Rabu, 29 Februari 2012

Menulis secara Ilmiah Populer - Tinjauan Umum



Menulis adalah pekerjaan mulia apabila tulisan yang dihasilkan dapat mencerdaskan, menggugah minat, maupun membuka cakrawala baru bagi pembacanya. Sebagai jembatan antara laporan ilmiah yang ditujukan pada para ilmuwan dan bacaan sederhana yang ditujukan pada awam, idealisme tersebut dapat diwujudkan dengan membuat lalu mempublikasikan tulisan ilmiah populer.

Melalui buku Teknik Penulisan Ilmiah-Populer (Jakarta: PT Gramedia, 1980), Slamet Soeseno memberikan panduan bagi mereka yang berminat mendalami jenis tulisan ini. Mengingat buku ini diterbitkan pada lebih dari tiga dekade lampau, memang ada hal yang perlu disesuaikan dengan kemajuan teknologi kini. Namun selebihnya masih amat relevan untuk diterapkan.

Pengertian

Jika sebagian orang menganggap penulis sama dengan pengarang, Slamet Soeseno tidak berpendapat demikian. Penulis pun bukan sekadar orang yang menulis. Apa yang pengarang tuliskan merupakan hasil ciptaannya sendiri, sedang penulis adalah orang yang meringkas dan menggabungkan berbagai informasi sedemikian rupa sehingga tersusun menjadi tulisan yang baru lagi utuh.

Ilmiah dalam tulisan ilmiah populer tidak selalu berarti tulisan itu berupa hasil penelitian ilmiah, melainkan bisa pula pengalaman nyata dan pengamatan biasa, yang disajikan dengan metode ilmiah.

Ciri khas tulisan yang disusun dengan metode ilmiah, atau “dirasa” bersifat ilmiah, adalah objektif dan mendalam. Objektif berarti tulisan tersebut didukung informasi yang sudah teruji kebenarannya dengan data pengamatan yang tidak subjektif. Mendalam berarti informasi dalam tulisan tersebut dinalar dan dianalisis sehingga dapat menjelaskan “mengapa” dan “bagaimana” dari hal yang dikaji. Tiap kalimat hendaknya menjawab pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana” yang dituai kalimat sebelumnya. Penalaran juga harus dilakukan secara hati-hati, jangan sampai kita asal mengambil kesimpulan.

Populer berarti mengatakan sesuatu yang akrab atau disukai orang kebanyakan karena menarik dan mudah dipahami. Tulisan ilmiah populer enak dibaca karena bahasanya teratur, lancar, tepat, santun, serta menyederhanakan persoalan. Suatu persoalan dapat disederhanakan apabila penulis sudah memiliki pengertian yang jernih terhadap bacaan yang hendak ia tulis ulang. Karena itu, ia harus memahami betul bahkan membaca berulang kali sumbernya.

Persiapan

Ada sejumlah hal yang perlu disiapkan sebelum membuat tulisan ilmiah populer seperti penelaahan tema, penentuan pola penggarapan dan jenis penuturan, serta pencarian dan pengumpulan informasi.

Tema merupakan arah bagi penulis untuk merumuskan pikiran, mengumpulkan bahan, hingga mengerjakan penulisan. Tema penting untuk dipatuhi. Dalam sayembara penulisan misalnya, tulisan akan disisihkan apabila tidak sesuai dengan tema. Tema juga membatasi persoalan yang hendak dibahas. Ini tidak hanya memudahkan penulis, namun penulis juga dapat membahas persoalan tersebut secara lebih mendalam.

Tema dapat diolah melalui pola-pola tertentu, yaitu pemecahan topik, masalah dan pemecahannya, kronologi, pendapat dan alasan pemikiran, serta pembandingan. Dalam pemecahan topik, topik yang berada dalam lingkup tema dibagi menjadi subtopik-subtopik. Masing-masing subtopik lalu dianalisis. Dalam masalah dan pemecahannya, masalah dikemukakan terlebih dulu lalu dianalisis pemecahannya. Kronologi berarti menceritakan sesuatu berdasarkan urutan kejadian lalu dijelaskan salah satu aspeknya secara lebih mendalam. Pendapat dan alasan pemikiran berarti mengemukakan pendapat dengan disertai bukti yang mendukungnya. Sedang pembandingan berarti mengemukakan persamaan dan perbedaan antara dua hal atau lebih.

Dari macam-macam pola penggarapan tersebut, ada beberapa cara untuk menuturkannya yaitu deskripsi (gambaran tertulis), narasi (kisah), eksposisi (penjabaran), dan argumentasi (penyajian alasan).

Berdasarkan pengertian dari “penulis” sebagaimana yang telah diungkapkan di awal, literatur dan informasi yang dikandungnya merupakan elemen paling esensial dalam tulisan. Jika pada masa buku ini diterbitkan, informasi ditelusuri dengan penunjuk literatur (berupa kartu indeks, katalog, dan semacamnya) atau melanggan servis informasi yang disediakan badan tertentu, di zaman sekarang kita sudah sangat dimudahkan oleh internet. Sudah jadi rahasia umum bahwa teknologi ini memungkinkan tugas-tugas akademis, yang notabene tulisan “ilmiah”, bisa dihasilkan hanya dengan menekan Ctrl+C lalu Ctrl+V.

Lupakan rumus rendahan itu, Kawan, mari kita teladani kearifan orang zaman dulu menelusuri juga sumber noninternet serta membiasakan diri membuat catatan. Sari dari apa yang kita baca dapat dituliskan kembali dengan berbagai cara. Kita dapat mengutipnya langsung, menuliskannya kembali dengan kata-kata kita sendiri (parafrase), mencantumkan pokok dan atau subpokoknya saja (outlining), atau membuat ringkasan.

Membuat kutipan langsung memang paling mudah, sekaligus bikin kentara kalau itu hasil jiplakan begitu kita mencantumkannya dalam tulisan kita. Menurut Slamet Soeseno, cara paling ideal adalah parafrase. Jika kita belum mahir, kita dapat melatih diri dengan membuat ringkasan dulu. Ringkasan juga dibuat dengan menggunakan kata-kata kita sendiri, namun pokok informasi yang dimuat lebih banyak dari parafrase yang hanya berasal dari gagasan atau suatu pernyataan saja.

Membaca efektif dan efisien

Seringnya kita membaca karena sekadar tertarik dengan suatu bacaan dan ingin tahu apa yang terkandung dalam bacaan tersebut. Ini jelas memperluas wawasan dan membentuk pemikiran kita. Pun ketika kita ingin mengungkapkan sesuatu, kita bisa merujuk pada sesuatu yang pernah kita baca yang relevan.

Begitupun ketika kita hendak mengungkapkan sesuatu dalam bentuk tulisan yang resmi, tulisan ilmiah populer misalnya. Jika peneliti harus mengkaji kebenaran sesuatu dengan seperangkat metode penelitian, maka penulis cukup melakukannya dengan mengumpulkan banyak bacaan.  Namun jika kita membaca setumpuk bahan tersebut dengan cara biasa, itu akan menghabiskan waktu, atau bahkan kita tidak akan punya cukup waktu. Apalagi jika ada tenggat penyelesaian tulisan. Karena itu, membaca secara efektif dan efisien merupakan teknik yang harus dikuasai oleh penulis.

Secara umum, membaca secara efektif dan efisien berarti membaca secara selektif. Kita tidak membaca kata per kata, melainkan berusaha menemukan kelompok kata yang dapat membentuk konsep atau gambaran tertentu dalam kepala kita. Dengan demikian, kita mengetahui apakah bacaan tersebut akan berguna bagi kita atau tidak. Dalam artikel koran contohnya, kita cukup membaca judul dan beberapa alinea pertama saja untuk dapat menerka keseluruhan isi tulisan. Dalam ilmu jurnalistik, ini dikenal dengan prinsip piramida terbalik. Kalau dalam buku, kita cukup memindai daftar isi, pendahuluan atau kata pengantar (bukan kata sambutan), maupun indeks.

Untuk itu, tentu saja kita mesti tahu terlebih dulu apa yang hendak kita tulis. Ini yang menjadi petunjuk agar kita mengambil sumber yang betul-betul kita perlukan dalam menunjang gagasan kita.

Lainnya

Tulisan ilmiah populer berarti menyajikan informasi ilmiah secara ringan. Feature merupakan bentuk yang tepat untuk itu. Ada empat elemen penting dalam feature yang harus diperhatikan agar tulisan tersebut menarik yaitu judul (harus mencerminkan tema), pendahuluan (harus memancing minat), tubuh utama (harus dinamis), serta penutup (bergaya pamit). Dalam bab tentang kajian ini, Slamet Soeseno memberi contoh untuk tiap-tiap elemen tersebut, mulai dari yang agak menipu, kedodoran, biasa saja, hingga dibubuhi humor di sana-sini.

Bab-bab selanjutnya dalam buku setebal 116 halaman ini menjurus pada hal-hal yang semakin teknis seperti bagaimana menata bahasa (kata, kalimat, hingga alinea) agar ringkas tapi jelas serta lengkap dan teliti lagi memikat, tata krama dalam penulisan, memilih ilustrasi yang signifikan beserta uraian yang “mengundang”, hingga menyerut tulisan.

Tulisan ilmiah populer bisa saja mengandung kritik, namun kritik mengenai apa yang salah dan bukan siapa yang salah. Dan jangan sampai kritik, maupun dukungan apalagi pemaksaan kehendak, memakan porsi hingga tiga per empat bagian tulisan sehingga tulisan jadi tidak berasa ilmiah lagi.

Spekulasi haruslah dihindari, begitupun terlalu banyak seloroh, karena unsur ini lebih cocok dimasukkan dalam kolom ketimbang tulisan ilmiah populer. Meski demikian, humor ala komedian tetap merupakan unsur yang hendaknya dimiliki penulis dalam kadar yang tepat. Justru inilah yang menjadi salah satu daya tarik tulisan.


dari Teknik Penulisan Ilmiah-Populer oleh Slamet Soeseno (Jakarta: PT Gramedia, 1980)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Banyak Dibuka

Pembaruan Blog Lain