Ruang
Selasa, 24 Januari 2023
Mengenal Hama dan Penyakit Tanaman
Minggu, 15 Januari 2023
Sekitar Pancasila, Proklamasi & Konstitusi
Undang-Undang Dasar negara manapun tidak dapat dimengerti kalau hanya dibaca teksnya saja. Untuk mengerti sungguh-sungguh maksudnya Undang-Undang Dasar dari suatu negara, kita harus mempelajari juga bagaimana terjadinya teks itu, harus diketahui keterangan-keterangan dan juga harus diketahui dalam suasana apa teks itu dibikin. (halaman 1)
Jenderal Nisyimura menjawab : Bahwa ia mengerti dan dapat merasakan sendiri cita-cita rakyat Indonesia. Saya menangis dalam hati, katanya. Tapi apa boleh buat, katanya, kami alat, sebagai alat telah menerima perintah, bahwa kami harus menghalang-halangi setiap perubahan statusquo, apa boleh buat, juga gerakan rakyat Indonesia dengan pemuda. Kami bertanya apakah tentara Jepang akan menembaki pemuda Indonesia sebagai bunga bangsa kalau mereka bergerak melaksanakan janji Jepang atas kemerdekaan Indonesia, yang Jepang sendiri tidak sanggup menepatinya?Apa boleh buat, kata Nisyimura, dengan hati yang luka kami terpaksa melakukannya. Tetapi katanya apabia kita sabar saja sementara, ia percaya bahwa Sekutu akan memperhatikan keinginan bangsa Indonesia.Betapa sakitnya terasa dalam jiwa, kami bangsa Jepang terpaksa tunduk dan menjilat kepada Sekutu untuk memperoleh nasib yang agak baik sesudah kami kalah.Mendengar itu naiklah darah saya dan berkata :"Apakah itu janji dan perbuatan samurai ? Dapatkah samurai menjilat musuhnya yang menang untuk memperoleh nasib yang kurang jelek?"Apakah samurai hanya hebat terhadap orang yang lemah di masa jayanya, tetapi hilang semangatnya waktu kalah ? Baiklah, kami akan berjalan terus apa juga yang akan terjadi."Mungkin kami menunjukkan kepada tuan, bagaimana jiwa samurai semestinya menghadapi suasana yang berubah."
Kita harus senantiasa ingat kepada dinamik kehidupan masyarakat dan negara Indonesia. Masyarakat dan negara Indonesia tumbuh, zaman berubah, terutama pada zaman revolusi lahir batin sekarang ini. Oleh karena itu, kita harus hidup secara dinamis, harus melihat segala gerak-gerik kehidupan masyarakat dan negara Indonesia. Berhubung dengan itu, janganlah tergesa-gesa memberi kristalisasi, memberi bentuk (Gestaltung) kepada pikiran-pikiran yang masih mudah berubah.
Jumat, 13 Januari 2023
Power (Kumpulan Cerita Pelajar)
Gambar di-screenshot dari Ipusnas. |
Penerbit Elan Fusia melalui Diandra Kreatif (Kelompok Penerbit Diandra, Yogyakarta)
Cetakan 1, Maret 2019; 2021 (Digital)
"Kira sudah sangat rusak hatinya. Seolah-olah pecah seperti gelas, tidak ada yang mau mengangkat beling-belingnya dan membenarkannya lagi." (halaman 218)
"Akhirnya rasa cintanya ke Kira kembali menyatu dan tidak bisa dikalahkan dengan volume seluruh luar angkasa." (halaman 219)
Selasa, 10 Januari 2023
Cerita dari Tengah Rimba
Sabtu, 07 Januari 2023
Hama dan Penyakit Tanaman: Kenali dan Atasi
Gambar di-screenshot dari Ipusnas. |
Penerbit : PT. Trubus Swadaya, Depok
Cetakan : Pertama, Juni 2017
Ukuran : viii + 320 halaman, 25 cm
ISBN : 978-602-9407-33-4, (E) 978-602-9407-63-1
Menurut kata pengantar dalam buku ini, Indonesia memang surganya hama dan penyakit tanaman. Petani mengalokasikan 70% pengeluaran untuk pestisida, penyemprotannya selang sehari atau gagal panen. Musim kemarau banyak hama, musim hujan banyak penyakit. Hama terdiri dari pemakan daun, penggerek, pengisap, pengorok daun, pembentuk puru daun, penggulung dan pelipat daun, thrips dan tungau, serta lalat buah tephritidae. Penyakit terdiri dari protozoa, chromista/stratmenopiles, cendawan, bakteri, virus, alga, dan nematoda.
Buku ini memperkenalkan aneka hama dan penyakit tanaman itu pertama-tama melalui gejalanya. Banyak gejala yang tampak serupa, padahal jenis penyebabnya berbeda-beda. Setelah memperlihatkan beragam gejala kerusakan pada tanaman, bagian selanjutnya dalam buku ini yaitu mengenal lebih jauh tentang organisme-organisme penyebabnya, mulai dari nama, asal mulanya, siklus hidupnya, sampai pengendaliannya, yang meliputi cara-cara mekanis, kimiawi, dan budidaya. Mekanis, secara kasar, bisa diartikan sebagai bunuh, buang, musnahkan langsung. Kimiawi menggunakan zat-zat pabrikan yang mesti dibeli. Budidaya kurang lebih berarti perlakuan pada tanah, misalnya dengan membalikkannya supaya kena matahari sehingga organisme-organisme pengganggu yang bernaung di dalamnya pada mati. Kehadiran mereka dipengaruhi faktor-faktor berupa: kondisi lingkungan, kesehatan tanaman, populasi, serta pengaruh manusia.
Membaca buku ini terasa seperti suatu terapi bagi saya agar berani menghadapi hewan semacam ulat dan sebagainya dari dekat. Soalnya buku ini dilengkapi dengan gambar bermacam-macam ulat yang walaupun cuma 2D tapi gede dan full color, bo! Horrifyingly educative, lol. Saya sudah mengantisipasi gambar hewan menggeuleuhkan lain seperti bekicot, keong, dan siput, besar-besar dari dekat, tapi herannya, tidak ada.
Tak sekadar menakutkan, tapi juga sesungguhnya menarik mengetahui wujud hewan-hewan itu secara saksama. Kutu putih pseudococcidae, misalnya, sebetulnya jamak ditemukan pada tanaman, tapi ketika diperbesar saya baru ngeh kelihatannya kayak cireng yang belum digoreng (laper, bu?). Ulat penggulung daun pisang juga bentuknya literally kayak pisang dong! Dan, ternyata, apel juga bisa kudisan lo!!! (halaman 94).
Ada pula di antara beberapa organisme ini yang perilakunya tampak menarik. Contohnya kutu bor Asterolecaniidae (halaman 159), berikut saya kutipkan beberapa fakta hidupnya:
Serangga yang tergolong kutu sisik ini terkenal malas bergerak. Ia "mengurung" diri dalam kerak tembus pandang atau sisik yang datar. .... Kutu itu hanya bergerak untuk kawin, di luar itu hanya diam di tempat. Jantan dewasa memang bisa terbang tapi tidak bisa makan, sehingga hidupnya tidak lama. Jika tidak segera menemukan pasangan, ia akan mati sebelum menghasilkan keturunan. .... Betina tidak bersayap; hanya diam menunggu datangnya pejantan.
Astaga, betapa nolep dan menyedihkannya suratan hidup yang digariskan pada spesies ini. Dah lah.
Aphid betina adalah spesies yang independent woman, karena mampu menghasilkan keturunan tanpa kehadiran pejantan dan umumnya dapat menarik semut untuk melindunginya karena cairan manis (halaman 160). You go, girl! Predator alaminya yaitu kepik ladybug dan belalang sembah, yah, mungkin mereka itu semacam emak-emak tradisional dan pemuka agama bagi para feminis liberal ini #eh. Selain aphid betina, ada kutu persik betina (perusak daun Muzus persicae/aphis tembakau) yang mampu menghasilkan keturunan tanpa pejantan. Mereka mungkin dapat berteman baik dengan tungau perusak Acarina (halaman 187) yang mana telurnya "yang tak dibuahi menjadi pejantan haploid yang tetap bekemampuan menghasilkan generasi biseksual" :v
Membaca buku ini seperti belajar Biologi lagi, membuat takjub dan mengapresiasi jerih payah para peneliti sehigga bisa terhimpun pengetahuan mengenai banyaknya spesies pengganggu tanaman. Mengetahui jumlah mereka yang demikian banyaknya pun memahamkan bahwa bercocok tanam itu sesungguhnya rumit, apalagi kalau skala besar. Sebagian media cenderung memperlihatkan hasil yang bagus-bagus saja untuk memotivasi orang berkebun dengan mengoptimalkan sumber-sumber daya yang tersedia, di sisi lain ada juga berita-berita mengenai derita petani yang gagal panen dan sebagainya. Memang tiap-tiap kerusakan yang dibuat hama penyakit itu ada pengendaliannya, tapi orang mesti tekun melakukannya atau mengalami kerugian. Bahkan virus penyebab penyakit ada yang tidak bisa dihilangkan, tapi menetap tersembunyi dalam tanah menanti inang untuk dijangkiti.
Kalau boleh saya kaitkan dengan penyucian jiwa, mengibaratkan tanaman sebagai manusia sedang hama penyakit berupa pikiran toxic, hasrat buruk, emosi negatif, dan sifat jahat lainnya, maka hal-hal tersebut ada juga pengendaliannya mau dengan cara agamis atau sekuler sebagaimana ada cara mekanis, kimiawi, dan budidaya. Kalau dalam buku mengenai cognitive behavioural therapy, istilahnya adalah psychological gardening. Namun manusia itu sendiri sebagai yang dijangkiti sekaligus yang harus menjadi avatar pengendali kudu awas sewaktu-waktu, aktif menerapkan berbagai cara yang ada itu. Jangan sampai lalai. Berkebun luar dalam.Yah, berkebun hanya satu dari beberapa aktivitas lain yang bisa menjadi refleksi dalam mengelola kehidupan batin. Dengan menjahit, misalnya, belajar pula menambal lubang-lubang di hati, membuatnya tetap fungsional bahkan lebih menarik seperti patchwork, eaaa ....
Juga, gambar hama penyakit yang berupa bercak-bercak atau bintil-bintil kadang mengingatkan pada karya manusia yang suka menghias-hias, misalkan membuat motif atau pola pada suatu bidang, menempel-nempelkan stiker kecil di permukaan apa, dan seterusnya. Gejala atau kerusakan yang ditimbulkan hama penyakit ini pun tampak sebagai suatu karya seni, contoh jelasnya mungkin dapat berupa ulat dengan bulu warna-warni yang mentereng atau motif "batik" pada permukaan daun, padahal itu sebetulnya mengganggu produktivitas tanaman. Demikian karya seni buatan manusia ada yang lahir dari jiwa rusak dan terganggu. Atau, orang lebih memilih untuk menekuni seni ketimbang menghasilkan buah cipta lain yang manfaatnya lebih jelas. Eh, entah apa memang boleh dimaknai demikian atau asal main kait saja ini :v Namun itulah alam. Mungkin kita tidak bisa membasminya sampai habis sama sekali, hanya bisa mengendalikannya agar tidak melampaui ambang batas. Biarkanlah ada sedikit ruang untuk "seni", tapi utamakan produktivitas yang jelas-jelas bermanfaat.
Dipikir lagi, memang tidak bisa secara membabi buta mengaitkan pengendalian hama penyakit tanaman dengan kelola batin. Penyakit hati seperti sombong, misalnya, mesti diberantas habis sebab setitik saja jadi penghalang ke surga. Barulah yang seperti iri, masih diperbolehkan dengan memperhatikan "ambang batas" yaitu hanya iri kepada orang-orang tertentu sebagai motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Saya membaca buku ini di Ipusnas, tidak ada TOC per bagian. Rasanya lebih enak dan nyaman jika memiliki versi fisik buku ini supaya mudah membukai halamannya langsung ke indeks mencari sesuai keperluan. Namun sepertinya buku ini baru betul-betul berguna bagi yang giat, tekun, dan serius berkebun aneka macam tanaman apalagi kalau berskala besar. Karena saya berkebun masih skala kecil-kecilan (lebih tepatnya lagi, mini-minian), maka saya hanya mencatat petunjuk-petunjuk praktis serta gangguan-gangguan yang relevan atau telah saya temukan dalam pengalaman saya yang masih sangat terbatas, yang kiranya masih dapat ditangani dengan cara-cara sederhana berupa perangkap kuning serta pestisida nabati buatan sendiri dari bahan-bahan yang mudah ditemukan (: bawang putih, cabai, jahe, daun dan buah muda pepaya, merica, daun tomat). Namun buku ini masih memberi saya "PR" untuk mencari sendiri cara-cara membuatnya.
Minggu, 01 Januari 2023
Laporan Pembacaan Buku (dan Semacamnya) 2022
Menurut Goodreads, sepanjang 2022, saya membaca 68 buku--16 buku lebih banyak daripada yang ditargetkan, yaitu 52 (1 minggu/buku). Sebetulnya, ada lebih banyak buku. Cuma, sejak di Goodreads tidak bisa manually add book lagi tapi ada prosedur baru yang bagi saya sementara ini terasa ribet, buku-buku lainnya itu saya tuliskan pembacaannya di blog saja, berikut daftarnya (menurut yang terakhir dibaca):
Nakayoshi Gress! Edisi 1 September 2003
BAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN (EYD)
Apresiasi & Proses Kreatif Menulis Puisi
Seri Asyiknya Berbahasa: Ayo Menulis Puisi
Wono Weenie Have Fun with Japanese
PEDOMAN UMUM PEMBENTUKAN ISTILAH
Mungkin ada di antaranya yang tidak betul-betul dapat dikategorikan sebagai buku? :-/
Selain itu, ada juga yang betul-betul bukan "buku", yaitu majalah, skripsi, termasuk diary SMP :v
Pembacaan semuanya itu saya bagikan di blog satunya.
A Study of Arnold Bennett’s The Old Wives’ Tale
Gadis Nomor 21/XXX/6 – 15 Agustus 2002
Gadis Nomor 20/XXX/26 Juli – 6 Agustus 2002
Gadis Nomor 18/XXX/5 – 15 Juli 2002
Jadi total ada 79 buku, 3 majalah, dan 1 skripsi. Kalau dirata-ratakan, berarti ada 1-2 judul bacaan cukup tebal (rata-rata di Goodreads 261 halaman)/minggu.
Untuk 2023, sementara ini, saya menargetkan untuk membaca 5 buku berbeda dalam 1 hari, muhahaha, pada waktu yang berbeda-beda, tentunya: 4 x 15 menit + 1 sesi tambahan yang dapat berubah-ubah durasinya.
Sebetulnya, ini trik untuk menggenjot stamina baca buku saya yang mulai redup :-(
Sebelumnya, saya kuat membaca 1 buku selama 1 jam nonstop. Belakangan, dalam 1 jam itu, saya membaca beberapa buku sekaligus. Selain itu, panjang juga daftar buku yang baru saya baca awalnya saja, atau sampai sekitar pertengahan lah, tapi terhenti.
Apalagi sejak saya mendapat karunia tak terduga berupa tablet baru, yang di samping lebih update juga ukuran layarnya lebih besar daripada tablet yang lama, sehingga saya tidak hanya dapat kembali membaca di Ipusnas dengan nyaman, tapi juga dapat menonton YouTube dan menyusun kata-kata di Duolingo dengan jauh lebih nyaman! Persaingan yang ketat! Nafsu membaca buku pun terkikis, digantikan dengan tontonan dan mainan yang lebih menstimulasi.
Karena itulah, perlu dipaksakan lagi untuk mengutamakan baca buku sebelum aktivitas-aktivitas selainnya. Kenapa? Karena perintah pertama adalah "Bacalah!" bukanlah "Tontonlah!" atau "Bersih-bersihlah!" atau apalah, wkwkwk. Yah, entahlah apakah membaca buku benar-benar masih aktivitas yang bermanfaat. Sedikitnya, dengan membaca buku saya terpantik untuk tetap menulis walaupun hanya berupa review di Goodreads dan blog. Kalaupun saya masih membacai buku-buku seputar kepenulisan juga yang berhubungan dengan ide-ide cerita, itu untuk pelesir saja keluar sejenak dari tema-tema dalam kehidupan sehari-hari dan meluaskan wawasan :'D
(Tulisan ini dimaksudkan untuk ikut me-review "2022 on Goodreads", tapi ternyata sudah tidak bisa juga. Why, Goodreads, whyyy??? :-@)
Banyak Dibuka
-
“ Du ” (“ You ” dalam bahasa Inggris) adalah lagu yang dibawakan oleh Peter Maffay, seorang musisi Jerman. Lagu ini menjadi hit terbesar d...
-
Gambar dari situs web Pustaka Yayasan Obor Indonesia . Penulis : Bahagia, SP., MSc. Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta ISBN ...
-
Perkenalan dimulai waktu SMA, lewat novel 1984 yang dipinjam dari perpustakaan sekolah. Kondisi buku tersebut sudah tidak begitu bagus. Di ...
-
Penulis : Fachruddin M. Mangunjaya Penerbit : Yayasan Obor Indonesia atas bantuan Bank Dunia ( The World Bank ) dan Conservation Internat...
-
Tersebutlah kisah sepasang suami istri. Sang suami dikenal sebagai seorang suami yang berperasaan. Dia mau membantu istrinya mengerjakan ...
-
Di rumah ada seekor kucing betina. Dia lahir dari seekor kucing betina liar yang kawin dengan salah seekor kucing jantan yang dipelihara d...
-
...sebelumnya ada Makam Kristen, Makam Batak, dan Makam China... Makam Freemason Kami menemukan dua makam dengan simbol Freemason yai...
-
Buku Sejarah dan Sejarawan yang ditulis oleh Prof. Dr. Nugroho Notosusanto dan diterbitkan oleh PN Balai Pustaka ini tebalnya hanya 24 h...
-
Malam pergantian tahun, sudah kutetapkan resolusi. Salah satunya adalah membantu orang lain. Mulai tahun depan tidak akan ada lagi yang bila...
-
Pada 13 – 16 Oktober 2010, saya berkesempatan untuk pulang ke Bandung. Tak sedikit sesuatu menarik yang saya temu dan alami selama di sana....
Pembaruan Blog Lain
-
Tempo Nomor 24/XXXI/12 – 18 Agustus 2002 (Edisi Khusus 100 Tahun Hatta) - ISSN : 0126-4273 Rp 17.500 Mohammad Hatta adalah pahlawan nasional favorit saya karena selain sama-sama kutu buku, ada banyak anekdot… Read more Tempo Nomo...6 hari yang lalu
-
Batasan - Hari ini akan kuterima batas-batasku. Hari ini akan kutetapkan batas-batas dalam kehidupanku. Hanya karena keluargaku hidup dalam kekacauan, bukan berarti ...2 tahun yang lalu
-
Menjaga Prasyarat Hidup Bersatu - *Komitmen persatuan, seperti yang disepakati pada 28 Oktober 1928, hadir dengan sejumlah prasyarat. Setelah 90 tahun berlalu, kini dibutuhkan penanda-penan...6 tahun yang lalu