulis ini. Mata sudah berat. Sejak azan isya waktu Indonesia bagian Labuan, kami menghabiskan waktu di Kedai 13 dengan seorang alumni FKT UGM yang kini bekerja untuk WWF, Timer Manurung. Lina mempertemukan kami dengan abang satu ini antara lain karena Putro butuh mewawancarai LSM untuk penelitiannya. Terimakasih, Bang, telah menghemat uang makan malam kami... :)
Jadi, ini adalah poin hal-hal yang terjadi mulai dari habis overview dari pihak balai sampai pertemuan dengan Bang Timer...
- kumpul di perpustakaan kantor balai, cari data
- jam satu lebih, saya bareng Cah, Putro, Vina, Desta, dan Fajar beli es doger depan kantor balai, naruh data seabrek di fotokopian terdekat, makan di Minang Saiyo (Cah bilang harganya pasti, pasti MAHAL), balik ke kantor balai untuk solat zuhur, nungguin fotokopian, balik ke kantor balai lagi untuk wawancara Bu Desy bareng Cah, Soni, Gilang, dan Vina, lalu nimbrung Cah dan Gilang di ruang Pak Haryono, nongkrong sama teman-teman di ruang depan di kala kantor sudah mau tutup, nemenin Lina menghadap Pak Indra, balik ke rumah Pak Arif, mandi, nyuci, dan seterusnya deh...
Alhamdulillah, tidak seperti kemarin-kemarin yang saya keluhkan di sini, saya rasakan badan sudah mulai berteman dengan udara. Mungkin karena seharian saya banyak menghabiskan waktu di ruangan ber-AC kali ya, jadi keringetannya enggak begitu heboh. Sesekali gerah terasa bet, saat AC mati, saat ke luar cari makan... Namun selebihnya saya merasa tidak terlalu mengeluarkan keringat. Apalagi sore sempat hujan gerimis yang lantas jadi deras dan bikin saya panik seketika kala ingat jemuran.
Ya sudah begini saja dulu.
Praktek jurusan yang kami lakukan ini mencakup enam aspek: manajemen kawasan, flora, fauna, jasa lingkungan, masyarakat, dan wisata alam--yang masing-masingnya diampu satu orang. Kelompok saya jumlahnya lima orang dengan saya pada mulanya memilih aspek manajemen kawasan sebagai fokus kajian. Namun ada yang bilang, entah siapa, kalau sebaiknya saya memilih jasa lingkungan (karbon) saja sedang aspek manajemen kawasan dikerjakan bersama-sama karena aspek ini kiranya yang paling harus dipahami oleh kami semua.
Aspek jasa lingkungan, yaitu karbon, ternyata merupakan yang paling simpel di antara yang lain. Melihat laporan-laporan praktek jurusan pada gelombang sebelumnya, rumus yang digunakan itu-itu saja. Memang proses selanjutnya tidak sesimpel itu juga, namun kita lewat saja bagian ini.
(Mungkin) karena simpelnya aspek karbon yang jadi beban saya dibanding aspek-aspek lainnya, maka sayalah yang akhirnya "dipasrahi" teman-teman sekelompok untuk menggarap aspek manajemen kawasan--ditambah pada awalnya saya memang hendak mengambil aspek ini. Ketua kelompok saya, terutama, yang suka lupa kalau aspek ini sebetulnya tanggung jawab bersama.
Maka pada hari ini, di mana agendanya adalah pencarian data sekunder, sayalah yang mencurahkan pikiran untuk aspek ini. Lagipula memang penelitian tentang karbon belum pernah dilakukan sama sekali di TNUK. Ucok, dari kelompok satunya, yang sama-sama mengampu aspek karbon berfesbuk ria hampir sepanjang hari.
Untung saja ada Lina. Kelompok satunya berjumlah enam orang sehingga ada satu orang yang bisa fokus pada aspek manajemen kawasan. Ya Lina tu. Berkat sharing dengannya, plus kinerjanya yang memang mengagumkan, saya sangat terbantu. Meski kami sudah berbagi tugas, namun dia bisa lebih mengkoordinir teman-teman yang dapat membantu pengumpulan data yang jadi jatah saya, waha. Dia juga bantu merumuskan apa yang harus saya lakukan dengan data yang melimpah ini. Katanya, "Cari data yang bener-bener kamu butuhin aja..." Meski demikian, berhalaman-halaman daftar data yang harus saya kumpulkan yang saya tulis lagi di notes hijau ternyata berguna juga sih.
tampak dari tepi Jalan Raya Labuan... |
Saya kira saya berhasil tidur sebelum pergantian hari semalam. Saya bangun jam empat tepat padahal enggak pakai alarm dan padahal saya nyetelnya jam tiga juga. Di luar sana ramai suara tilawah penyambut subuh yang mungkin berasal dari berbagai penjuru tanah Banten. Sementara Lina sahur, saya mandi dan mencuci sedikit pakaian. Saya menunggu azan subuh sambil mengetik tulisan untuk blog. Sehabis itu dan solat subuh, saya sempat kepikiran untuk tidur lagi. Namun akhirnya saya beli sarapan murah untuk teman-teman sekebelasan bareng Cah, Vina, Gilang, ... Desta juga enggak ya? Lalu kami sarapan nasi bungkus di rumah Pak Arif dan setelahnya bergegas menyiapkan diri untuk memulai aktivitas di kantor balai.
duduk manis di ruang depan |
formasi lengkap |
pak kepala balai... |
...dan para stafnya |
berfoto bersama Bang Manurung (yang baju putih di tengah) |
Jadi, ini adalah poin hal-hal yang terjadi mulai dari habis overview dari pihak balai sampai pertemuan dengan Bang Timer...
- kumpul di perpustakaan kantor balai, cari data
- jam satu lebih, saya bareng Cah, Putro, Vina, Desta, dan Fajar beli es doger depan kantor balai, naruh data seabrek di fotokopian terdekat, makan di Minang Saiyo (Cah bilang harganya pasti, pasti MAHAL), balik ke kantor balai untuk solat zuhur, nungguin fotokopian, balik ke kantor balai lagi untuk wawancara Bu Desy bareng Cah, Soni, Gilang, dan Vina, lalu nimbrung Cah dan Gilang di ruang Pak Haryono, nongkrong sama teman-teman di ruang depan di kala kantor sudah mau tutup, nemenin Lina menghadap Pak Indra, balik ke rumah Pak Arif, mandi, nyuci, dan seterusnya deh...
Alhamdulillah, tidak seperti kemarin-kemarin yang saya keluhkan di sini, saya rasakan badan sudah mulai berteman dengan udara. Mungkin karena seharian saya banyak menghabiskan waktu di ruangan ber-AC kali ya, jadi keringetannya enggak begitu heboh. Sesekali gerah terasa bet, saat AC mati, saat ke luar cari makan... Namun selebihnya saya merasa tidak terlalu mengeluarkan keringat. Apalagi sore sempat hujan gerimis yang lantas jadi deras dan bikin saya panik seketika kala ingat jemuran.
Ya sudah begini saja dulu.
(selesai diketik pada 5.27, tanggal 31 Mei 2011)
eh, udh di hutan ya? selamat berjuang lah...
BalasHapusmakasih mas... ke hutannya mah belumlah. ini masih beredar di kantor balainya aja. insya Allah besok, kalo ga lusa...
BalasHapus