Juni 2007
1
Sejak belajar privat perdana dan terakhir itu Elmo dan Aze tidak
berhubungan lagi. Elmo jarang ke sekolah. Aze jarang berpapasan dengannya.
Kadang-kadang Aze ketemu dengan Pak Kepsek gaul ceria yang bertanya, “Gimana,
kebantu nggak belajarnya sama kakak?”
“Ya... begitulah, Pak,”
jawab Aze pendek.
Memang kadang Aze kepikiran ke Elmo kalau nemuin soal yang
susah. Tapi, ah, gengsi ah. Biar orang itu saja yang menghubunginya duluan.
Males. Males. Males mikirin Elmo. Males belajar.
Mestinya saat-saat begini Elmo sedang sibuk intensif. Aze tahu
Elmo intensif di dua tempat. Kalau pagi
di SSS, bimbel favorit anak-anak Bilatung yang juga didirikan oleh alumni
Bilatung beberapa belas tahun lalu. Kelar di SSS Elmo pergi ke BC, alias Brilliant Club, untuk intensif sampai
malam. Katanya BC itu bimbel semi privat. Aze tidak terlalu mengerti.
Memikirkan perjuangan orang-orang yang menghadapi SPMB sampai ambil lebih dari
satu bimbel sudah bikin Aze butek duluan. Nggak
korslet apa tuh otak. Gimana ceritanya dia nanti, ya?
Aze juga sekarang lagi sibuk-sibuknya ulum. Sekarang ia lebih
selektif dalam membaca artikel di koran, tidak serakus dahulu. Kalau misalnya
besok ulumnya Biologi, maka Aze akan membaca artikel terkait di koran. Kalau
artikel terkait materi ulum besok sudah habis dibaca, mau tak mau Aze harus
baca buku pelajaran.
Setelah seminggu berkutat dengan soal-soal tak
berperikemanusiaan yang membuatnya terkapar mengenaskan sepulang dari sekolah,
Aze merayakan selesainya ulum dengan berkebun. Ya, iya tahu, perjuangan belum
berakhir. Masih ada remedial. Dan belum tentu dia naik kelas. Tapi Aze dan
teman-teman sekelasnya berencana kalau mereka lulus semua mereka hendak memanen
buah-buahan yang tumbuh di kebun rumah masing-masing dan merujak bersama.
2
Sepucuk surat melayang ke rumah Elmo diiringi cicit burung
gereja dan semerbak harum masakan ibu, untuk menyiarkan kabar gembira kepada
seluruh umat manusia: Elmo lulus UN! Begitupun dengan murid kelas 3 lainnya di
SMAN Bilatung. Semuanya lulus UN. Tidak pernah ada sejarahnya anak SMAN
Bilatung yang tidak lulus UN. Selain selembar kertas pernyataan kelulusan,
amplop surat itu pun diisi oleh lampiran mengenai beberapa urusan administrasi
yang harus segera dituntaskan.
Beberapa hari setelah hari berbahagia yang membuat Elmo khawatir
berat badannya bertambah dua kilo, Elmo telah melenggang santai di koridor
sekolah. Niatnya sebetulnya cuman mau main dan ketemu teman-teman saja. Sengaja
hari ini ia tidak intensif di BC karena Mas Fahri, pengelola sekaligus pengajar
BC yang sangat akrab dengannya, khawatir rambut lebat indah Elmo jadi rontok.
Mas Fahri telah membimbingnya selama hampir tiga tahun ini dan beliau telah
melihat kerja keras Elmo. Santai sajalah
dulu, katanya. Pacaran dulu, apa
kek....
Terbukti perkataan Mas Fahri membawa tuah, Elmo berpapasan
dengan Aze di depan ruang guru. Anak itu sepertinya baru keluar dari sana. Elmo
agak terkejut melihat tampang gadis itu yang biasanya cuek, sekarang tampak
loyo.
“Eh, Aze. Udah lama nggak ketemu, yah. Kok tampangnya aneh
gitu,” sapa Elmo hangat, siapa tahu bisa membesarkan hati Aze.
“Duhh... aku lagi pusing nih. Di kelas, aku yang paling banyak
kena remedial. Argh, sial!” Aze memegang kepalanya. “Kayaknya aku nggak akan
naik kelas deh.”
“Kok gitu sih?” Elmo merasa miris. Ia berpisah dari rombongannya
dan menggiring Aze ke pinggir.
“Eh, emang masalahnya apa sih? Kalau remedial tinggal belajar
lagi aja, kan?” ujar Elmo memberi solusi brilian
Aze menekuri ubin dan bersuara dengan nada tertekan, “Iya...
tapi ulum ini semakin bikin aku... hampa. Padahal aku udah ngerjain soal-soal
tapi... ya gitu aja hasilnya.”
Mereka kini duduk di
bangku ubin yang menempel pada dinding depan perpus.
“Ah,” seru Elmo, masih dengan solusi briliannya. Kali ini ia
hendak memberi kisah seribu satu malam yang niscaya dapat membesarkan hati.
“Dahulu kala ada seekor keledai jelek dan bodoh. Ia sudah tua dan tidak bisa
melakukan pekerjaan apa-apa. Hingga pemiliknya berniat mengakhiri hidup keledai
tak berguna itu karena kasihan...”
“Ukh. Akang sebetulnya mau apa sih?”
“Elmo sebenarnya ingin ngasih kamu smart solution yang bisa bikin kamu ngerti abis. Gimana kalau kamu
ikut bimbel Elmo aja? Gurunya asik. Elmo bisa ngerti Fisika dari dia.”
“Bimbel apaan emangnya?”
“Brilliant Club.”
“Urgh, itu lagi... Aku
nggak berniat masuk bimbel sekarang ini. Nanti aja pas kelas tiga. Mmm... Kang,
tadinya aku kepikiran, aku mau privat ma Akang lagi aja. Tapi Akang lagi sibuk
intensif, jadi ya... nggak usah deh. Aku mau minta ajarin temanku yang super
cerdas aja... Itupun kalau dia mau. Orang super cerdas kan suka sok sibuk.”
Aze bangkit dari duduknya dan berhenti ketika Elmo bilang bahwa
ia akan mengusahakan itu. Aze sumringah. Otak piciknya berpikir Elmo
satu-satunya harapan. Elmo sendiri tengah berpikir bagaimana mengatur jadwal
intensifnya.
3
Hari pembagian rapot telah
tiba. Meski isi rapotnya tidak begitu menyenangkan hati kedua orangtuanya, namun
Aze berbahagia karena ia naik kelas! Yeee!!!
Saking senangnya Aze mengsms Elmo:
Kang, trmksh
y ats js2 akg slm ini.ak naik kls&ak bahagia.ha3x
Elmo
membaca huruf demi huruf yang tertera pada LCD hapenya dengan ekspresi aneh.
“Say, napa
muka kamu begitu?” Kepala Artika menyender di bahu Elmo. Mereka sedang
menghabiskan siang yang indah di Cisangkuy sambil menyeruput yoghurt gembira.
Pemandangan hijau asri di depan mereka dengan lansia berjalan-jalan di dalamnya
begitu merawankan hati. Namanya juga Taman Lansia.
“Sms siapa
itu?” Artika iseng bertanya. Kalaupun dari cewek ini, ia tidak akan cemburu.
Elmo sudah biasa begitu.
“Eng,
temen,” jawab Elmo sambil membalas sms tersebut.
Selamat,
y.doain Lmo&tmn2 Bilatung ry jg y, smgg lg SPMB niy.deg2an
Juli 2007
4
Aze mencabuti satu per satu selotip yang menempelkan
partitur raksasa ke whiteboard.
Akhirnya latihan anak-anak kelas satu untuk penampilan di prom yang tinggal
tiga hari lagi itu ada kemajuan. Tapi tetap saja Aze sedikit bete karena
lagi-lagi hanya dia dan seorang temannya yang membereskan bekas latihan,
mentang-mentang mereka yang paling tidak eksis di eskul. Ada hubungannya gitu?
Ya iyalah. Kalau mereka anak yang eksis berarti dia punya kepribadian over-pede dan narsistik—walau kadar
kedua karakter itu berbeda-beda pada setiap orang eksis. Kalau mereka punya kepribadian
seperti itu, mereka bisa enak saja mendelegasikan tugasnya pada orang lain,
sementara mereka leha-leha di ruang eskul bareng alumni yang juga eksis dan
kebetulan ada di sana.
Sambil membawa empat
gulungan karton yang rata-rata panjangnya 2 meter itu, Aze menuruni tangga
sial—tempat dia kecelakaan—dengan kehati-hatian yang sedikit berlebihan lalu
berjalan menuju koridor sekolah. Baru juga dia pulih dari kecelakaan kemarin,
ya sih sudah lama, tetap saja dia yang jadi babu. Sungguh naif Aze mengharapkan
ia akan lebih dikenal oleh adik kelas dan alumni di eskul gara-gara kejadian
hebohnya. Ia malah jadi tambah dikenal oleh anak-anak BKS. Hiih. Ia jadi
teringat sama mimpi seramnya yang kapan itu.
“Ze, jadinya kamu mau ikut
bimbel apa?” tanya teman Aze sambil berjalan menuju ruang PA.
“Bimbel? Aku baru
tanya-tanya kakak kelas sih,” jawab Aze seolah-olah ia akrab dengan banyak
kakak kelas. Padahal senior di eskul saja tidak ingat namanya siapa. Kakak
kelas yang bisa dia tanya kan cuma Elmo.
“Pasti kamu tanya si
Elmo-elmo itu ya,” teman Aze sirik. Bisa-bisanya si Aze ini kenal kakak kelas
yang ganteng dan eksis seperti Elmo ditambah diketahui keberadaannya oleh
sebagian besar anak BKS angkatan di atas mereka. Pakai diprivatin pula!
“Iya,” tukas Aze jengah.
Beberapa temannya kadang mengejek Aze lagi mengincar Elmo. Amit-amit deh. Kalo
Elmo atau ceweknya dengar, semakin hina saja Aze nantinya.
“Dia kemarin SPMB kan
yah?”
“Iyalah,”ingatan Aze melayang pada sms Elmo beberapa hari yang lalu itu untuk minta didoakan kelancaran SPMB-nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar