Edisi 10 ini yang paling baru (pada saat saya baru mengetahui tentang adanya buletin ini). Dari 9 edisi sebelumnya, hanya 2 yang saya unduh juga. Soalnya, dari judulnya, yang lain-lainnya itu tampaknya mencakup skala yang sepertinya masih terlalu besar buat saya.
Dari 5 judul yang ditampilkan di kover edisi 10, 4 di antaranya menarik buat saya. Cuma satu yang saya tidak begitu tertarik, yaitu "Cara Menanam Basella di Pekarangan Rumah"--lebih karena saya belum mengetahui basella itu jenis tanaman yang bagaimana.
Dalam edisi setebal (tipis kok!) 66 halaman ini terdapat 12 artikel. Delapan di antaranya tampak menarik untuk langsung dipraktikkan. Sedangkan yang lain-lain, karena sebagian menyangkut tanaman buah yang berukuran cukup besar, sepertinya nanti dulu deh.
Kedua belas artikel tersebut adalah sebagai berikut.
- Budidaya bawang merah dalam pot
- Menanam jeruk dalam pot
- Menanam kangkung di pot atau polybag
- Budidaya alpukat di dalam pot
- Menanam jahe di dalam pot
- Budidaya bawang putih di pekarangan rumah
- Budidaya buah naga di dalam pot
- Menanam basella di pekarangan
- Budidaya caisim di pekarangan rumah
- Budidaya jambu kristal di dalam pot
- Menanam sayur di rumah dengan urban gardening
- 10 tanaman cepat panen
Tiap artikel hanya 3-4 halaman. Isinya berupa deskripsi tanaman (misalnya berupa kandungan nutrisinya) serta petunjuk teknis penanaman, perawatan, dan seterusnya.
Petunjuk teknis yang terperinci sesungguhnya penting agar tanaman tumbuh optimal (yah, percaya saja deh this is based on science.) Hanya saja, bagi pekebun pemula yang notabene pemalas
Tapi beberapa informasi teknis saya dapati benar-benar berguna, apalagi menyangkut tanaman yang sudah saya miliki atau kebetulan saya baru beli bijinya.
Misalnya, caisim harus disemai dulu sampai muncul 3-4 daun baru kemudian dipindahkan ke wadah dengan ruang 10 x 15 cm. Memanennya pun harus dengan mencabutnya sampai akar.
Selada bisa ditumbuhkan kembali dari bonggolnya, yang bisa kita beli dari warung, pasar, supermarket, atau whichever you like lah. Ketinggian wadah tanamnya mesti 20 cm, dan pengetahuan ini pun seketika menyingkirkan sebagian wadah yang kemarin sudah saya kumpulkan dan maksudkan untuk jenis ini, hahahaha. Selada bisa tumbuh di tempat teduh, sehingga balkon bisa dimanfaatkan untuk itu.
Cabai butuh wadah berketinggian 45 cm.
Kaleng bekas bisa digunakan untuk menanam sayuran. Sebelumnya saya khawatir apakah wadah jenis kaleng aman digunakan untuk tanaman pangan, sebab nanti akan muncul karat. Memang tidak ada penjelasan soal pengaruh karat pada kandungan tanaman, tapi dengan sebaris pernyataan itu saja seolah-olah sudah mengonfirmasikan bahwa kaleng itu aman. Entah kenapa.
Khususnya untuk jeruk, ada beberapa petunjuk yang selama ini bisa dibilang hampir-hampir tidak pernah saya amalkan.
- Bibit yang bagus adalah hasil okulasi, sedangkan saya sekadar coba-coba menumbuhkan dari biji sisa buah yang dimakan.
- Ada waktu-waktu untuk memupuk, sedangkan saya kapan pun merasa kasihan pada tanaman itu.
- Ada waktu-waktu penyiraman, sedangkan saya baru melakukannya kapan pun merasa perlu-- terutama ketika melihat permukaan tanah di pot tampak kering.
- Tumbuhan liar perlu dicabuti, sedangkan saya cenderung membiarkannya sampai baru-baru ini.
- Untuk mencegah hama, infus dengan Teramycin--yang setelah saya cari tahu di internet, rupanya ... obat mata yang selama ini saya pakai untuk kucing?!?! Sayangnya, dari hasil pemindaian sekilas, saya belum menemukan cara menginfuskannya.
- Rajin memangkas daun dan ranting, yang baru saya lakukan kemarin-kemarin.
Pantas saja tanaman jeruk saya tidak kunjung berbuah padahal sudah bertahun-tahun, sedangkan artikel ini mengatakan bahwa semestinya dalam 8 bulan sudah bisa panen!
Artikel yang tidak kalah berguna tentu saja daftar tanaman untuk urban gardening lagi cepat panen. Berikut jenis-jenis tersebut.
- Buncis
- Tomat, terutama yang cherry
- Selada
- Mentimun
- Cabai
- Bayam
- Kecambah (dari kacang hijau)
- Kangkung
- Sawi hijau
- Daun bawang
- Kacang polong
- Bit
- Arugula
- Okra
Beberapa jenis di atas sudah ada di rumah saya (walaupun sebagian di antaranya masih berupa biji yang belum diapa-apakan dan sebagian lagi dalam bentuk bahan masakan di kulkas :v). Yang belum ada ingin saya coba, setelah semua biji yang ada sekarang sudah habis ditanam (dan uang sudah turun lagi dari langit).
Betapapun terperincinya petunjuk teknis dalam artikel-artikel ini, rupanya tidak mesti lengkap. Contohnya dalam petunjuk tentang alpukat. Saya pernah mencoba menumbuhkan alpukat dari biji dengan menggunakan tusuk gigi dan toples kaca kecil--mengikuti yang saya lihat di Pinterest. Tapi pada waktu itu saya tidak menambahkan gula pasir ke dalam air, tidak seperti petunjuk dalam artikel buletin ini. Biji itu memang menumbuhkan akar dan daun, dan saya girang. Saya lalu memindahkannya ke tanah dalam suatu wadah, dan menaruhnya di halaman. Beberapa waktu kemudian, tanaman itu saya tamatkan riwayatnya sejak memunculkan ulat-ulat bulu kecil yang meng-geuleuh-kan. Padahal alpukat terkenal karena ulat-ulatnya itu. Karena itulah, cara mengatasinya tentu penting untuk dikemukakan. Tapi kenapa artikel ini tidak mengungkitnya sama sekali?
Contoh lainnya yaitu petunjuk tentang jahe. Disebutkan bahwa media tanamnya menggunakan campuran abu gosok dengan sekam, tapi tidak diperinci sampai perbandingannya.
Betapapun dapat memuyengkan dan kurang lengkap, secara keseluruhan buletin ini layak dibaca dan dapat menambah pengetahuan. Misalnya untuk mengatasi hama ulat kubus yang juga kerap melanda caisim, ada sejenis tawon bernama Diadegma semicalusum. Untuk mencegah jamur pada media tanam, kita bisa menggunakan kapur dolomit.
Saya merasa pekebun atau petani--apalagi yang multijenis--itu menyerupai dokter. Mereka sama-sama harus dapat men-"diagnosis" penanganan yang tepat terhadap tiap-tiap individu. Kalau dokter menangani manusia, pekebun atau petani pada tanaman. Sebagaimana dokter yang mesti hafal gejala tiap-tiap penyakit dan cara mengobatinya, pekebun atau petani juga perlu "hafal" syarat tumbuh dan pemeliharaan yang tepat untuk tiap-tiap jenis tanaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar