Kamis, 07 Maret 2013

Whimsy


Tulisan di bawah ini enggak ada hubungannya dengan keong sebetulnya. Meski kalau boleh disambung-sambungkan, yeah, ini adalah perkara menyentuh sesuatu yang kayaknya mending enggak disentuh... 


Ia akan kembali menutup hari dengan perasaan bersalah. Seperti biasa. Pada kedua orangtua, pada dosen pembimbingnya, pada bude dan pakdenya, pada banyak lagi yang ia kenal, yang mengharapkannya untuk segera meraih gelar sarjana.

Toh hari itu pun ia buka dengan perasaan yang sama. Ragu apakah hari itu akan mengerjakannya, ingin mengerjakannya.

Salat subuh dirapel salat duha. Kepalanya berat. Beberapa malam ini ia menunggu seseorang di Yahoo Messenger. Subuh sudah dekat, orang tersebut tidak kunjung online. Ia pun menyerah.

Orang itu, satu-satunya orang yang menekankan padanya untuk segera menyelesaikan, karena orang itu sendiri tidak menyelesaikan.

Sesungguhnya ia ingin orang itu menemaninya lagi semalaman, mengerjakan dengan seolah-olah di bawah pengawasan.

Skripsi. Ia bergidik tiap kali ingat tenggat. Bulan depan. Oh. Bulan depan. Mengingat sebulan lebih yang telah berlalu, yang telah disia-siakan, ia menyurukkan kepala semakin dalam ke bantal.

Setelah menyapu lantai bawah selama kurang lebih sejam, ia terdampar kembali di kasur. Tidurnya selalu berbunga. Azan zuhur membangkitkannya. Ia mengayuh sepeda sekian belas menit jaraknya, untuk membeli sayur dan lauk.

Lalu ia duduk kembali di kursinya yang dapat berputar, di balik meja cokelatnya yang lebar. Tidak lama lagi ia ingin menonton Cepot di STV. Ia merasa-rasa apa yang ia ingin kerjakan untuk mengisi jeda. Skripsi? Tidak. Seperti tersengat listrik tangannya saat menyentuh berkas-berkas itu, seperti dicolok tikus matanya saat melahap rentetan data itu, seperti terpentung gada kepalanya saat mengingat tanggungan yang tidak kunjung diselesaikan itu.

Maka ia memilih untuk menghitung halaman dari cerpen-cerpen dalam buku yang ia ingin pelajari. Ia menyalin pengarang serta judul dari cerpen-cerpen dengan jumlah halaman yang singkat ke buku tulis, lengkap dengan nomor halaman. Ia tuliskan juga apa yang bisa ia lakukan setelah mengunyah cerpen-cerpen tersebut.

Beberapa menit lagi sebelum pertemuan dengan Cepot. Di seberang TV ia memindai halaman demi halaman sebuah majalah mini. Petruk dengan rambut tergerai dan kopiah muncul di layar. Semar. Cepot. Mereka membicarakan soal Tangkuban Perahu dalam bahasa Sunda. Ia tidak paham per kata, tapi maksud yang ia tangkap telah dapat menghiburnya.

Lalu ia duduk kembali di kursinya yang dapat berputar, di balik meja cokelatnya yang lebar.  Ia merasa ingin menuliskan apa yang membayanginya saat menyapu pagi tadi. Ia keluarkan bundelan kertas A5 berhiaskan tulisan tangannya. Sesorean itu ia membuat bundelan tersebut bertambah tebal beberapa lembar. Comot awal dari Drop Out, kelanjutannya comot dari The Little Prince, lalu The Perks of Being Wallflower dan It’s Kind of a Funny Story, maka berikutnya masukkan unsur dari Welcome to the N. H. K., lantas Fight Club, tambah Norwegian Wood… hingga bagian di mana The Catcher in the Rye bakal berpendar. What a parody! Ia terkekeh. Ia hanya sedang menyarikan unsur-unsur dari berbagai karya yang telah ada, yang menyuarakan angst dalam dirinya. Bagaimanapun unsur-unsur tersebut dapat menjadi bahan baginya untuk membahas masalah yang tengah ia alami. Ya. Alih-alih memecahkan masalah, ia lebih ingin membahas masalah tersebut dalam bentuk yang baru. Walau keduanya sama-sama perkara menulis.

Setelah magrib ia membuat beberapa tulisan lagi setelah hiatus sekian hari, sebagai latihan atau sebagai mainan, ia tidak dapat memastikan. Yang jelas adakah skripsi sebagai latihan atau sebagai mainan? Karena ia belum puas berlatih lagipun bermain. Ia tidak tahu sampai kapan dan untuk apa—apa berguna? Ia tidak mau tahu, pun tidak mau memendam kepercayaan. Ia ingin menulis yang bagus, tapi yang ia bisa torehkan hanya keburukan tentang dirinya.

Tapi, sekarang, ia masih menulis. Laku yang menunjukkan bahwa ia tidak menyerah. Tapi bukan karena ia berani berambisi sehingga terus berusaha untuk menggapainya. Ia sekadar mengikuti dorongan. Lagipula apa yang ia tulis bukanlah apa yang seharusnya ia tulis. 11.06-11.51pm


anggap aja ngerjain latihan dari sini dan dari sini (sekaligus sumber gambar) 
walau enggak sesuai ketentuan hehehe

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...