Menulis adalah pekerjaan mulia apabila
tulisan yang dihasilkan dapat mencerdaskan, menggugah minat, maupun membuka
cakrawala baru bagi pembacanya. Sebagai jembatan antara laporan ilmiah yang
ditujukan pada para ilmuwan dan bacaan sederhana yang ditujukan pada awam,
idealisme tersebut dapat diwujudkan dengan membuat lalu mempublikasikan tulisan
ilmiah populer.
Melalui buku Teknik Penulisan
Ilmiah-Populer (Jakarta: PT Gramedia, 1980), Slamet Soeseno memberikan panduan
bagi mereka yang berminat mendalami jenis tulisan ini. Mengingat buku ini
diterbitkan pada lebih dari tiga dekade lampau, memang ada hal yang perlu
disesuaikan dengan kemajuan teknologi kini. Namun selebihnya masih amat relevan
untuk diterapkan.
Pengertian
Jika sebagian orang menganggap penulis
sama dengan pengarang, Slamet Soeseno tidak berpendapat demikian. Penulis pun
bukan sekadar orang yang menulis. Apa yang pengarang tuliskan merupakan hasil
ciptaannya sendiri, sedang penulis adalah orang yang meringkas dan
menggabungkan berbagai informasi sedemikian rupa sehingga tersusun menjadi
tulisan yang baru lagi utuh.
Ilmiah dalam tulisan ilmiah populer
tidak selalu berarti tulisan itu berupa hasil penelitian ilmiah, melainkan bisa
pula pengalaman nyata dan pengamatan biasa, yang disajikan dengan metode
ilmiah.
Ciri khas tulisan yang disusun dengan
metode ilmiah, atau “dirasa” bersifat ilmiah, adalah objektif dan mendalam.
Objektif berarti tulisan tersebut didukung informasi yang sudah teruji
kebenarannya dengan data pengamatan yang tidak subjektif. Mendalam berarti
informasi dalam tulisan tersebut dinalar dan dianalisis sehingga dapat
menjelaskan “mengapa” dan “bagaimana” dari hal yang dikaji. Tiap kalimat
hendaknya menjawab pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana” yang dituai kalimat
sebelumnya. Penalaran juga harus dilakukan secara hati-hati, jangan sampai kita
asal mengambil kesimpulan.
Populer berarti mengatakan sesuatu yang
akrab atau disukai orang kebanyakan karena menarik dan mudah dipahami. Tulisan
ilmiah populer enak dibaca karena bahasanya teratur, lancar, tepat, santun,
serta menyederhanakan persoalan. Suatu persoalan dapat disederhanakan apabila
penulis sudah memiliki pengertian yang jernih terhadap bacaan yang hendak ia
tulis ulang. Karena itu, ia harus memahami betul bahkan membaca berulang kali
sumbernya.
Persiapan
Ada sejumlah hal yang perlu disiapkan
sebelum membuat tulisan ilmiah populer seperti penelaahan tema, penentuan pola
penggarapan dan jenis penuturan, serta pencarian dan pengumpulan informasi.
Tema merupakan arah bagi penulis untuk
merumuskan pikiran, mengumpulkan bahan, hingga mengerjakan penulisan. Tema
penting untuk dipatuhi. Dalam sayembara penulisan misalnya, tulisan akan
disisihkan apabila tidak sesuai dengan tema. Tema juga membatasi persoalan yang
hendak dibahas. Ini tidak hanya memudahkan penulis, namun penulis juga dapat
membahas persoalan tersebut secara lebih mendalam.
Tema dapat diolah melalui pola-pola
tertentu, yaitu pemecahan topik, masalah dan pemecahannya, kronologi, pendapat
dan alasan pemikiran, serta pembandingan. Dalam pemecahan topik, topik yang
berada dalam lingkup tema dibagi menjadi subtopik-subtopik. Masing-masing
subtopik lalu dianalisis. Dalam masalah dan pemecahannya, masalah dikemukakan
terlebih dulu lalu dianalisis pemecahannya. Kronologi berarti menceritakan
sesuatu berdasarkan urutan kejadian lalu dijelaskan salah satu aspeknya secara
lebih mendalam. Pendapat dan alasan pemikiran berarti mengemukakan pendapat
dengan disertai bukti yang mendukungnya. Sedang pembandingan berarti mengemukakan
persamaan dan perbedaan antara dua hal atau lebih.
Dari macam-macam pola penggarapan
tersebut, ada beberapa cara untuk menuturkannya yaitu deskripsi (gambaran
tertulis), narasi (kisah), eksposisi (penjabaran), dan argumentasi (penyajian
alasan).
Berdasarkan pengertian dari “penulis”
sebagaimana yang telah diungkapkan di awal, literatur dan informasi yang
dikandungnya merupakan elemen paling esensial dalam tulisan. Jika pada masa
buku ini diterbitkan, informasi ditelusuri dengan penunjuk
literatur (berupa kartu indeks, katalog, dan semacamnya) atau melanggan servis
informasi yang disediakan badan tertentu, di zaman sekarang kita sudah sangat
dimudahkan oleh internet. Sudah jadi rahasia umum bahwa teknologi ini
memungkinkan tugas-tugas akademis, yang notabene tulisan “ilmiah”, bisa
dihasilkan hanya dengan menekan Ctrl+C lalu Ctrl+V.
Lupakan rumus rendahan itu, Kawan, mari
kita teladani kearifan orang zaman dulu menelusuri juga sumber noninternet
serta membiasakan diri membuat catatan. Sari dari apa yang kita baca dapat
dituliskan kembali dengan berbagai cara. Kita dapat mengutipnya langsung,
menuliskannya kembali dengan kata-kata kita sendiri (parafrase), mencantumkan
pokok dan atau subpokoknya saja (outlining),
atau membuat ringkasan.
Membuat kutipan langsung memang paling
mudah, sekaligus bikin kentara kalau itu hasil jiplakan begitu kita
mencantumkannya dalam tulisan kita. Menurut Slamet Soeseno, cara paling ideal
adalah parafrase. Jika kita belum mahir, kita dapat melatih diri dengan membuat
ringkasan dulu. Ringkasan juga dibuat dengan menggunakan kata-kata kita sendiri,
namun pokok informasi yang dimuat lebih banyak dari parafrase yang hanya
berasal dari gagasan atau suatu pernyataan saja.
Membaca
efektif dan efisien
Seringnya kita membaca karena sekadar
tertarik dengan suatu bacaan dan ingin tahu apa yang terkandung dalam bacaan
tersebut. Ini jelas memperluas wawasan dan membentuk pemikiran kita. Pun ketika
kita ingin mengungkapkan sesuatu, kita bisa merujuk pada sesuatu yang pernah
kita baca yang relevan.
Begitupun ketika kita hendak
mengungkapkan sesuatu dalam bentuk tulisan yang resmi, tulisan ilmiah populer
misalnya. Jika peneliti harus mengkaji kebenaran sesuatu dengan seperangkat
metode penelitian, maka penulis cukup melakukannya dengan mengumpulkan banyak
bacaan. Namun jika kita membaca setumpuk
bahan tersebut dengan cara biasa, itu akan menghabiskan waktu, atau bahkan kita
tidak akan punya cukup waktu. Apalagi jika ada tenggat penyelesaian tulisan.
Karena itu, membaca secara efektif dan efisien merupakan teknik yang harus
dikuasai oleh penulis.
Secara umum, membaca secara efektif dan
efisien berarti membaca secara selektif. Kita tidak membaca kata per kata,
melainkan berusaha menemukan kelompok kata yang dapat membentuk konsep atau
gambaran tertentu dalam kepala kita. Dengan demikian, kita mengetahui apakah
bacaan tersebut akan berguna bagi kita atau tidak. Dalam artikel koran
contohnya, kita cukup membaca judul dan beberapa alinea pertama saja untuk
dapat menerka keseluruhan isi tulisan. Dalam ilmu jurnalistik, ini dikenal
dengan prinsip piramida terbalik. Kalau dalam buku, kita cukup memindai daftar
isi, pendahuluan atau kata pengantar (bukan kata sambutan), maupun indeks.
Untuk itu, tentu saja kita mesti tahu
terlebih dulu apa yang hendak kita tulis. Ini yang menjadi petunjuk agar kita
mengambil sumber yang betul-betul kita perlukan dalam menunjang gagasan kita.
Lainnya
Tulisan ilmiah populer berarti
menyajikan informasi ilmiah secara ringan. Feature merupakan bentuk yang tepat
untuk itu. Ada empat elemen penting dalam feature yang harus diperhatikan agar
tulisan tersebut menarik yaitu judul (harus mencerminkan tema), pendahuluan
(harus memancing minat), tubuh utama (harus dinamis), serta penutup (bergaya
pamit). Dalam bab tentang kajian ini, Slamet Soeseno memberi contoh untuk
tiap-tiap elemen tersebut, mulai dari yang agak menipu, kedodoran, biasa saja,
hingga dibubuhi humor di sana-sini.
Bab-bab selanjutnya dalam buku setebal
116 halaman ini menjurus pada hal-hal yang semakin teknis seperti bagaimana
menata bahasa (kata, kalimat, hingga alinea) agar ringkas tapi jelas serta
lengkap dan teliti lagi memikat, tata krama dalam penulisan, memilih ilustrasi
yang signifikan beserta uraian yang “mengundang”, hingga menyerut tulisan.
Tulisan ilmiah populer bisa saja
mengandung kritik, namun kritik mengenai apa yang salah dan bukan siapa yang
salah. Dan jangan sampai kritik, maupun dukungan apalagi pemaksaan kehendak,
memakan porsi hingga tiga per empat bagian tulisan sehingga tulisan jadi tidak
berasa ilmiah lagi.
Spekulasi haruslah dihindari, begitupun
terlalu banyak seloroh, karena unsur ini lebih cocok dimasukkan dalam kolom ketimbang
tulisan ilmiah populer. Meski demikian, humor ala komedian tetap
merupakan unsur yang hendaknya dimiliki penulis dalam kadar yang tepat. Justru
inilah yang menjadi salah satu daya tarik tulisan.
dari Teknik Penulisan Ilmiah-Populer oleh
Slamet Soeseno (Jakarta: PT Gramedia, 1980)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar