Jumat, 10 Desember 2010

Laporan Kunjungan ke Bentang, 6 April 2009

Pengantar: 
Karena di forum fiksi FLP Jogja kemarin saya bilang kalau saya menaruh liputan kunjungan forum fiksi ke penerbit, padahal baru yang ke Pro U doang, maka ini saya susul yang satunya lagi--kunjungan ke Bentang.

Senin, 6 April 2009, pada pukul 15.00 WIB adalah waktu yang ditentukan bagi para peminat kunjungan FLP Yogyakarta (selanjutnya disebut FLP YK) ke Penerbit Bentang Pustaka (selanjutnya disebut Bentang) untuk berkumpul di Masjid Kampus UGM. Bertolak dari masjid nan megah tersebut pada sekitar pukul 16.00 WIB, bersama-sama kami menuju ke Bentang yang terletak di sisi kanan Jalan Pandega Padma dari arah Ring Road Utara. Nomornya? Terpahat logo Bentang di dinding pagar rumah yang dijadikan markas penerbit novel ‘Laskar Pelangi’ tersebut. Jadi, asal tahu jalan saja, insya Allah kita tidak akan nyasar tanpa tahu nomornya pun. He..

Kami berangkat dengan komposisi sebagai berikut,

Akhwat: Mbak Ayu, Mbak Iwul, Bunda Ratu, Mbak Lilo (di tengah acara tiba-tiba datang padahal tak dijemput, pulangnya pun tak diantar... hooo..), Floweria, Isti, Dwi, dan saya (siapa memangnya saya?)

Ikhwan: Mas Hariz, Mas Ashif, Mas Anang, Helmi, Whisnu, Eko, Furqon, Asep, Lido, dan mungkin ada lagi beberapa yang tidak saya sebut namanya pun ingat wajahnya. Maaf... :p

Kami diterima oleh salah seorang editor tetap Bentang, yaitu Mbak Dewi. Setelah basa-basi pengantar dari Mas Hariz, Mbak Dewi pun memulai penjelasan singkatnya...

“Bentang itu dulunya majalah budaya yang didirikan pada tahun 1992. Kemudian pada tahun 2004, Bentang menjadi sebuah penerbit.”

Singkat, kan? Tentu saja tidak hanya ini rekaman dialog kami dengan Mbak Dewi.

Bentang kini telah menjadi salah satu lini di bawah penerbit Mizan. Lini-lini lainnya yaitu sebut saja c! Publishing, de el el [cuman ingat itu -.-;], dengan masing-masing lini itu punya ranahnya masing-masing. Bentang, misalnya, di ranah sastra. Namun demikian, Bentang tidak menutup diri hanya pada satu atau beberapa genra sastra.

Bentang memiliki tiga editor tetap dan lain-lainnya adalah editor freelance. Juga ada beberapa karyawan freelance yang mengurusi desain, bahasa, de el el. Tugas editor itu ngapain aja tho, Mbak? Setiap penerbit tidak selalu sama dalam hal memfungsikan editornya. Ada editor yang khusus mengurusi EYD, tata bahasa, dan semacamnya, yang disebut editior bahasa. Ada editor yang merangkap juga dalam hal pengemasan dan desain. Ada editor yang... macam-macam deh.

Hubungannya editor dengan naskah? Biasanya editor membutuhkan waktu dua sampai tiga bulan untuk mengedit. Naskah yang diterima biasanya membutuhkan waktu satu sampai dua bulan sampai dihasilkan keputusan untuk diterima. Jika sudah begitu, maka editor akan memanggil penulis dan mendiskusikan bagaimana naskah tersebut baiknya dikemas. Ada yang temanya bagus tapi tidak dikemas dengan baik. Ada yang sudah temanya tidak bagus pun cara mengemasnya juga. Kalau sudah begitu, naskahnya ya ditolaklah... Bagaimanapun, editorlah yang memahami bagaimana kemauan pasar. Tentu saja dalam menentukan bagaimana naskah tersebut akan dirilis, editor harus mendiskusikannya terlebih dulu pada penulis. Tabiat penulis itu macam-macam, ada yang ngeyel, ada juga yang penurut. Paling enak itu menghadapi penulis yang penurut (:P). Meski demikian, tidak menutup kemungkinan untuk tetap dilakukan diskusi.

Waktu yang diperlukan editor untuk mengurusi satu naskah itu relatif karena ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Misalnya, dalam urusan novel terjemahan, jika penerjemahannya sudah baik, maka itu akan mempermudah proses pengeditan. Tapi kalau sudah terjemahannya buruk, tata bahasanya kacau pula, tu akan menambah beban editor. Editor juga perlu mempertimbangkan makna yang terkandung dalam naskah; apakah bisa menimbulkan salah tafsir atau tidak. Naskah yang menyinggung SARA sampai saru tentu saja tidak akan dipilih.

Dalam menentukan naskah mana yang hendak digarap, ternyata editor itu tidak asal pilih loh. Selain pertimbangan selera pasar, ada form yang harus diisi sebagai bahan pertimbangan suatu naskah itu layak maju atau tidak. Form tersebut memuat poin-poin yang berhubungan dengan isi dan potensi naskah, di antaranya apa keistimewaan naskah tersebut. Meski demikian, tidak memungkiri tetap ada unsur subjektivitas editor dalam menentukan mana tema yang bagus dan mana yang tidak.

Penulis yang sudah punya nama tidak dijamin akan selalu lancar meloloskan naskahnya ke penerbit. Selain nama, penerbit tetap harus mempertimbangkan apakah naskah tersebut akan disambut baik oleh pasar atau tidak. Tema merupakan hal yang penting yang akan selalu diperhatikan dunia kepenerbitan.

Sebagai penerbit yang telah melejit, Bentang tidak hanya diam dan menunggu kiriman naskah melainkan juga aktif mencari naskah berkualitas yang layak untuk diterbitkan. Markas Bentang, selain di Yogyakarta, juga ada di Bandung dan Jakarta.

Sekarang ini, Bentang sedang mencari naskah dengan tema-tema sebagai berikut ini
Ø  cerita perjalanan/travelling
Ø  teenlit/cerita lucu
Ø  buku yang mengulas tentang hobi (bagusnya dibuat berseri)
Ø  cerita yang menginspirasi/memoir (masuk ke lini ‘laskar pelangi’)
Ø  huhu... apalagi yah?? [^-^;]

Ada yang berminat? Ah, pasti banyak deh... Bentang menunggu hasil torehan tinta kalian semua loh! Bentang mensyaratkan naskah yang hendak dikirimkan sebanyak minimal 200 halaman dengan spasi ganda.

Ayo teman-teman, kita banjiri Bentang dengan naskah-naskah karya kita! (X9)

Kunjungan ke Bentang diakhiri pada sekitar pukul 17.15 WIB. Koordinator Forum Fiksi (X9) menyerahkan suvenir berupa jam keramik dengan logo FLP YK namun mereka belum mengetahui kalau isinya demikian. Semoga saja isinya belum pecah ketika dibuka, amin!

Jadi, dengan demikian pada Kamis besok (9 April 2009) Forum Fiksi tidak ada karena sudah diganti dengan kunjungan ini.
Sekian, terima kasih.

NB:
Penulis menerima saran, kritik, konfirmasi, maupun tambahan informasi kalau-kalau apa yang telah dituliskan ternyata belum maupun tidak sesuai dengan seluruh kenyataan. Bagaimanapun tulisan ini dibuat hanya berdasarkan penggalian ingatan—kurang lebih lima jam setelah kunjungan... (X9)

Adapun dokumentasi gambar belum bisa di-upload karena... masih mencari-cari yang layak di-publish (gatau ada pa gak, he...Xp)

Maaf yah, tulisannya memang sudah kadaluarsa, tapi moga-moga saja masih bisa berguna... Hehehe...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar