Selasa, 09 Oktober 2012

klise


Pada suatu hari kamu mendatangiku lagi. Tersadar aku kamu duplikat pangeran berkuda-putihku, tanpa gelar pangeran, tanpa kuda putih, dengan kontras. Orang bilang aku langit kamu bumi. Aku putri kamu proletar. Teori demi teori mencuat untuk menjelaskan kesenanganku akan kamu. Buat apa sih, kan cinta itu buta? Kan kisah kita sebuah klise, Sayang. Seolah aku dan kamu akan bersama dan berbahagia untuk selama-selamanya. Tidak ada yang perlu diceritakan dari kita.

Tapi orang-orang senang mengamati. Orang-orang senang mengomentari. Orang-orang membutuhkan rasa iri. Mereka meninjau kita. Mereka mempelajari kita. Mereka menyinggung-nyinggung kita. Tapi kita tak peduli. Karena kisah aku dan kamu sebuah klise, Sayang. Tidak ada yang perlu diurusi. Kita akan senang senantiasa selama…

….kenapa kamu pikir akan selama-lamanya? Kan tadi aku pakai kata “seolah”? Oh. Ini mulai serius. Ini mulai tidak klise. Ketika diri kita digali, untuk menjelaskan kenapa aku menerima kamu, untuk mengungkapkan kenapa kamu begitu ingin memilikiku. Hubungan kita bukan sekadar asmara remaja.

Hal-hal klise itu, kenapa aku tidak boleh sekadar mengalaminya dalam realitaku? Toh beda rasanya antara menikmati itu dalam film atau novel dengan mengalaminya sendiri. Klise, suatu kekeliruan kata pengarangku, pengarangmu. Karena ia ingin terus menggali ke dalam diri kita. Klise hanya permukaan. <<#waktuhabis!>>


pra NaNoWriMo 2012
sekadar ngerjain latihan dari sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Banyak Dibuka

Pembaruan Blog Lain