Kamis, 22 Juni 2023

Mengenal Tanah

Gambar di-screenshot
dari Ipusnas.
Penulis : Desy A. P.
Penerbit : CV. Graha Printama Selaras
ISBN : 978-602-448-437-8
E-ISBN : 978-602-448-453-8
Cetakan pertama
Tahun terbit : 2019
Tahun terbit digital : 2019

Ada yang menyarankan saya untuk belajar ilmu tanah setelah saya menunjukkan kepadanya aktivitas perkomposan saya. Belakangan saya terilhami untuk mengaitkan pertanahan dengan penyucian jiwa. Konon katanya manusia terbuat dari tanah. Baik tanah maupun jiwa sama-sama mengandung kehidupan yang kaya, bibit-bibit kebaikan dan bibit-bibit keburukan. Barangkali dengan mempelajari tentang tanah dan menginternalisasikannya pada kehidupan batin, entah bagaimana saya bisa lebih peka dengan apa yang berlangsung di dalam jiwa. 

Oke, mungkin itu kejauhan. Selama membaca buku ini, saya sudah lupa untuk mengait-ngaitkannya ke situ :v 

Sekadar ide.

Jadi, saran tersebut saya ikuti dengan mencari buku tentang ilmu tanah di Ipusnas dan memulai dari yang tampaknya paling ringan. Buku ini hanya 64 halaman dan tampaknya ditujukan kepada anak-anak. Let's go!

Tanah berasal dari bahan induk yang mengalami proses pelapukan karena pengaruh panas matahari, hujan, dan angin sebagai tenaga dari luar bumi, atau pelapukan oleh adanya tumbuhan yang menjadi humus melalui proses yang berlangsung dalam waktu yang lama.

Faktor pembentuk tanah yaitu iklim (suhu atau temperatur, curah hujan), organisme (vegetasi, jasad renik/mikroorganisme), bahan induk, topografi/relief, dan waktu. 

Peran organisme dalam membentuk tanah adalah membuat proses pelapukan, membantu proses pembentukan humus, dan memengaruhi sifat tanah (tergantung pada jenis vegetasi serta unsur kimia yang dikandungnya, sebagai contoh rumput membuat tanah menjadi berwarna hitam). Ada dua macam proses pelapukan, yaitu yang bersifat organik dan yang kimiawi. Pelapukan organik dilakukan oleh makhluk hidup, sedang pelapukan kimiawi oleh proses kimawi (seperti gula yang larut oleh air).

Tanah memperlihatkan sifat yang sama dengan bahan induknya. Misal, bahan induk yang berstruktur pasir membentuk tanah dengan kandungan pasir tinggi.

Topografi/relief memengaruhi tebal/tipis lapisan tanah serta sistem drainase atau pengaliran air. Topografi miring dan berbukit membuat lapisan tanah lebih tipis karena tererosi, sedangkan pada daerah yang datar lapisan tanah tebal karena sedimentasi. Drainase yang jelek, misal karena sering jadi genangan air, tanah pun jadi asam.

Menurut waktu pembentukannya, tanah digolongkan menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua. Pada tanah muda, proses pembentukannya masih menampakkan campuran antara bahan organik dan mineral atau struktur bahan induk. Contoh tanah muda adalah jenis aluvial, regosol, dan litosol. Pada tanah dewasa, terjadi proses pembentukan horizon B. Contohnya adalah jenis tanah andosol, latosol, dan grumosol.  Pada tanah tua, terjadi proses perubahan horizon A dan B. Contohnya adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit). 

Sumber bahan induk tanah berupa batuan beku (dari magma yang membeku), sedimen/endapan (batuan beku yang mengalami  pelapukan), serta metamorf/malihan (batuan sedimen yang mengalami perubahan wujud). 

Jenis-jenis tanah yang diterangkan cirinya dalam buku ini adalah organosol/tanah gambut/tanah organik, aluvial (tanah endapan), litosol (tanah berbatu-batu), latosol, grumosol (tanah berat), podsolit, tanah vulkanis (tanah gunung api), tanah laterit, dan tanah humus. 

Organosol berasal dari bahan organik (tumbuhan rawa yang membusuk dan tertimbun bertahun-tahun), bukan pelapukan batuan dan kurang subur. Tanah gambut terdiri dari ombrogen (terdapat di pantai berawa, sangat asam), topogen (di daerah cekungan antara rawa-rawa di dataran rendah dan pegunungan, agak asam), dan pegunungan (di daerah sedang).

Aluvial merupakan hasil erosi di pegunungan dan perbukitan, banyak terdapat di lembar aliran sungai dan dataran rendah. Tanah ini sangat subur untuk pertanian dan perikanan.

Litosol berasal dari batuan beku dan sedimen, belum lapuk sempurna. Tanah ini belum baik untuk tanaman, paling-paling rumput liar dan tanaman keras.

Latosol adalah tanah telah mengalami perkembangan sehingga terdapat perbedaan horizon (cokelat, merah, kuning), dalam, serta bersifat lempung, remah-gumpal, dan gembur.

Grumosol berasal dari batuan kapur dan batuan gunung api, kurang sesuai untuk padi tapi masih bisa untuk palawija, karet, dan jati.

Podsolit berasal dari batuan pasir kuarsa, berwarna merah sampai kuning.

Tanah vulkanis berasal dari abu letusan yang lapuk, mengandung banyak unsur hara tapi rendah bahan organik.

Tanah laterit berwarna kuning sampai merah. Unsur haranya telah hilang karena tercuci oleh air hujan.

Tanah humus berasal dari pembusukan tumbuhan, sangat subur.

Peranan tanah dalam kehidupan manusia di antaranya untuk bercocok tanam serta bahan untuk kerajinan dan bangunan. Meskipun tanah sangat berguna, tapi banyak yang telah mengalami pencemaran dan kerusakan. Salah satu penyebab kerusakan tanah adalah erosi, baik secara alami oleh air hujan, topografi, atau kurangnya vegetasi, maupun oleh manusia. Erosi dapat menurunkan kesuburan tanah karena menghanyutkan partikel tanah, mengubah struktur dan profil tanah, serta menurunkan kapasitas infiltrasi dan penampungan. Kerusakan ini terdapat baik di tempat terjadinya erosi maupun di tempat penerima hasil erosi. Di tempat penerima hasil erosi dapat terjadi polusi sedimen (pengendapan bahan-bahan padat tanah) serta polusi kimia (senyawa-senyawa kimia berupa unsur hara dari pupuk atau sisa-sisa pestisida/herbisida).

Untuk mencegah dan mengatasi pencemaran tanah, ada metode pengawetan tanah secara vegetatif, mekanik, dan kimia. Berbagai metode pengawetan tanah ini sepertinya persis dengan yang pernah saya temukan di peraturan pemerintah mengenai konservasi tanah dan air serta rehabilitasi hutan dan lahan. Kiranya termasuk ke dalam metode itu, khususnya yang secara vegetatif, adalah kesesuaian antara jenis tanaman dan jenis tanah. 

Untuk memproduksi tanaman secara optimum, sebelumnya harus dilakukan:
- pencegahan erosi, 
- perbaikan udara dan air,
- pemeliharaan bahan organik tanah,
- perbaikan kerusakan tanah
- perbaikan drainase tanah,
- pemupukan,
- perbaikan sifat tanah.

Pengelolaan tanah meliputi penyusunan rencana penggunaan tanah, konservasi tanah, pengolahan tanah (pembukaan dan pembersihan lahan), dan pemupukan.

Kesuburan tanah dipengaruhi oleh jenis tanah dan komposisi tanah. Semakin gelap tanah, semakin subur. Perbandingan antara unsur udara, air, anorganik, dan organik normalnya adalah kurang lebih 5%, 5%, 45%, dan 45%.

Buku ini diakhiri dengan pertanyaan "bagaimanakah cara menyeimbangkan antara kebutuhan manusia akan tanah dan kelangsungan keseimbangan ekosistem?" yang dijawab sendiri dengan "capailah keseimbangan dengan mengolah tanah yang ada agar tetap produktif". Selain itu terkandung suatu kearifan mengenai proses alam yang mana untuk membangun perlu merusak terlebih dahulu. Pada tanah, pengrusakan itu terjadi melalui pelapukan dan pembusukan bahan organik baru terbentuklah tanah yang subur.

Walaupun dari kemasannya ini buku pelajaran anak-anak, bukan berarti segala isinya mudah dipahami wkwkwk. Sementara, dari buku ini saja, saya merasa ilmu tanah terlalu luas bagi saya yang barulah pengrajin(?) kompos skala rumahan dengan metode paling malas (masukkan semuanya ke dalam compost bag dan biarkan alam bekerja). Namun buku ini juga kurang menjelaskan hal-hal yang telanjur memantik rasa ingin tahu saya, yaitu mengenai horizon-horizon tanah serta unsur hara dan bahan organik tanah itu berupa apa saja? 

Maka dari buku ini saya mendapati bahwa kompos cuma satu dari sekian bahan penyusun tanah, yang bisa dibilang adalah humus karena berasal dari pembusukan tetumbuhan. Buku ini mengilhami saya untuk berfokus mendalami kompos saja selama masih dikaruniai kesempatan untuk membuatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Banyak Dibuka

Pembaruan Blog Lain