Senin, 06 Oktober 2008

Hari Pengumuman SNMPTN 2008

Agustus 2008


Hari yang mestinya penuh kejayaan ini terasa sendu bagi Elmo bukan hanya karena cuaca mendung, tetapi juga karena tidak ada orang untuk diajak berbagi. Elmo menandatangani semacam absensi sebelum meninggalkan loket pengambilan formulir daftar ulang di gedung rektorat perguruan tinggi impiannya. Gerakannya sarat pikiran. Toh ia tidak mesti cepat-cepat. Semua loket nyaris kosong. Peserta SNMPTN yang lulus kebanyakan menunggu setidaknya hingga esok hari untuk mulai mengurusi tetek bengek macam ini. Hari ini adalah untuk merayakan.

Tetapi apa yang mesti Elmo kerjakan selama sisa hari ini? Ia hanya berbagi kejayaan dengan orang tuanya. Lalu ia mengirim sms pada lima orang saja. Mas Fahri, Mas Luki, Yadi, Yayat, Trista. Ia ragu-ragu ketika terpikir untuk mengirim sms pada satu orang lagi, lalu menunda pengambilan keputusan untuk mengsms orang itu atau tidak. Orang itu. Ngertilah, si Aze. Dia lulus nggak ya?

Oh ya, Elmo tahu Aze ikut SNMPTN. Di malam sebelum SNMPTN ia mendapat sms minta didoakan dari Aze. Sebelumnya ia juga mengirim sms seperti itu padanya.

Itu saja. Elmo tidak bertukar kabar lain. Ia bahkan tidak tahu Aze mendaftar ke mana. Bingung juga, itu urusannya atau bukan sih?

Aze dengan kartu peserta SNMPTN-nya.

Elmo berkedip-kedip, membetulkan letak kacamatnya, sambil menatap sosok yang sudah tidak ditemuinya selama tiga bulan itu. Aze yang tadinya sedang mencari loket tujuannya menangkap sosok Elmo dan tertegun.

Not quite a year since she went away, Rosanna, yeah/Now she’s gone, and I have to say/Meet you all the way..[1]

Mereka berdua sama-sama senyum salting. Idih, Elmo merasa makin rikuh.

”Eh, Aze. Keterima di sini juga?”

“Iya. Ng, kamu juga?”

Elmo mengangguk.

“Wah, selamat ya, Elmo,”

Elmo merasa sulit untuk menjawab,

“Iya,

“.. makasih.

“...Kamu juga,”

Elmo teringat janji yang mereka buat pada suatu senja di atap BSM, beberapa menit setelah mereka jadian. Kapan sih itu? November tahun lalu? Rasanya sudah lama sekali. Siapa sangka ternyata janji yang itu malah mereka tepati?

Padahal kampus mereka sempit. Bagaimana sikap mereka kalau bertemu lagi? Yah, kira-kira seperti inilah.

Hening.

“Mau ngambil formulir,” kata Aze akhirnya sambil menunjuk loket.

“Oh, iya. Duluan, Aze!”seru Elmo. Mereka saling melambaikan tangan.

Elmo melangkah keluar dari atap yang menaungi teras loket sambil menaikkan tudung jaketnya. Map plastik berisi formulir ia selipkan ke dalam jaket untuk menghindari tetesan gerimis. Ia melangkah cepat-cepat ke mobilnya tanpa menengok lagi ke belakang.



[1] Toto - Rosanna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Banyak Dibuka

Pembaruan Blog Lain