Senin, 26 November 2018

(25)

Deraz kembali menyapa dan menegur Zahra. Tetapi gadis itu hanya mengangkat kepala sekilas lalu menunduk lagi dan menanggapi Deraz dengan gumaman. Ketika Deraz kembali menanyakan pelajaran, Zahra tidak tersenyum atau tersipu seperti biasanya. Pada jam istirahat, Deraz hendak membagi bekalnya, tetapi gadis itu malah permisi karena hendak mengikuti akhwat-akhwat DKM ke masjid untuk salat duha.

Deraz maklum ini gara-gara sikapnya yang belakangan.

Namun ketika Deraz berinisiatif untuk mengantar Zahra sampai ke gerbang sepulang sekolah, gadis itu tetap hampir-hampir tidak responsif. Zahra seperti sudah benar-benar memasang benteng untuk “jaga pandangan”.

Terpikir oleh Deraz untuk mengirim SMS pada Zahra di luar keperluan yang biasa. Mungkin ketika Deraz sedang mengerjakan PR atau mempersiapkan ulangan di rumah, ia bisa menanyakannya lewat SMS pada Zahra. Tetapi, biasanya itu cukup di sekolah. Lagi pula, kalau cuma dijelaskan lewat SMS memangnya bisa benar-benar mengerti? Bagaimana kalau menelepon sekalian? Tetapi rasanya aneh kalau tiba-tiba menelepon padahal biasanya tidak pernah, dan ini bukan urusan yang urgen pula.

Bagaimana kalau sekadar “hai, lagi apa?”? Tetapi, Deraz tidak pernah mengirimkan SMS iseng semacam itu pada siapa pun. Pasti memalukan.

Ia mengambil ponselnya berkali-kali, mengetikkan sesuatu pada kolom pesan, menghapusnya lagi, mengetik lagi, memasukkan nomor Zahra, menghapus lagi semuanya, menyingkirkan ponselnya jauh-jauh.

Dengan sikap Zahra yang begitu, Deraz menjadi segan untuk kembali mengangkat dagu gadis itu dengan pensil atau apa pun. Ia ingin melihat Zahra tersenyum lagi, tetapi bagaimana caranya? Apa kira-kira yang bakal Dean lakukan dalam keadaan seperti ini? Biasanya Dean pandai membuat orang tertawa.

Oh, tetapi tidak untuk Zahra. Dean bakal membuat Zahra cemberut maksimal. Deraz menyingkirkan Dean dari benaknya.

Kapan pun sempat, Deraz memandangi Zahra, berharap gadis itu menoleh, sehingga pandangan mereka bertumbuk. Tetapi ketika itu terjadi, dan Deraz tersenyum, Zahra malah menundukkan kepalanya dalam-dalam. Deraz ikut-ikutan menunduk karena ingin melihat apakah Zahra diam-diam tersenyum lagi. Tetapi yang terlihat malah bibir Zahra yang mengerucut.

Deraz lega ketika mendapat dispensasi lagi. Setidaknya untuk sementara waktu ia bisa terhindar dari kecanggungan bersama Zahra. Tiba juga kesempatannya untuk mengirim SMS lagi pada gadis itu walau cuma untuk menanyakan kabar di kelas. Setelah Zahra menjawab, biasanya Deraz hanya akan membalas dengan “Terima kasih” yang ditanggapi dengan “Sama2” dan setelah itu percakapan berakhir. Tetapi kali ini Deraz membalas dengan “Kamu sudah mengerjakan?” yang dijawab dengan “Lagi ngerjain”. Setelah itu Deraz tidak tahu lagi harus mengatakan apa. Ia memikirkan beberapa alternatif balasan, tetapi tidak satu pun yang jadi dikirimnya.

Deraz membaca ulang diary Zahra. Bukankah Zahra juga memendam perasaan yang sama dengan dirinya? Apa Zahra juga menyangkal perasaan itu? Bagaimana jika Deraz menembak Zahra langsung? Maksudnya, bukan untuk menjadikan Zahra pacarnya atau apa. Nein, no, tidak. Deraz hanya ingin memulihkan keadaan seperti semula, sampai Zahra tersenyum lagi padanya, memperdengarkan lagi suaranya yang imut, mengulang lagi masa indah yang baru berlangsung dengan sangat-sangat-sangat singkat itu. Setelahnya, Deraz tidak tahu. Yang penting, Zahra tidak lagi merasa tidak nyaman dengan kehadirannya.

Saat membaca ulang diary Zahra itulah, mata Deraz tertumbuk pada nama “Kang Hilman”. Siapa itu Kang Hilman? Kenapa baru sekarang nama itu tertangkap olehnya? Memang pada awalnya Deraz membaca diary Zahra dengan meloncat-loncat. Malah setelah beberapa halaman ulasan drama Korea, Deraz hanya mencari namanya sendiri saja dalam diary itu.

 

Kang Hilman udah jarang datang lagi ke rumah.

 

Siapa itu Kang Hilman? Deraz menyadari bahwa boleh saja cewek-cewek fetish satu SMANSON menobatkan ia sebagai cowok paling tampan, tetapi itu tidak menihilkan fakta bahwa ada banyak ikan di lautan, bintang di angkasa. Seperti apa Kang Hilman itu? Apakah ia lebih pintar? Apakah ia lebih jujur terhadap perasaannya? Ada puluhan ribu hasil pencarian terhadap Kang Hilman di Google! Kang Hilman yang mana yang dimaksud Zahra? Deraz memindai tulisan Zahra dari halaman pertama sampai halaman terakhir, mencari nama orang itu lagi. Tetapi tidak ada informasi lebih lanjut tentang dia.

Deraz bahkan menelusuri Takuya Kimura, yang namanya dalam diary Zahra lebih banyak disebut daripada Kang Hilman. Apa selera Zahra itu sesungguhnya orang Jepang? …Alf? Tetapi wajah si kepala suku jauh berbeda dengan aktor Jepang itu.

Jangan-jangan diam-diam Zahra sudah punya pacar. Mungkin ia punya diary berbeda untuk menulis tentang pacarnya itu. Jangan-jangan Zahra tidak sealim penampakannya. Mungkin Kang Hilman itu pacarnya, dan Zahra keceplosan menyebut dia dalam diary yang satu lagi—yang biasa dibawanya ke sekolah. Mungkin Kang Hilman itu cowok dari SMP Zahra dulu, atau tetangganya.

Atau mungkin Takuya Kimura itu nama samaran untuk pacar Zahra. Mungkin pacar Zahra itu wajahnya mirip Takuya Kimura. Deraz memindai sekali lagi nama Takuya Kimura dalam diary Zahra, dan kali ini dengan membaca paragraf yang bersangkutan kata demi kata. Sepertinya Takuya Kimura yang dimaksud Zahra memang yang aktor drama.

Mungkin yang dimaksud Zahra dengan “jaga pandangan” itu ialah menjaga dirinya dari cowok lain, karena ia sudah punya pacar. Bahkan walaupun boleh jadi Deraz lebih baik daripada pacarnya itu, tetapi Zahra tipe cewek yang setia.

Ketika berkaca saat pagi sebelum berangkat ke sekolah, Deraz menghabiskan waktu lebih lama. Ia menatap bayangan dirinya. Apakah yang salah dengan dirinya? Jerawat? Komedo? Ketombe? Tidak ada. Bunda rajin meneliti dan merawat penampilan anak-anaknya, memilihkan produk yang tepat untuk kulit dan rambut mereka, mengingatkan untuk membersihkan muka, dan sebagainya. Malah Deraz yang kerap sebal ketika Bunda memaksa untuk membubuhkan losion pada wajahnya yang sedang berjerawat.

Apa sebenarnya ia tidak setampan yang dikatakan orang-orang? Apa selama ini mereka memang cuma meledeknya? Mungkin mereka tidak menyukai salah satu sifatnya, sehingga menjadikan “tampan” sebagai kata ejekan baru. Deraz menyadari bahwa tidak semua orang menyukai dirinya. Banyak orang mengaguminya, cewek-cewek menyukai fisiknya, tetapi mereka hanya melihat permukaannya. Keluarganya serta anak-anak di OSIS atau ekskul lebih tahu sisi lain dirinya. Jangan-jangan ada satu kejelekan dirinya yang terlihat oleh Zahra, dan itu sangat penting bagi gadis itu. Jangan-jangan Zahra juga membuat daftar kekurangan dirinya, yang jadinya sangat panjang?! Lalu Deraz menjadi bukan apa-apa di mata Zahra, bahkan menjijikkan hingga gadis itu tidak mau melihat padanya lagi untuk selamanya.

Pada saat yang lain Deraz memikirkan kemungkinan bahwa Zahra juga ingin berfokus pada studinya. Walaupun Zahra mengatakan dalam diary­ bahwa kehadiran Deraz meningkatkan semangat belajar, tetapi boleh jadi kemudian ia menyadari bahwa lama-lama itu malah membuatnya sulit berkonsentrasi seperti yang Deraz alami. Boleh jadi Zahra juga tidak ingin pacaran.

Tetapi, Deraz tidak hendak mengajak Zahra pacaran. Deraz hanya ….

Deraz tidak tahu.

Mungkin ia hanya akan membiarkan keadaan itu berjalan apa adanya tanpa mengganggu apa pun rencananya untuk masa depan. Ia akan berusaha supaya keduanya dapat berjalan seiring seirama. Bukankah Bunda yang panutannya juga demikian: berkarier, berkeluarga, namun tetap cantik dan wangi sepanjang hari? Semua-muanya dapat Bunda lakukan, kenapa Deraz tidak? Deraz anak Bunda, tentu bisa begitu juga. Malah, jika keberadaan Deraz dapat meningkatkan motivasi belajar Zahra, maka kenapa tidak keberadaan gadis itu melejitkan semangatnya dalam menggapai semua cita-citanya? Malah, …. Deraz membayangkan rumah masa depannya itu tidak akan dihuninya seorang diri.

Jika berbagai spekulasinya benar, bahwa Zahra diam-diam punya pacar dan tipe cewek yang setia, atau ingin berfokus pada studinya saja, entah kenapa semua itu sifat yang baik bagi Deraz. Tidak ada yang salah pada diri cewek itu. Ia hanya perlu mengalihkan fokus dan kesetiaannya pada Deraz saja.

Aduh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Banyak Dibuka

Pembaruan Blog Lain