Aku punya seekor makhluk. Hitam dan
berbulu halus. Seperti anjing. Tapi anjing itu haram, bukan. Biar matanya bulat
hitam. Hidungnya bulat hitam dan basah. Dengusan napasnya panas di buku-buku
jariku. Lidahnya pendek merah dan basah. Telinganya panjang dan lebar. Tubuhnya
sedikit lebih besar dari tangkupan kedua belah tanganku.
Aku mencengkeramnya. Matanya terpejam.
Lidahnya terjulur. Aku regangkan cengkeramanku. Matanya terbuka. Memantulkan
sosok diriku. Aku mencengkeramnya lagi.
Jemariku menyeruak bulu-bulunya yang pendek pada kepalanya yang bulat.
Aku mendekapnya di bahuku. Menopang pantatnya dengan sebelah tanganku,
sedangkan sebelah lagi tanganku melahap panas tubuhnya. Aku namakan dia Tommy.
“Kakak, aku juga pingin pegang Tommy,”
rengek adikku.
“Enggak boleh,” kataku.
“Aku juga pingin pegang Tommy…” matanya
seperti mata Tommy, tapi mulai berkaca-kaca.
“Cari aja piaraan sendiri.”
“Kakaaak…”
Aku tidak akan melepaskan Tommy pada
siapapun, apalagi pada tangan ceroboh adikku. Tommy adalah milikku. Hanya
milikku. Tidak ada makhluk yang menyamainya di dunia ini. Ia satu-satunya. Adalah
suatu kesalahan membiarkan adikku sampai mengetahuinya. Lalu adikku akan
mengadu pada orang-orang lain di rumah ini…
Maafkan aku Tommy, maafkan aku karena lupa mengunci pintu kamarku.
Hingga tangan adikku mengotorimu.
Tommy, misteri. Tidak hanya adikku,
bahkan orang yang menulis ini ingin tahu bagaimana aku mendapatkanmu, apa yang
akan lakukan pada adikku yang terlanjur mengetahui keberadaanmu. Aku tidak akan
bilang. Aku akan biarkan orang itu kebingungan mengakhiri cerita ini.
<<#waktuhabis!>>
sekadar ngerjain latihan dari sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar