Aku pernah
mengenal seseorang yang sepertinya mempublikasikan karyanya terlalu cepat.
Waktu itu aku baru berniat aktif di Goodreads. Temanku, L, menyarankanku untuk
membaca karya beberapa penulis yang mempublikasikan karyanya lewat media
tersebut, yang di antaranya adalah, sebut saja, HH. Aku pun mengunduh karya HH
yang berupa PDF itu, dan berkenalan dengan penulisnya langsung. Kami bertukar
pesan hingga beberapa lama, mula-mula di Goodreads lalu beralih ke Yahoo
Messenger. Ia terkesan hangat, berperhatian, terutama pada orang-orang yang mau
membaca karyanya. Rasanya seakan-akan ia berusaha untuk terhubung dengan semuanya,
selama mereka mau membaca karyanya.
Novelnya itu
bergenre fantasi—low fantasy. Ceritanya
tentang seorang pemuda yang tampaknya biasa-biasa saja, tapi rupanya memiliki
kekuatan super. Panjang halamannya lumayan juga.
Aku tidak
berhasil menamatkan pembacaan novel itu. Selain karena aku tidak biasa membaca
fiksi fantasi, penulisannya juga tidak beres. Maksudku, kalimatnya terasa
seperti kalimat dari bahasa lain—bahasa Inggris, terutama—yang diterjemahkan
ala kadarnya. Aku tidak mengatakan itu secara terang-terangan padanya, hanya
memberi contoh mana kalimat yang perlu diedit. Kukira itu yang membuatku capek
membaca karena sedikit-sedikit terhenti, terusik untuk mengoreksi kalimat,
sehingga ceritanya itu sendiri semakin tidak bisa kunikmati. Anehnya, dia
sebetulnya sudah menyewa editor, seorang master di bidang bahasa, yang dengan
gigih membelanya saat karyanya itu dicela banyak pembaca di Goodreads.
Kelemahan dalam
novel itu memang bukan cuma dalam penulisan. Penokohan, latar, logika… ada saja
yang disinggung oleh para pembaca, baik yang berhasil menamatkannya ataupun
tidak. Orang tidak mesti menamatkan pembacaan novel itu dulu baru berkomentar.
Orang bisa saja berkomentar setiap kali menemukan sesuatu yang menarik dalam
pembacaannya. Para pengikut komentarnya pun dibikin penasaran: Apakah dia bakal
terus membaca karya itu? Apalagi kalau komentar-komentarnya itu dibungkus dalam
bahasa yang menarik. Makin sadis makin menarik.
Sementara
komentar untuk karyanya itu terus bertambah, HH menjadi populer di kalangan
pembacanya, dan mungkin juga orang-orang yang sekadar tertarik dengan pembacaan
para pembacanya. Ia lalu membuat semacam forum untuk belajar menulis
bersama-sama dan meminta sejumlah orang untuk membantunya. Salah seorang yang
dimintai bantuan olehnya adalah L, yang memang penulis skenario profesional,
untuk mengurus kelas penulisan skenario.
Di satu sisi,
kami mengagumi keaktifan HH dalam mempromosikan karyanya itu sampai-sampai ia
meminta langsung pada reviewer-reviewer
di Goodreads yang sudah terkenal untuk membacanya, bahkan menyediakan tempat
khusus bagi mereka untuk berkomentar. Di sisi lain, kami kasihan karena
komentar-komentar yang diberikan untuk karyanya itu sering kali dibahasakan
secara keji meski kami memaklumi intinya.
Lalu tahu-tahu HH
menghilang. Ia menghapus akunnya. Forum belajar menulis bersama bikinannya pun
entah bagaimana nasibnya. Itu terjadi setelah datang komentar pedas dari reviewer yang paling dielu-elukannya.
Aku juga tidak
bisa menghubunginya di YM. Tampaknya aku diblokir olehnya. Aku tidak merasa
telah berbuat kesalahan serius pada kesempatan terakhir chatting dengannya. Mungkin karena aku tidak kunjung menyelesaikan
pembacaan karyanya, dan tidak bisa memberi masukan yang berguna pada
karya-karyanya selanjutnya, maka ia menganggap tidak ada gunanya lagi
berhubungan denganku.
Tapi dengan L,
kadang-kadang ia masih menyapa. Kuduga itu karena L tahan membaca
karya-karyanya yang lain sampai selesai, bukan saja yang mendapat cercaan ramai
di Goodreads itu. L bilang, pada karya-karyanya yang lebih baru itu, pola
kalimat HH masih seberantakan karya yang sebelumnya, seakan ia terlalu asyik bercerita
namun abai untuk mempelajari tata bahasa yang padahal tidak kalah penting bagi
pembaca, apalagi pembaca berpengalaman. HH juga mengungkap pada L bahwa ia
membayar sejumlah orang untuk memberikan pujian pada karyanya itu.
Lagi-lagi, di
satu sisi kami mengagumi semangat menulisnya dan bahwa ia melakukan itu selepas
bekerja sebagai pekerja bangunan demi mencukupi kebutuhan hidupnya; tapi di
sisi lain, kami miris pada apa pun polah tingkahnya dan pada mutu karyanya itu
sendiri. Kami juga tahu bahwa sebetulnya sudah sedari lama ia belajar menulis. Ia
pernah memberikan tautan ke tulisannya di suatu forum—bukan Goodreads—yang
tanggalnya sudah bertahun-tahun lalu.
L juga menulis
fiksi fantasi, berupa novel hingga berjilid-jilid. Biasanya, ketika seseorang
yang sama-sama menulis membaca karya kita, maka sebagai bentuk terima kasih
kita akan ganti membaca karyanya. Tapi HH tidak pernah selesai membaca karya L.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar